NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6

Setelah kepergian GS dan Haris, Kalea diminta masuk ke kelas dan mulai perkenalan diri.

"Silahkan, Nak, perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu," ujar Bu Salma pada Kalea yang berdiri menghadap semua murid yang melengkungkan senyum padanya kecuali seorang gadis di sudut kanan belakang.

"Perkenalkan, saya Kalea Ludovica. Biasa dipanggil Lea. Semoga kita bisa jadi teman baik. Terimakasih." Kalea mengakhiri perkenalannya dengan senyuman kecil.

"Senyum mu membuat hatiku meletup-letup," ujar seorang laki-laki yang duduk di barisan tengah. Rambut ikal dengan bandana merah terikat di lengan kanannya.

"Ini mah kelewat cakep, pengen gue karungin trus gue bawa pulang deh," sambung laki-laki lain membuat Kalea terkekeh.

"Gue Crist, terserah lo manggil gue apa. Manggil sayang juga boleh," kata Crist duduk di barisan ketiga dari belakang dengan percaya diri.

"Paling juga cewek miskin yang sukanya tebar pesona sama kakak kelas dan cuma ngandelin beasiswa belagunya udah selangit!"

Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Lala, gadis yang duduk di pojok belakang sebelah kanan. Perempuan dengan jepit rambut berwarna putih tersebut angkat bicara membuat yang lainnya menoleh bersamaan padanya.

Tidak heran mereka mendengar kalimat itu menggema di kelas, Lala memang gadis yang suka membuat masalah.

"Dihh, ngaca lo sono! Muka kayak nenek sihir gitu lo banggain. Gak heran semua cowok jijik lihat tingkah lo," sembur Rama. Cowok yang duduk di barisan ketiga dari belakang menyindir keras Lala.

"Gak usah ikut campur deh lo!" lontar Lala tidak mau kalah.

Suasana kelas yang mulai riuh membuat Kalea hanya terdiam sampai kedua matanya menatap dua gadis di barisan depan sebelah kanan melambaikan tangan padanya.

Letta dan Ana ada dikelas ini? Gue sekelas sama tukang ribut, astaga. Mimpi apa gue semalam bareng terus sama mereka," gumam Kalea dalam hati.

"Sudah diam!! Kamu juga Lala, ada murid baru bukannya memberi kesan baik malah merusak nama baiknya. Ibu tidak suka mendengar ucapan kamu barusan."

"Maaf, Bu. Namanya keceplosan," sahut Lala seraya memainkan pena hitamnya.

"Baik Kalea. Kamu bisa duduk di bangku kosong disana ya Nak." Kalea mengangguk dan berjalan ke arah dimana mejanya berada.

Saat ia duduk sebuah sentuhan di pundaknya membuat Kalea memutar kepala dan mendapati seorang laki-laki, sebut saja Rama tengah tersenyum padanya.

"Gak usah dengerin omongan Lala. Dia selalu begitu dan lo harus terbiasa dengan mulut pedasnya." Kalea mengangguk.

***

Pembelajaran hari ini berlangsung dengan baik sampai bel berbunyi pertanda istirahat pertama tiba. Sebagian murid sudah lebih dulu keluar menuju kantin, ada yang keluar berdiri di depan pembatas kelas dan ada yang masih dikelas saling bergosip dengan teman sebangkunya.

Dua orang gadis dibarisan depan terus saja menatap Kalea yang serius mencatat materi hari ini, sampai akhirnya salah satu gadis itu tiba-tiba duduk di sebelah Kalea.

"Kok lo gak bilang mau sekolah disini?"

"Kalau kita tau Lo sekolah disini, tadi pagi kita bisa jemput lo."

Dia Letta, gadis berambut kuncir tinggi dengan hidung mancung juga bibirnya yang mungil sedang berceloteh panjang pada Kalea.

"Tau nih. Lo kira kita bakalan terkejut karena kedatangan lo, dih! kagakk," tukas Ana berdiri di samping meja Kalea melipat tangan di depan dada.

Ana itu gadis yang tidak peduli dengan apa yang keluar dari mulutnya. Mereka yang tidak mengenal pribadi Ana akan mudah tersinggung dengan sifat Ana. Kalea hanya tersenyum-senyum mendengar ucapan dua gadis tersebut.

Dibanding dengan Letta, Ana lebih ribet dan dia apa adanya.

"Gue lupa kabarin lo berdua dan gue gue juga ngga tau kalau kalian sekolah disini," jawab Kalea.

"Kita kan pernah bilang pas kita ke rumah Lo..."

"Gak ingat, ya elahh..."

"Yaudah yuk kantin, gue lapar bangat nih. Catatan lo nanti aja dilanjut," ujar Ana mengelus perutnya.

