NovelToon NovelToon
Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Gangster
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Caca adalah seorang gadis pemalu dan penakut. Sehari-hari, ia hidup dalam ketakutan yang tak beralasan, seakan-akan bayang-bayang gelap selalu mengintai di sudut-sudut pikirannya. Di balik sikapnya yang lemah lembut dan tersenyum sopan, Caca menyembunyikan rahasia kelam yang bahkan tak berani ia akui pada dirinya sendiri. Ia sering kali merangkai skenario pembunuhan di dalam otaknya, seperti sebuah film horor yang diputar terus-menerus. Namun, tak ada yang menyangka bahwa skenario-skenario ini tidak hanya sekadar bayangan menakutkan di dalam pikirannya.

Marica adalah sisi gelap Caca. Ia bukan hanya sekadar alter ego, tetapi sebuah entitas yang terbangun dari kegelapan terdalam jiwa Caca. Marica muncul begitu saja, mengambil alih tubuh Caca tanpa peringatan, seakan-akan jiwa asli Caca hanya boneka tak berdaya yang ditarik ke pinggir panggung. Saat Marica muncul, kepribadian Caca yang pemalu dan penakut lenyap, digantikan oleh seseorang yang sama sekali berbeda: seorang pembunuh tanpa p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

Dalam keadaan yang tak terelakkan, Marica mengetahui bahwa melawan akan sia-sia. Senjata-senjata terarah padanya dari segala arah, menciptakan lingkaran kematian yang menyempit di sekelilingnya.

Dengan keputusasaan yang menggelora, dia memutuskan untuk menyerah, melepaskan balok yang sebelumnya dia pegang dengan tangan gemetar.

"Hahahaa..." tawa Marica bergema di ruangan yang terasa semakin mencekam. Tatapan liar yang menyala di matanya memantulkan kegilaan yang tersimpan di dalam dirinya.

Kalvaro, yang awalnya tersenyum dengan angkuhnya, kini mengganti ekspresinya dengan tatapan sinis yang menyiratkan kepuasan atas keadaan yang terjadi.

"Kau ingin aku mati?" tanya Marica dengan nada yang menantang. Namun, Kalvaro hanya diam, tidak memberikan jawaban apapun.

Namun, ketika Marica menanyakan apakah dia ingin Marica mati, Kalvaro hanya diam di tempatnya, membiarkan pertanyaan itu melayang di udara dengan beban yang tak terucapkan.

"Itu tidak adil sekali. Setidaknya sebelum aku mati, biarkan aku membunuh salah satu dari kalian!" teriak Marica dengan keputusasaan yang terpancar dari setiap katanya.

Kalvaro tak bisa menahan tawanya, melihat kegilaan yang memenuhi Marica dengan intensitas yang memabukkan. Baginya, situasi ini begitu lucu, seperti pertunjukan konyol yang tak terduga.

"Kalian jauhkan senjata kalian," ucap Kalvaro dengan suara yang tenang, sambil bangkit dari tempat duduknya.

Dengan langkah yang mantap, dia mengambil pisau yang terpajang di dinding, lalu melemparkannya ke arah Marica dengan kejam. Pisau itu mendarat tepat di dekat kakinya, menciptakan dentuman yang memekakkan telinga.

Senjata-senjata yang tadinya ditodongkan ke arah Marica kini diletakkan kembali ke balik baju masing-masing. Marica dan targetnya, terpisah oleh ruang kosong yang menegangkan, menunggu keputusan yang akan ditentukan oleh Kalvaro.

"Kau bunuhlah dia!" Kalvaro menunjuk salah satu anak buahnya dengan perintah yang tegas, menyiratkan bahwa tidak ada tempat untuk penundaan atau penyesalan.

Semua orang mundur dengan teratur, membuka ruang antara Marica dan targetnya, menyiapkan panggung untuk pertunjukan kematian yang akan datang. Di tengah keheningan yang membelenggu, langkah-langkah keputusasaan dan kegilaan bergabung menjadi tarian tragis yang menyiratkan kehancuran yang tak terhindarkan.

"Menyebalkan!" teriak Marica dengan kemarahan yang membara. Dengan satu gerakan cepat, dia meraih pisau yang dilemparkan Kalvaro dan mengarahkannya ke target yang ditunjuk. Dia mencoba menikam pria itu, tetapi dia berhasil menghindar dengan cekatan.

"Nak, hati-hati, kau bisa terluka," ucap pria itu sambil tertawa, diikuti oleh tawa rekan-rekannya yang berdiri di sekelilingnya.

Di sudut ruangan, Kalvaro duduk dengan santai, menyesap minumannya sambil menikmati tontonan yang berlangsung di depan matanya.

Ruangan itu gelap dan penuh asap, cahaya lampu yang redup menggantung di langit-langit memberikan suasana yang suram dan penuh ketegangan. Para penonton berdiri mengelilingi pusat ruangan, di mana Marica dan pria itu berhadapan. Mereka bersorak-sorai, menikmati pertunjukan pertarungan yang mendebarkan ini.

"Mati kau!" teriak Marica dengan suara yang penuh kebencian, menggelegar di ruangan itu. Dengan gerakan lincah dan penuh determinasi, dia kembali menyerang pria tersebut.

Serangannya cepat, tangan yang memegang pisau bergerak seperti kilat, sementara kakinya menari di lantai, mencari titik lemah pada lawannya. Meski pria itu terus menghindar dengan ketangkasan yang terlatih, sebuah sayatan kecil di lengannya cukup untuk mengganggu konsentrasinya sejenak.

