Tragedi Dimalam Pertama

" Azra!"

" Hm,iya bang?" Ucapnya tanpa menoleh.

"Azra!" Ulang Natan.

" Iya Abang!"

" Azra!"

Panggilan ketiga membuat Azra meletakan sendoknya.

" Iya Abang ada apa?" Ucapnya sembari menatap wajah sang suami yang tersenyum penuh kemenangan karna berhasil membuat Azra menghentika aktifitas makannya dan beralih menatapnya.

" Em,kamu tau rumah ini sempit dan hanya ada satu kamar kecil.Maukah kamu berbagi tempat tidur denganku!" Ucapnya penuh hati-hati membuat Azra diam tak bergeming.

" Azra!" panggil Natan lagi karna Azra masih tetap diam tanpa respon.

" Maaf bang aku tidak bisa,Abang bisa tidur diluar saja.Sementara Abang tidur dilantai beralaskan slimut tebal milikku.Besok aku beliin Abang kasur." ucap Azra.

" Ck,sial gimna caranya gue bisa tidur sama dia malam ini? Minimal peluk tipis-tipis lah,rugi dong kalau cuman nemenin dia dari depan." Batin Natan.

" Gimana bang,ko malah sekarang Abang yang diem sih!" Ucap Azra mulai merasa tidak enak hati.

" Em,ini kan kontrakanku dan disni kamu yang numpang.Gimana kalau kamu yang tidur diluar." Ucap Natan dengan senyum jahilnya.

" A-apa bang? Aku yang diluar? Abang tega? Em,baiklah kalau begitu nanti aku yang tidur diluar." Ucap Azra dengan wajah sendu membuat Natan tersenyum tipis.

" Oh oke,tapi hati-hati ya za.Sebelum Abang pindah kesini ada yang bilang ke Abang kalau tiap malem disini ada teror pocong,pocong laki-laki yang suka cari perempuan yang tidur sendirian." Dusta Natan membuat Azra menggeser tempat duduknya.

" Bang,Abang serius?" Tanya Azra.

" Iya serius,tetangga kita yang kasih tau.Dia janda,dia sering kena teror!" Ucap Natan terlihat begitu meyakinkan.

" Ya udah nanti Abang tidur dikamar,tapi dilante ya bang." Ucap Azra membuat Natan melotot.

" Oke boleh aja tapi jangan salahkan Abang kalau pocong itu tidur disebelah kamu." ucapnya lagi membuat Azra mendengkus merasa sebal dengan cerita Natan,namun dalam hati ia percaya sekaligus merasa takut jika cerita itu benar adanya.

" Abang tidur dikasur tapi kita kasih pembatas bantal guling ya bang.Awas Abang jangan cari kesempatan dalam kesempitan loh!" Ancam Azra membuat Natan mengangguk patuh namun dalam hatinya bersorak karna merasa menang sudah bisa mengelabuhi istrinya untuk tidur bersama.

...****************...

Dilain tempat Amira dan Ahmad masih belum bisa memejamkan mata padahal waktu sudah menunjukan pukul 22.00.

" Pih,Azra sudah menikah dengan Natan semoga arwah Abrar bisa tenang diatas sana ya pih." Ucap Amira.

" Iya mih,kita doakan saja semoga putra kita bisa tenang diatas sana.Lalu hal apa yang membuat mami tidak bisa memejamkan mata? Ini sudah larut mih?" Tanya Ahmad.

" Entahlah pih,mamih merasa gelisah.Em,apa sebaiknya kita adakan santunan kepati asuhan atau rumah singgah pih?" Ucap Amira.

" Ide yang bagus mih,papih dengar didekat danau sana ada rumah singgah yang banyak dihuni anak- anak kurang mampu dan ada beberapa juga yatim piatu.Kita datang kesana besok mih.Denger-denger sih pendiri rumah singgah itu 3 pemuda.Tapi mereka jarang berada disana,sampai sekarang tak banyak yang ta seprti apa wajah tiga pemuda tersebut.Tapi yang jelas tiga pemuda tersebut adalah pemuda yang berhati mulia.Mereka menggunakan uang pribadi mereka untuk anak-anak singgah itu.Mereka tidak mencari donatur,lebih hebatnya lagi semua anak-anak itu juga diasah bakatnya.Mereka juga disekolahkan bahkan ada yang sudah kuliah." Papar Ahmad membuat Amira merasa kagum sekaligus penasaran dengan rumah singgah yang Ahmad maksudkan.