Mereka keluar dari kelas menuju kantin. Semua mata memandang Kalea yang berjalan diantara kedua gadis yang berparas cantik, yaitu Ana dan Letta.

Inilah salah satu kebahagian laki-laki bisa puas memandang wajah mereka sesuka hati. Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Ditambah Kalea

"Itu orang gitu bangat liatin nya, geram gue jadinya," ujar Kalea.

Sebelum pindah ke sekolah kakaknya, Kalea sudah terbiasa mendapat tatapan seperti itu setiap harinya, tapi ini lain cerita lain sekolah. Bayangkan saja saat berjalan pun ia ditatap sama orang yang ia tidak kenal sama sekali.

***

Kantin utama sekolah pagi ini sudah ramai akan murid-murid yang hendak mengisi perut mereka yang kosong. Padahal baru lima menit lalu bel istirahat berbunyi. Banyak dari mereka tidak hentinya menerobos antrian panjang di sana.

Syukur Kalea, Letta dan Ana datang lebih awal. Sudut dekat jendela adalah tempat paling cocok menikmati makanan pagi ini.

"Kalian mau mesan apa?" tanya Ana memainkan ponselnya.

"Gue mie ayam sama lemon tea," sahut Letta.

"Gue—"

"Dah, udah, gue udah tau pesanan lo. Duduk tenang ajahlah..."

"Norak lo. Buruan sana keburu masuk.." ujar Kalea.

"Jadi tadi pagi lo naik angkot ke sekolah. Serius lo gak lagi bohong, kan?" Letta kurang percaya dengan omongan Kalea.

"Lo pikir gue tukang bohong dan lo tahu parahnya itu dimana—pas gue dicegat cowok itu di lorong sekolah, si GS, entah siapa itu namanya, dia nolongin gue."

Kalea mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Letta karena temannya yang satu itu tidak mudah untuk diyakinkan.

"Gabriel—kakak kelas yang cool abis itu?!" Kalea yang merasa itu cowok yang sama mengangguk. Tidak sampai sepuluh menit Ana datang dengan nampan berisi pesanan mereka.

"Suara lo, Let, kedengaran sampai sana," ujar Ana pada Letta.

"Iya kali suara gue nyampe sana..."

"Tobat deh loh, gak percayaan bangat sama omongan orang." Ana mulai menaruh pesanan mereka di atas meja. Kalea hanya memesan jajan cokelat dengan harga dua ribuan dan segelas jus alpukat.

"Kak GS kok makin hari makin ganteng ajah sih!"

"Kak Bobby Kak Bobby, pelukable bangat sih Kak. Mau dong dipeluk sama kakak."

"Adiiiittt!! LOVE YOUU!!"

"Duhhh, Kak Haris diam-diam ajah tetap ganteng, yah."

"Kak Zionnn! buat les musik dong kak, pengen diajari sama kakak."

Teriakan kaum perempuan kurang belaian itu selalu saja terdengar setiap most wanted sekolah mendadak datang ke kantin utama. Padahal sudah jelas, mereka memiliki satu kantin khusus buat geng mereka. Kantin belakang sekolah—milik mang Kumis.

Letta dan Ana sama sama berdecak kesal. Membanting sendok lalu melipat tangan di depan dada. Acara makan mereka batal sudah. Bagaimana tidak, disaat lagi enaknya makan, suara menjijikan itu mengganggu pikiran mereka.

"Mulai deh itu para betina..." kata Letta bersandar di kursi. Sorot matanya mengarah ke pintu kantin. Tadinya suasana kantin aman sentosa, belum beberapa menit kantin kembali heboh dengan kedatangan mereka.

"Makanya gue malas pagi pagi gini ke kantin," celetuk Ana. "Lo ajah gitu, pengen gue pitess satu satu."

Kalea tampak bingung menatap kedua temannya. "Kenapa sih lo berdua?"

"Gak nafsu bangat sumpah. Dengar cewek cewek di sana buat gue pengen muntah."

"Iya kan mereka cuman teriak doang, Letta. Lo tau kan definisi kagum itu apa..." kata Kalea memakan semua jajan lima ribunya.

"Teriak gimana nya, sih? Pasang mata juga kuping lo, Lea... Lihat itu lihat, cewek depan pintu, tingkahnya beh macam cewek— iya gitulah. Lo pasti tau maksud gue.."

"Bukan urusan kita, biarin ajah. Capek banget ngurusin hidup orang lain. Dari dulu lo berdua selalu begitu..."

"tapi gue risih..."

"Gak sampai ikut campur juga," tandas Kalea membuat Letta dan Ana berdehem sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!