NovelToon NovelToon
Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Bad Boy
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kyure Aamz

Maulana Nevan Ganendra, para sahabatnya sering menyebut lelaki itu dengan sebutan gangster penyayang Bunda. Nevan selalu berhasil membuat orang terkena mental hanya dengan kata-katanya, mulutnya sangat licin seperti lantai yang baru saja di pel.

Tidak ada hari tanpa julit, ibarat kata pepatah hidup Nevan itu seperti sayur tanpa garam jika tidak julit. Sudah galak, julit, tak punya hati pula, lengkap sudah hidup Nevan. Semua berawal saat Nevan mendapat sebuah tantangan konyol untuk menikahi gadis bercadar bernama Nazma.

Nevan memanggil gadis itu dengan sebutan Nanaz, seorang gadis yang hidupnya penuh dengan masalah dan jauh dari kata bahagia.

°°°

"Berhenti kayak gini Nevan, sikap kamu bikin aku kelihatan semakin rendah di mata orang-orang." Air mata Nazma lolos begitu saja. "Boleh aku minta sesuatu."

"Apa?" Nevan seakan terhipnotis dengan tatapan Nazma.

"Jangan bilang aku sok jual mahal lagi, sakit dengernya. Aku emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyure Aamz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05. Sok peduli

Nevan duduk di sofa sambil memakan es krim, sejak kecil lelaki itu memang sangat menyukai es krim. Tapi kali ini rasanya sangat aneh, Nevan tidak bisa tenang memakan es krim hanya karena memikirkan Nazma. Otaknya terus bertanya-tanya apakah gadis itu baik-baik saja.

'Dia tadi kelihatan kecewa, kenapa gue mikirin dia terus sih?' Nevan sampai melamun karena terlalu memikirkan gadis itu.

"Es krimnya cair tuh." Altair baru saja datang dengan Arthan yang mengikut dibelakangnya.

Nevan menatap es krim yang tinggal sedikit, ternyata es krim itu benar-benar mencair dan mengenai tangannya. Nevan segera mengambil tisu yang ada di meja dan membersihkan tangannya dengan tisu tersebut.

"Mikirin apa sih?" Altair duduk sambil memangku Arthan.

"Althan tahu Althan tahu!" seru Arthan.

"Apa?" Altair menatap putra bungsunya.

"Abang itu mikilin ...." Arthan menggantung ucapannya.

Nevan memelototi Arthan. "Tuyul diem!"

"Ayah tahu nggak sih? Abang itu seling banget meluk jaketnya sambil senyum-senyum nggak jelas, telus nih ya---"

"Tuyul diem nggak lo!" potong Nevan.

"Nevan, yang bener kalau manggil nama adiknya," tegur Altair.

Nevan menghela nafas panjang, menatap Arthan yang kini sedang tersenyum dan terlihat begitu menyebalkan. "Ayah, dia itu---"

"Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim."

"Ada dalam surat Al-Hujurat ayat 11, itu cuma bagian yang paling akhir. Mau dibacain detailnya? Kalau perlu ayatnya sekalian, mau?" tawar Altair.

Altair mendadak menjadi sholeh, pria yang dulu pernah menjadi ketua geng motor itu menjadi sholeh karena mempunyai istri bercadar dan sholehah seperti Ajwa.

"Iya iya, Nevan ngerti." Nevan berucap dengan setengah hati.

Arthan tersenyum jahil. "Telus nih ya, Abang itu suka sebut-sebut nama---"

"Arthan mau kinder joy nggak," tawar Altair.

"Mauuuu!" Arthan terlihat begitu bersemangat.

"Bilang dulu ke Bunda sana, kalau diizinin nanti kita beli," ujar Altair.

Arthan langsung turun dari sofa dan berlari ke arah dapur, hobi baru Arthan saat ini adalah menjadi maniak kinder joy. Setelah kepergian Arthan, Altair kini menatap Nevan dengan raut wajah serius. Altair bisa melihat, jika mood Nevan saat ini dalam keadaan tidak baik.

"Kamu kenapa?" Altair bertanya tanpa basa-basi.

"Nevan mau nikah." Lelaki itu terlihat bersungguh-sungguh.

"Gadis mana ya udah bikin kamu pengen banget nikahin dia, nikah itu bukan bercandaan Nevan." Altair berusaha membuat Nevan mengerti.

"Nevan nggak bercanda Ayah."

Raut wajah Altair berubah menjadi dingin, jika saat ini Nevan jatuh cinta itu bukanlah cinta pertama. Altair tidak ingin Nevan melakukan kesalahan yang sama, salah dalam mencintai seseorang.

"Jangan ngulangin kesalahan yang sama, kamu nggak inget---" Altair menghela nafas panjang.

"Jangan bahas dia Ayah, udah berapa kali Nevan bilang ke kalian semua. Jangan pernah ada yang bahas dia lagi." Wajah Nevan kini juga tak kalah dingin.

