Cinta Tulus Arumi

Di dalam salah satu apartemen, Dinda tengah menahan kesal. Bagaimana tidak? Sudah sejak semalam wanita itu mencoba menghubungi Damian tapi sayangnya belum ada balasan dari pria itu.

Jangankan di balas, Di baca saja belum. Terbukti pesan yang ia kiriman hanya centang dua abu-abu yang artinya pesan tersebut sudah masuk namun sepertinya Damian abai.

"Ck, Damian kemana sih? Dari semalem aku kirim pesan di hubungi tetap aja gak bisa.. ini tuh pasti gara-gara Arumi sialaan itu.. Lagian kenapa sih si Veer gagal. Dan lagi! Mana Arumi semalem di tolong sama artis.. " Dinda meletakkan gelas yang kosong di atas meja dengan kasarnya.

Sungguh ia benar-benar kesal. Dinda sudah senang dan bahagia saat Damian mulai perhatian padanya, Tapi sekarang pria itu tiba-tiba berubah.

Dinda masuk ke dalam kamarnya, Pagi ini cukup dingin membuat Dinda lebih memilih untuk mandi air hangat saja. Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Pagi itu Dinda segera bersiap.

Ia memutar-mutar tubuhnya di depan cermin. Dengan pakaian yang super seksi warna merah menyala, Make up tebal yang semakin membuat kadar kecantikannya semakin cetar.

Tidak lupa Dinda juga meraih tas mahal miliknya. Wanita itu kembali bercermin memastikan bahwa wajahnya sangat cantik dan tidak akan bisa tersaingi oleh siapapun.

"Aku yakin, Sebentar lagi Damian pasti akan jatuh dalam pelukanku.. Dan aku juga yakin, Kalo seluruh keluarga pangestu akan merestui kami.. Setelah aku resmi menjadi Nyonya pangestu.. Aku akan rebut semua hartanya.." Begitu percaya diri sekali Dinda. Rasa cintanya untuk Damian memang sangat dalam, Namun Dinda belum bisa menerima bahwa pria itu sudah menikah.

"Mungkin sekarang Arumi yang menjadi istrimu Damian.. Tapi sebentar lagi aku akan segera menyingkirkan wanita itu hingga akulah yang akan menjadi gantinya.." Dinda meraih kunci mobilnya lalu keluar dari apartemen tersebut.

Dinda mengendarai mobilnya menuju ke salah satu hotel. Disana sudah ada pria paruh baya yang telah menunggunya sejak tadi.

"Aku kira kau tidak datang hari ini..." Tanya pria tersebut dengan wajah sumringahnya.

"Tentu saja aku datang om.. Tapi ngomong-ngomong.. Kenapa mas ngajakin aku ketemu pagi-pagi begini.. Biasanya kalau gak siang ya, Sore atau malam gitu... "Tanya Dinda manja kepada pria yang tak lain adalah Dendy tersebut.

Ya, Dendy dan Dinda memang sudah saling mengenal satu sama lain. Keduanya tanpa sengaja bertemu di salah satu Cafe. Saat itu Dinda tanpa sengaja menabrak Dendy.

Karena kejadian itulah keduanya makan bersama dan semakin dekat saja. Keduanya juga sering melakukan hal terlarang di belakang. Sebelum Dinda mengikat Damian dengan kelakuan tersebut, Dinda sudah lebih dulu melakukannya dengan Dendy. Tanpa Dinda tahu kalau Damian dan Dendy adalah sepasang mertua dan menantu.

"Mas ingin merayakan keberhasilan Mas sayang.. Makanya Mas ngajakin kamu seneng-seneng pagi ini.. Karena siang nanti mas akan kembali memperebutkan Tender.. Dan kali ini keuntungannya lebih besar.. Doakan saja,,Semoga berhasil. Jika berhasil Mas janji akan berikan apapun buat kamu.." Ucap Dendy sembari mencolek dagu Dinda dengan mesra..

