Turn On

" Kaak aku berangkat"

Arga terburu buru memakai sepatunya sampai hampir menabrak meja.

" Arga .. Hati hati, Kakak sudah bilang jangan tidur terlalu malam kamu jadi kesiangan kan " berkacak pinggang.

" hhh anak itu masih saja seperti anak kecil saja "

Setelah Arga berangkat sekolah Deandra mulai membereskan rumah. Karena sejak pagi waktu Deandra sudah habis untuk mencuci baju dan memasak.

~

Huff , " Selesai juga.. " menoleh melihat Jam dinding.

    Jam masih menunjukkan pukul tujuh lebih empat puluh menit itu artinya masih ada cukup waktu bagi Deandra bersiap untuk bekerja.

~

~

  Meskipun hanya bekerja sebagai pramuniaga di sebuah minimarket namun bukan berarti Deandra menyepelekan pekerjaannya. Dea tidak pernah berangkat terlambat apalagi absen tanpa ada keterangan.

  Itulah yang menjadikan Dea disegani oleh pemilik minimarket dan partner kerjanya.

" Pagi Dea.. " melambaikan tangan.

" hai pagi juga " tersenyum dan melambaikan tangan kepada rekannya.

"huff .. Hampir saja "

" Alfia untung waktunya masih cukup " menunjuk ke arah jam digital di depan pintu.

" ahh iya , aku hampir saja terlambat Dea. Ibuku sedang sakit jadi aku yang memasak pagi ini juga mengantarkan Adikku ke sekolah" tersenyum menutupi kesedihannya.

"oh ya? Semoga lbu mu bisa lekas sembuh "

Dea merasa sedikit iri karena beberapa temannya masih memiliki keluarga lengkap, berbeda dengan dirinya.

"aku masuk dulu "

" Oke aku masih harus menyapu bagian depan kau.. Duluan saja "

` Panas terik mulai membakar semangat siang ini , jika dilihat dari dalam jalanan terasa seperti akan memanggang para penggunanya.

~ Drap

  ~ Drap

" Apakah di sini menjual rokok merk Devil ? "

Sebuah suara terdengar tidak asing do telinga Deandra. Saat akan mengecek tatanan minuman di lemari pendingin Deandra berjalan menoleh ke arah kasir.

DEG

  Sosok itu memang sangat familiar.

Deandra bisa mengenali siapa laki-laki yang berdiri di depan kasir itu. Punggung lebarnya, rahang yang kuat dan juga kaki kokohnya.. Deandra tahu betul.

   Sesaat berikutnya sosok tersebut berbalik badan dan tanpa sengaja melihat ada seseorang yang memperhatikan dirinya.

  Merasa tertangkap basah Deandra langsung bersembunyi di balik rak rak makanan ringan.

" Tuan ini kembaliannya" suara petugas kasir memanggil sosok pembeli misterius itu.

" Simpan saja " mengayunkan tangan memberikan isyarat.

Drap..

     Drap..

Suara derap sepatu berjalan mendekat.

   Jantung Deandra seakan ingin menggelinding, akan sangat berbahaya jika sosok laki-laki yang melangkah mendekat itu mengetahui keberadaannya.

" Aku mohon.. Jangan sampai Arson tahu aku di sini... Aku mohon.. Pliss " menangkupkan kedua tangannya memohon.

"Apakah ada orang? "

Arson tidak salah melihat, matanya tidak mungkin salah melihat jika gadis berseragam tadi adalah Honey partner ranjangnya.

   Deandra semakin panik dirinya terpojok, jalan satu-satunya hanyalah berbalik. Namun jika dirinya berbalik maka akan bertemu dan bertatap muka dengan Arson.

" Maaf Tuan.. " seseorang menepuk pundak Arson.

" iya? Ada apa?" menoleh dan menatap heran.

" kembalian Anda terlalu banyak kami tidak bisa menerimanya begitu saja " mengulurkan uang beberapa lembar.

" bukankah aku bilang untuk mengambilnya saja? Kenapa___ "

`` DRRRRTSZZZ`~

Tiba-tiba saja vibrasi ponsel Arson terasa.

" Halo.. Baiklah saya akan segera sampai.. hmm tunggu saja lima menit "

  Tanpa memperdulikan sang petugas kasir Arson berjalan pergi begitu saja.

  Setelah dirasa cukup aman Deandra keluar dari persembunyiannya.

" Haahh syukurlah" Akhirnya Deandra bisa bernafas lega melihat Arson pergi mengendarai mobilnya.

  Deandra melupakan sosok di depannya yang heran melihat kelakuannya.

"Kau mengenal orang itu? "

" Hah? Siapa dia? Yang barusan itu?.. Tentu saja tidak "

" Sayang sekali dia meninggalkan banyak kembalian, jika kau mengenalnya... Hahh lupakan saja akan aku simpan dulu siapa tahu dikemudian hari dia kembali "

  Rasa penasaran Arson sudah terjawab.