" Baik pih,besok dijam istirahat kantor papih langsung kesana ya kita bertemu disana saja." Ucap Amira.

" Iya mih,kita tidur sekarang mih.Cup,selamat malam mih." Ahmad mencium kening istrinya setelah itu mematikan lampu kamarnya dan menggantinya dengan lampu tidur.

Keduanya memejamkan mata dengan perasaan yang jauh lebih tenang.

...****************...

Berbeda dengan pasangan suami istri yang kini tidur dalam satu slimut,Wulan justru bangun dari tidurnya dan meninggalkan suaminya yang sudah lebih dulu pergi kealam mimpi.

Wulan mengotak Atik ponselnya dan perhatiannya fokus pada satu nama.

Jack

Wulan membuat panggilan untuk Jack dijam yang sebenarnya biasa digunakan orang untuk istirahat.

" Hallo Jack,aku butuh bantuamu.Besok kita bertemu dicafe ceria yang ada dijalan mangga." Ucap Wulan pada seseorang yang ia panggil dengan nama Jack.

" Baik Bu,saya dengan senang hati akan datang ketempat yang ibu sebutkan.Bau-baunya akan banyak cuan yang saya akan dapatkan dari ibu." ucap Jack.

" Mata duitan! Kerja dulu baru dapat duit,sudah-sudah datang saja besok.Ada kerjaan buat kamu!"

Tuut

Tuut

Tuut

Tanpa menunggu jawaban dari Jack Wulan lantas menutup telfonnya secara sepihak.

...****************...

Pasangan pengantin baru itu memutuskan untuk tidur setelah selesai makan malam yang kemalaman.

Dengkuran halus Natan sudah terdengar karna Natan lebih dulu menjemput mimpinya.Dia terlihat tidur dengan nyenyak.Berbeda dengan Azra yang masih belum bisa memejamkan mata karna merasa gerah.

Plap

Natan membuka matanya kala merasa pergerakan Azra yang rupanya tak hentinya mengibaskan tangannya tanpa henti untuk mendapatkan angin.

" Kenapa belum tidur istriku?" Tanya Natan membuat wajah Azra bersemu merah.

" Gerah bang!" Ucapnya.

" Astaga maafkan aku za,besok kita pasang AC biar kamu bisa tidur nyenyak."

" Ck,gaya bener kontrakan kecil gini pasang AC.Gak usah bang,lagian tar listrinya boros kita kan harus ngirit." ucap Azra.

" Terus gimana dong,masa iya tiap malem kamu mau kipat kipit kaya kang sate!" ucap Natan membuat mata Azra menggerling.

" Aku butuh kipas bang,kipas kecil aku rasa cukup." ucap Azra yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Natan.

Natan mengedar pandangan kesekliling dan matanya terhenti pada sebuah buku kecil miliknya.

Natan mengambil buku itu dan kembali keatas tempat tidur.

" Tidurlah biar aku kipasin kamu." Ucap Natan.

" Gak usah bang,aku rasa aku harus mencoba memaksakan diri untuk memejamkan mata dan tidur tanpa kipas." ucap Azra membuat Natan tersenyum.

" Kamu memang wanitaku,kamu tidak manja dan bisa diajak hidup susah.Maafkan aku za,aku janji akan membahagiakanmu sebisaku." Batin Natan.

Sesuai janjinya Natan menjadikan bukunya sebagai kipas untuk mendapatkan angin agar istrinya bisa tidur.

" Bang,sikapmu sangat lembut.Aku takut hatiku luluh dengan kelembutan dan ketulusan mu.Astaga tidak tidak! Azra kamu mikir apa,pernikahanmu hanyalah diatas kertas.Jangan bawa perasaan dan jangan lemah!" Ucap Azra dalam hati.

Perlahan matanya terpejam dan Azra terlihat sangat nyenyak.Natan yang masih setia terjaga demi sang istri,entah berapa lama hingga matanya terpejam dan tangannya berakhir mendarat dipinggang sang istri.