"Janji ya mas.. Aku lagi ingin mobil baru loh .."

"Iya mas belikan nanti..Janji .." Keduanya pun masuk ke kamar hotel yang sudah sengaja di booking.

Merayakan keberhasilan karena telah menyingkirkan putra dari Tuan Alvaro. Merayakannya pun dengan sebuah perbuatan yang tidak seharusnya di lalukan.

.

.

.

Sementara itu, Damian belum juga berangkat bekerja. Pria itu sejak tadi bingung menanti Arumi keluar dari kamarnya. Namun pria itu keluar juga sampai sekarang.

Sedangkan orang yang di nanti sejak tadi masih berada di dalam kamarnya. Semenjak kejadian semalam, Arumi jadi enggan keluar dari dalam kamar nya.

"Apa sekarang aja aku putusin ya.. Tapi memang lebih baik sih.." Arumi bangkit dari rebahannya dan duduk..Sejak tadi ponselnya terus berdering. Wanita itu tahu pesan siapa yang masuk ke dalam benda pipih itu. Sudah pasti Dinda yang begitu ngebet.

"Dasar wanita gak laku.."Ingin rasanya Arumi mencibir Dinda tepat di depan orangnya. Tapi untuk saat ini Arumi belum ada waktu. Yang sangat penting urusannya dengan Damian lalu setelah itu Dinda yang harus ia balas juga.

Arumi turun dari tangga namun langkahnya terhenti ketika melihat Damian duduk di sofa. Arumi awalnya tidak peduli, Iapun segera menuju dapur untuk memasak.

"Arumi..ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.." Arumi menghentikan pergerakannya sejenak, Wanita itu menoleh ke arah sang suami hingga matanya kini bersirobok dengan mata datar Damian.

"Aku juga ada hal yang ingin aku bicarakan mas... Mungkin menurut mas ini gak penting. Tapi bagiku ini penting..." Setelah itu Arumi kembali melanjutkan kegiatannya.

Entah mengapa Arumi merasa ada yang berbeda kali ini dengan Damian. Pria itu tidak seperti biasanya yang bicara selalu memakai urat. Tapi sekarang? Semua berbeda.

Apa semua ada hubungannya dengan yang semalam? Wanita itu mengedikkan bahu, Sudahlah terserah mau bagaimana lagi. Arumi sudah tidak peduli lagi..

Arumi telah selesai dengan acara masak memasaknya. Kini wanita itu telah menata semua menu makanan di atas meja. Sebagai istri yang baik, Tentu saja Arumi memanggil Damian agar turut ikut sarapan bersama.

Mau tidak mau yang penting sudah di panggil kan? Terserah Damian mau ikut makan atau tidaklah.. Tapi hal di luar dugaan terjadi. Damian datang ke ruang makan dan ikut sarapan berdua dengannya.

Sebuah pemandangan yang mungkin sangat langka selama pernikahan mereka berjalan. Dan yang membuat Arumi sesak adalah? Kenapa disaat-saat ia ingin mengakhiri hubungan sakral ini Damian sedikit ada perubahan.

"Masakan kamu enak juga ya.." Puji Damian seraya menikmati masakan Arumi. Andai pujian itu di ungkapkan dulu, Mungkin Arumi akan senang..Tapi sekarang pujian itu seakan hambar di telinga wanita itu.

Usai sarapan pagi, Keduanya duduk di sofa ruang tengah. Mereka saling diam tanpa ada sepatah katapun.

"Mas mau bicara apa? Bicara saja. .." Ucap Arumi memecah keheningan.

"Kau saja... Aku nanti saja setelah kau.."

"Tapi mas..

"Kau saja yang duluan.." Arumi mengangguk, Ia menarik nafas.

"Bismillahirrohmanirrohim.. Mari kita bercerai mas...

Deg!

.

.

.

TBC