NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Seliar ini

Bias cahaya lampu di sepanjang jalan, sambung menyambung menggantikan peran sang surya yang sudah sepenuhnya tumbang. Karena singkatnya waktu maghrib, aku dan Vika sepakat menepikan mobil, singgah sejenak di mushola pinggir jalan untuk menjalankan kewajiban. Beberapa hari terakhir nama Ain mulai menjadi topik utama dalam setiap doaku sehabis sholat, beberapa harapan tentang Ain pun juga mulai ku gantungkan pada sang pemilik harapan.

Saat fokus memakai sepatu di teras mushola, aku tersentak oleh motor yang tiba-tiba berhenti tepat di depanku, roda depan hanya berjarak setengah meter dari tempat ku duduk. Reflek Ku menatap kesal pada wanita dengan helm merah yang masih berada di atas motor bebeknya.

”masss..”sapanya cengengesan, turun dari motor dan bersiap melepas helmnya. Aku kenal suara itu, seketika menghilangkan rasa kesal dan berganti menjadi sebuah debaran.

“Pesek! Untung belum ku kata-katain.”lagakku kesal, sambil kembali mengikat tali sepatu.

Ain menaruh helmnya pada spion kiri seraya mendekatiku.”hehehe...”dia tersenyum puas, dengan sebuah isyarat. Tentu saja aku paham, seperti biasa dia menempelkan pipi kanannya pada punggung tanganku. Yang membuat berbeda adalah respon hatiku.

“dari..mana.. atau mau kemana...”tanyaku cukup salah tingkah. Apalagi baru beberapa saat yang lalu Aku dan Vika membahas tentangnya. Namun, sebisa mungkin aku tetap memasang wajah tak peduli seperti biasa.

“baru selesai ngerjain tugas kampus mas.”tanpa dosa Dia duduk di sebelahku, bersiap melepas sepatu. Hatiku semakin berdebar.

“habis ini, langsung pulang ke pondok?”ku lirik wajah mungilnya, dia memang selalu tampak energik.

“enggak. Mau beli sempol dulu, di taman.”jawab Ain sembari mengambil HP dari dalam tas kecilnya, hanya sebentar ia melihat, entah apa yang dia cek. Sebelum akhirnya memasukan HP itu kembali dengan di sertai sebuah senyuman yang tersirat dari bibir mungil itu.

“dengan siapa?”entah kenapa reflek ku bertanya seperti itu.

“yeee... kepoo... masuk dulu mas, keburu habis waktu magribnya.”

Ain nyelonong ke arah tempat wudhu wanita. Meninggalkanku dengan rasa penasaran, karena jawaban yang tidak sesuai harapanku.

“siapa El?”Vika berdiri di belakangku menenteng jaket biru Dongker nya.

“orang yang sejak tadi menjadi bahan obrolan kita.”Aku masih memandang ke arah Ain melangkah, punggung kecilnya sebentar lagi menghilang dari pandangan.

“beneran El!”merasa tak puas karena hanya melihat sepintas, Vika hendak menyusul Ain masuk.

Aku segera menghentikannya.“ngapain! Ayo pulang.”ajakku seraya berdiri, melangkah ke arah mobil dengan perasaan resah.

Vika menghujani ku dengan banyak pertanyaan, termasuk memaksa ingin melihat foto Ain. Dia tertawa keras di dalam mobil waktu mendengar ceritaku. Katanya ekspresiku terlihat seperti orang yang sedang cemburu.

”tolol!”ucapnya setelah puas mengejekku.”sok-sokan ngambil keputusan keren, tapi hal sekecil itu saja sudah membuat wajahmu mirip parfum kebanyakan metanol. Nguap!”nada Vika masih mengejek.

“harusnya aku tidak perlu cerita pada wanita satu ini!”batinku menyesal, menahan malu sekaligus jengkel melihat mimik wajah Vika.

Setelahnya, satu pesan WA masuk pada HPku. Seperti mendapat undian lotre, seketika semua resah ku lenyap usai membaca pesan dari Ain.”hati-hati di jalan mas, maaf tadi terburu-buru.”kata sesimpel itu sudah cukup untuk menghadirkan perasaan lega yang sulit di ungkapkan.

Hati memang menyebalkan.

***

Akhir bulan selalu membutuhkan tenaga extra, menyaring semua keluhan karyawan, menyesuaikan antara data dan barang, progres omset dari bulan ke bulan, juga strategi penjualan di era belanja online yang semakin gila. Belum lagi persaingan harga yang kadang terlihat tidak relevan.