"Ketika pisau Marica membuat kontak pertama dengan lengan pria itu, terjadi reaksi kimia dan fisika instan pada permukaan kulit. Pisau yang tajam menembus epidermis, lapisan kulit terluar yang bertindak sebagai penghalang pertama terhadap serangan fisik." suara Caca di dalam pikiran Marica.

"Di bawahnya terdapat dermis yang lebih tebal dan penuh dengan pembuluh darah kecil serta saraf sensorik. Sayatan pada dermis ini memicu pelepasan histamin dan prostaglandin dari sel-sel mast, menyebabkan rasa sakit dan reaksi peradangan lokal."

"Secara fisika, gerakan cepat dan tajam dari pisau menimbulkan gaya geser pada jaringan kulit dan otot, menyebabkan serat-serat kolagen terputus dan pembuluh darah kapiler pecah. Gaya yang terfokus pada ujung pisau membuatnya mudah menembus jaringan lunak, sementara ketajaman pisau mengurangi hambatan, memungkinkan sayatan yang bersih dan dalam. Manfaatkan waktu ini,"

Melihat kesempatan itu, Marica memanfaatkan momentumnya. Dengan dorongan kuat yang melibatkan seluruh otot tubuhnya, "kombinasi koordinasi otot-otot besar, seperti otot-otot deltoid, pektoral, dan otot-otot inti yang bekerja sama untuk menghasilkan dorongan maksimal," dia berhasil menjatuhkan pria itu ke lantai.

Dorongan tersebut menghasilkan gaya yang cukup besar, mengingat massa dan percepatan yang dihasilkan oleh tubuhnya yang bergerak cepat, sesuai dengan hukum kedua Newton, 𝐹=𝑚𝑎F=ma.

Dalam sekejap, Marica duduk di atasnya, menahan tubuh pria itu dengan lututnya. Dengan penuh kemarahan dan kekuatan yang tak terhingga, dia mulai menikam tubuh pria tersebut bertubi-tubi di titik-titik vital.

"Setiap tusukan yang dilakukan mengikuti prinsip biomekanika dan fisika. Dia mengarahkan pisau dengan presisi ke arah titik-titik vital, seperti jantung, paru-paru, dan arteri besar. Setiap tusukan pisau menghasilkan penetrasi yang mendalam, memotong melalui jaringan kulit, otot, dan organ dalam."

Pisau itu menusuk ke dalam daging dengan kecepatan tinggi, menerobos lapisan epidermis, dermis, dan masuk ke dalam jaringan otot. Setiap tusukan memerlukan gaya yang cukup untuk menembus resistensi jaringan tubuh manusia, memanfaatkan momentum yang dihasilkan oleh lengan Marica. Momentum, 𝑝=𝑚𝑣p=mv, memberikan penetrasi yang dalam pada setiap tusukan.

"Ketika pisau menembus arteri besar seperti arteri karotid atau aorta, tekanan darah tinggi di dalam arteri menyebabkan darah menyembur keluar dengan kuat. Arteri memiliki dinding yang elastis dan tebal yang dirancang untuk menahan tekanan darah tinggi; ketika dinding ini terpotong, darah terpompa keluar dengan tekanan yang tinggi, menciptakan semburan yang kuat."

"Darah yang mengalir kaya akan oksigen dan nutrisi, serta mengandung berbagai komponen seluler seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Secara kimia, darah terdiri dari sekitar 45% seluler dan 55% plasma, cairan kekuningan yang mengandung air, garam, enzim, hormon, dan protein plasma."

"Darah, yang mengandung hemoglobin dalam sel darah merah, berwarna merah terang ketika terkena oksigen di udara. Terus tusuk dia,"

Setiap tusukan menghasilkan semburan darah yang memenuhi sekitarnya, memanfaatkan tekanan darah tinggi dalam tubuh. Saat pembuluh arteri besar dipotong, tekanan dari jantung memompa darah keluar dengan kecepatan tinggi, menyebabkan darah menyembur keluar. Ini dijelaskan oleh persamaan kontinuitas dalam fluida, 𝐴1𝑣1=𝐴2𝑣2A1v1=A2v2, di mana penurunan luas permukaan menyebabkan peningkatan kecepatan aliran darah keluar dari luka.

Akhirnya, tubuh pria itu tidak mampu lagi mempertahankan fungsi vitalnya. Kehilangan darah yang signifikan menyebabkan penurunan drastis dalam volume darah yang bersirkulasi, yang dikenal sebagai hipovolemia. Hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan, mengurangi aliran darah ke organ-organ vital seperti otak dan jantung.

Kurangnya suplai darah ke otak menyebabkan hipoksia otak, yang mengakibatkan kehilangan kesadaran. Organ-organ vital lainnya mulai gagal karena kekurangan oksigen dan nutrisi.

"Dalam hitungan menit, tubuh pria itu menyerah pada trauma fisik dan kehilangan darah yang parah, dan detak jantungnya berhenti,"

Lantai di bawah mereka menjadi licin dengan genangan merah pekat. Genangan ini terbentuk dari kombinasi plasma darah dan sel-sel darah yang tumpah keluar, membentuk viskositas yang tinggi. Darah manusia memiliki viskositas sekitar 3-4 kali lebih besar daripada air, yang menjelaskan mengapa lantai menjadi sangat licin dan sulit untuk mempertahankan pijakan.

"Kita berhasil," batin Marica.

Ketika pria tersebut akhirnya berhenti bergerak, Marica menghentikan serangannya, terengah-engah. Dia memandang tubuh yang tak bernyawa di bawahnya, darah mengalir di sekitarnya, menggenang di lantai. Setiap napas yang dia ambil terasa berat, dipenuhi dengan bau besi dari darah yang memenuhi ruangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!