Bagaimana bisa Altair melupakan gadis itu? Gadis yang tidak tahu diri, yang hendak menyesatkan putranya, dan hampir membuat Nevan dipenjara.

***

Ajwa mengetuk pintu kamar Nevan yang sudah terbuka, Nevan yang tadinya duduk di atas kasur sambil bersandar kini langsung menegakkan tubuhnya. Entahlah, hari ini Nevan sangat suka menghabiskan waktunya dengan melamun.

"Ada nanas," ujar Ajwa.

Nevan reflek turun dari kasur. "Nanaz Bunda? Mana?"

"Itu di dapur." Ajwa sedikit tidak menyangka dengan reaksi Nevan.

"Hah? Ngapain di dapur? Kok Nanaz ke sini? Dia ke sini naik apa Bunda? Kok nggak bilang ke Nevan?"

Ajwa mengernyit bingung. "Maksud kamu gimana? Bunda nggak ngerti."

"Tadi katanya ada Nanaz di dapur." Nevan juga ikut bingung sekarang.

Ajwa perlahan berjalan mendekat ke arah Nevan. "Ayah baru aja beli nanas, ada di dapur. Bunda taroh di kulkas, makannya Bunda ke sini barang kali kamu mau."

"Oh, nanas buah." Nevan mulai mengerti, ini dirinya yang nge-blank atau dirinya yang terlalu memikirkan Nazma.

"Iya, emang kamu pikir nanas apa?"

Nevan menggeleng cepat. "Nggak Bunda, bukan apa-apa."

Ajwa mengangguk pelan, ia sedikit tidak mengerti dengan sikap Nevan. Ajwa tidak ingin memperpanjang dan bertanya lebih jauh pada Nevan, wanita itu berusaha untuk mengerti. Mungkin saja Nevan sedang banyak pikiran dan terlalu banyak memikirkan pelajaran sekolah.

"Mau nanas kan? Biar Bunda ambilin."

"Nevan suka Nanaz Bunda ... suka banget." Nevan berbicara tanpa sadar.

Nevan terlihat begitu menggemaskan, apa benar gangster penyayang bunda seperti Nevan benar-benar menyukai Nazma? Dan jika memang benar apakah kali ini Nevan tidak salah lagi dalam mencintai seseorang? Hanya Nevan yang bisa menjawabnya.

***

Nevan baru saja turun dari motornya, begitupun keempat sahabatnya. Mereka berlima itu selalu janjian di pertigaan dekat sekolah, setelah semuanya berkumpul mereka baru berangkat ke sekolah bersama-sama. Seperti biasa Nevan berpenampilan memakai seragam keluar.

Lelaki itu terkesan seperti bad boy, jika Ajwa tahu penampilan Nevan seperti itu Ajwa pasti akan mengomeli Nevan. Jangan kalian berpikir Nevan jarang belajar karena penampilannya yang seperti anak nakal, Nevan bahkan sering belajar karena lelaki itu sangat suka membaca buku.

"Gimana Yan? Ada barangnya?" Nevan menatap Sean.

Sean mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lelaki itu menyerahkan kresek hitam kecil pada Nevan. "Bokap gue bilang itu udah yang paling bagus."

Nevan mengangguk sekilas. "Oke."

"Apaan tuh?" Calvin berhasil merebut kresek itu dari tangan Nevan, sungguh sangat biadab.

"Apaan isinya?" Jeno mendekat ke arah Calvin. "Cepet unboxing."

"Bentar ...." Calvin mulai membuka kresek hitam itu. "Mayonaise Bro."

Nevan berdecak kesal dan langsung merebut kresek itu, sudah jelas-jelas isinya salep masih saja dibilang mayonaise. Calvin itu gila atau stres? Nevan sudah cukup sabar menghadapi tingkah Calvin yang sangat tidak punya akhlak. Sementara Iqbal kini juga malah ikut-ikutan.

"Krim ya? Gue pernah tuh lihat yang kayak gituan. Itu buat luluran kan?" Dengan polosnya Iqbal menyahut.

"Itu selai buat makan roma malkist abon." Calvin menepuk pelan bahu Iqbal. "Dijamin ...."

"Pasti enak?" tanya Iqbal.

"Pasti mati!" sergah Jeno. "Coba aja, gue videoin."

"Itu salep." Sean berharap tiga kampret itu akan segera waras.

"Buat siapa hayo? Buat Nazma ya? Dia kan sering dibully, pasti luka-luka." Tumben sekali Calvin pintar.

"Di campur ke minuman lo, biar lo cepet wafat." Nevan memasang wajah jutek, mulutnya sangat licin.

"Gue mah anti mati." Calvin menepuk dadanya.

"Anti mati sama dengan banyak dosa, makannya matinya susah." Ucapan Nevan sangat tenang tapi menyakitkan.