Untungnya bosku ahli dalam hal-hal itu. Dulu ketika aku baru masuk, masih dengan dua cabang toko, yang namanya kena marah sudah menjadi makanan sehari-hari, kini hampir 70% aku yang bertugas mengolahnya. Seperti halnya bulan ini, ketika semua mencapai target, ada perasaan bangga tersendiri.

Semua data sudah terkumpul dalam satu bagan. Meski malam ini sudah cukup lelah, tapi aku masih harus memeriksanya sekali lagi sebelum membuat laporan akhir pada Bos. Pukul 21:12 barulah semuanya beres, aku menghela nafas panjang mendongak ke atas dengan kepala belakang bersandar pada sofa. Memejamkan mata, percakapan singkat ku dengan Ain waktu di mushola kembali muncul, bayang wajahnya membuatku tersenyum sendiri.

Pesan dari Vika yang bertanya tentang laporan, menutup paksa lamunanku tentang Ain. Aku menggeser layar WA pada bilah status, setelah memberi jawaban pada Vika. Terlihat Ain membuat sebuah status satu jam lalu, tentu saja aku antusias untuk melihatnya. Foto tangan memegang sebungkus sempol dengan caption.”akhirnya aku memakan mu, meski tidak di temani yang terspesial.”

Seperti lemari pendingin, ketika suhu dingin berada di angka sekian, mesin akan otomatis berbunyi. Hal yang sama terjadi pada hatiku, berdebar otomatis di sertai dengan otak yang langsung fokus pada kata spesial.”siapa si special yang dia maksud?”lagi-lagi perasaan resah kembali menjamah.

Kembali, wajahku mendongak ke atas.“Kendalikan perasaanmu El, kau sudah membuat keputusan. Jangan masuk, jangan masuk. Kontrol rasa penasaranmu.”nafas panjang ku tarik dalam, dengan satu tangan mengelus dada.

”bukankah hal-hal seperti ini adalah keahlianmu.”Aku terdiam dengan HP yang masih tergenggam pada telapak tangan kanan. Layar HP masih terhenti pada status Ain, dengan pesan yang sudah ku ketik. Mencoba menahan ibu jari untuk tidak menekan tulisan kirim, rasanya berat. Aku sangat penasaran!

Ku lempar HP asal, menatap lagi langit-langit putih polos.”ahhh.. jangan gila El!”banyak sekali rangkaian kata yang ingin aku lontarkan. Kenapa bisa jadi seliar ini, satu tahun lebih dan aku akan bergelut dengan perasaan seperti ini? Mampukah? Ayolah hati! Bersahabat Lah, kau tau sendiri betapa sulitnya menyembuhkan mu...

***

“apakah sebelumnya kamu pernah punya pengalaman di bidang ini?”Aku membuka pertanyaan sekaligus mengawali sebuah interview. Aku tidak pandai pada bidang ini, lebih seperti sekedar formalitas saja. Laksa, lulusan SMA lebih muda 4 tahun dariku. Saat ini usianya 22tahun.

Terakhir kali bekerja di jasa pengiriman barang. Aku baca dari surat lamaran yang ia bawa. Dia merespon baik pertanyaanku, memudahkan ku untuk segera mengakhiri basa basi formal ini.

Aku mulai menjelaskan hal-hal dasar yang perlu di ketahui, mungkin terdengar tidak fasih, karena dari dulu aku cuma belajar secara otodidak.“satu sampai dua minggu sudah cukup, untuk mengerti cara kerja di sini.”aku mencoba memberinya sebuah gambaran.

”kapan saya bisa mulai bekerja pak?”ucapnya kaku.

“tak perlu pakai pak, aku juga masih perjaka dan aku bukan atasan, kita partner. Jadi santai saja.”aku mencoba meluruskan dan sedikit mencairkan suasana, karena wajah laksa terlihat tegang.

“karena banyaknya varian aroma parfum, mungkin itu membutuhkan kebiasaan cukup lama hingga kamu terbiasa.”

laksa mendengarkan serius, wajahnya masih saja tegang. Besok aku menyuruhnya untuk mulai masuk kerja tapi sebelum dia pulang, aku mengajak dia masuk ke dalam toko. Sedikit menjelaskan tentang produk apa saja yang kita produksi sendiri.

Tentu saja Vika dan Laksa saling mengenalkan diri.”siap-siap saja kau bosan, karena tiap hari kau akan melihat wajah cewek satu itu.”bisikku pada Laksa yang duduk mematung di samping etalase, dia cuma tersenyum simpul.

”kau jangan membuat citraku buruk El!!”Vika ngegas, melempar ku dengan tutup botol.

“hati-hati juga Sa, kalau dia sedang marah! lindungi kepalamu, hahaha.”ucapku sebelum meninggalkan mereka berdua, karena tugasku yang belum selesai.

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!