Calvin sudah tidak bisa berkata-kata lagi, siapa yang bisa mengalahkan julitnya seorang Nevan. Altair saja kadang masih kalah dengan Nevan, dia itu suhu-nya perjulitan.

***

Nevan mencari keberadaan Nazma, lelaki itu segera mengejar Nazma saat matanya mendapati keberadaan gadis itu. Nevan berjalan disamping Nazma, lelaki itu tidak peduli dengan tatapan para murid yang tertuju kepadanya. Nevan mungkin tidak peduli, tapi Nazma tentu saja tidak bisa untuk tidak peduli.

"Nanaz ...." Suara Nevan terdengar rendah.

Nevan mencoba untuk tidak peduli, kehadiran Nevan selalu berhasil membuatnya gelisah.

"Masih sakit nggak?" Nevan mencoba untuk bertanya.

Jelas Nazma mengerti apa yang dimaksud oleh Nevan, tapi ia tidak suka melihat Nevan yang sok peduli padanya. Untuk apa Nevan peduli? Padahal waktu dirinya dibully Nevan hanya diam dan tidak melakukan apapun.

"Kamu ngapain sih?" Nazma berhenti namun gadis itu hanya menunduk.

Nevan ikut berhenti, lelaki itu menyodorkan kresek hitam kecil yang berisi salep. "Buat lo, ini obat buat luka memar."

Nazma hanya melirik barang itu sekelas lalu kembali menunduk. "Aku nggak butuh."

"Lo marah sama gue?" Nevan seakan bisa menebak sikap Nazma.

Nazma menggigit bibir bawahnya dibalik cadarnya, ia memang kecewa saat Nevan lebih memilih diam dan tidak menolongnya. Lagipula untuk apa Nazma marah? Nazma samasekali tidak berhak untuk itu. Nevan tidak menolong Nazma karena tentu saja itu tidak penting, dan Nazma tahu akan hal itu.

"Kenapa kamu sok peduli sama aku?" Entah kenapa dada Nazma terasa sesak saat mengatakan hal itu.

"Kenapa lo ngomong kayak gitu? Menurut lo gue sok peduli? Itu yang ada dipikiran lo?" Ada rasa kecewa yang terselip dalam pertanyaan Nevan.

Nazma menatap lurus ke depan. "Kalau kamu deketin aku terus kayak gini, semua murid yang ada di sekolah ini bakal makin benci sama aku."

"Ini hidup lo, lo nggak perlu peduliin mereka."

"Kamu ngomong kayak gitu karena kamu nggak ikut ngerasain, aku yang dibenci, aku yang dibully, aku yang dianggap rendah Nevan, bukan kamu." Nazma berusaha untuk kuat. "Kenapa kamu nggak nolongin aku kemaren?"

"Emang lo mau gue tolongin? Atas dasar apa gue nolongin lo Naz? Suami? Sahabat? Temen? Apa Naz?"

Pertanyaan Nevan membuat Nazma bungkam, benar juga apa yang dikatakan oleh Nevan.

"Sejauh ini gue cuma ngelindungin wanita yang spesial, wanita yang gue sayang. Lo aja nggak mau jadi istri gue, itu tandanya lo nggak mau jadi orang yang spesial di hidup gue."

"Apa dengan menjadi istri kamu bakal menjamin kalau kamu bakal selalu jagain aku?" Nazma berusaha memberanikan diri menanyakan hal itu.

"Kenapa nggak? Bukannya hakikat suami itu menjaga? Gue bakal dengan bangga ngelindungin lo. Karena apa? Karena lo istri gue dan gue wajib jagain lo dan mastiin lo selalu baik-baik aja."

Bersambung....

1
Sakirin
seru lo kak
Atik R@hma
Tak kira udah end,Alhmdulillah masih😘🤩💪
rhani bhelLo💕
yah di culik dah si nazma
ini pasti akal"n si aji
gimana sih si nevan udah tau si nazma lagi d ancem" pake d tinggal"
lanjuuuuut thoooor
Sumiati Ngurawan
mampir thor
Elis Juhaelis
mau lanjutannya
Neng Sum
lanjut kak semangat yang banyak update nya
Neng Sum
lanjut kak semangat
Neng Sum
lanjut kk semangatt
Neng Sum
lanjut kak author yg banyak update nyah semangatt
Neng Sum
lanjut kak outhor semangat yang banyak up date nya 💪💪😄
Neng Sum
di tunggu update ya outhor semangat😄💪💪
nuraeinieni
aq mampir thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
wah kejam kali wak
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
maksudnya? kan masih sklh thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
hah bukan nya anak sklh belum boleh nikah ya?
Neng Sum
lanjutt kak😄😄
Zaldin Agt
kapan di update?
putri baqis aina
Keren banget thor, semangat terus ya!
hoba
Gemesin banget! 😍
Aono Morimiya
Saya merasa seperti berada di dalam cerita, mengalami segalanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!