NovelToon NovelToon
Kasih Sayang Untuk Aditya

Kasih Sayang Untuk Aditya

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: ilmara

Bismillahirrohmanirohim.

Blur

Ulya sedang seorang gadis muslimah yang sedang menunggu dokter memeriksa ibunya dengan rawat wajah khawatir. Tapi disaat dia sedang terus berdoa untuk keselamatan sang ibu tiba-tiba dia melihat seorang bocah sekitar berumur 4 tahun jatuh tak jauh dari tempatnya berada.

Ulya segera membantu anak itu, siapa sangka setelah bertemu Ulya, bocah itu tidak ingin berpisah dengan Ulya. Anak kecil itu ingin mengikuti Ulya.

"Jadilah pengasuh Aditya, saya akan menyanggupi semua syarat yang kamu mau. Baru pertama saya melihat Aditya bisa dekat dengan orang asing apalagi perempuan. Saya sangat meminta tolong sekali, Ulya agar kamu meneriam tawaran saya." Raditya Kasa Hans.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Bismillahirrohmanirohim.

******** Selamat membaca gusy ********.

...********** Percaya, lah, dimanapun kita berada, Allah akan selalu bersama kita. Allah tahu semua yang kita perbuat. Bahkan di dalam kehidupan lobang semutpun, Allah tahu apa yang mereka lakukan **********...

Deg!

"Maaf tuan Hans, Aditya mau dibawa kemana?"

Baru saja Ulya mau menemui Aditya, tapi sampai di kamar rawat bocah laki-laki itu, dia melihat banyak orang, Aditya juga sudah di pindahkan ke brankar yang lain entah akan di bawa kemana.

Melihat ada Hans berdiri di antara banyaknya orang yang tidak Ulya kenal, dia segera menghampiri Hans untuk menanyakan langsung pada daddy dari Aditya, apa yang sebenarnya terjadi.

"Mbak Lia." Panggil Aditya saat melihat kehadiran orang yang dia tunggu-tunggu sedari tadi.

Padahal Hans belum sempat menjawab pertanyaan Ulya, malah Aditya lebih dulu bersuara memanggil namanya.

"Mbak Lia, cini." Ulya tidak tahu kenapa Aditya memasang muka memohon pada dirinya, Ulya menatap bingung anak kecil itu.

Karena bingung Ulya menatap Hans dan Aditya secara bergantian, dia belum paham apa yang sedang terjadi sekarang. Sampai Ulya mengingat perkataan Aditya tempo hari yang menyinggung masalah operasi.

"Ya Alllah, Astagfirullah. jangan-jangan operasi yang pernah Aditya ucapkan pada dirinya sendiri itu benar akan terjadi. Hari ini waktunya." Ulya menutup mulutnya menggunakan satu tangannya tak percaya, walaupun Hans belum menjelaskan apapun pada Ulya apa yang terjadi, tapi Ulya sudah dapat menyimpulkan satu hal. Dia ingat sekali kata-kata Aditya di rooftop beberapa hari lalu.

Kedua bola mata Ulya mengerjap seakan tak percaya, jika ucapan Aditya saat itu bukanlah khayalannya belaka.

"Aditya, belum mau masuk ke ruang operasi kalau belum bertemu denganmu." Suara Hans akhirnya membuat Ulya tersadar dari lamunannya.

"Temui dia dulu, tolong bujuk Aditya agar mau melakukan operasi."

Kali ini Ulya dapat melihat tatapan memohon dari Hans, tidak pernah sebelumnya dia melihat laki-laki dingin di sebelahnya ini sekacau sekarang, walaupun Ulya juga memang tidak pernah memperhatikan Hans. Sebuah anggukan kepala Ulya tujukan pada Hans, lalu kakinya melangkah mendekati Aditya yang masih menunggunya di atas brankar.

Beberap orang menyingkir untuk memberikan ruang pada Ulya agar bisa leluasa mendekati Aditya, tatapan gadis berhijab itu tak lepas dari bocah tampan di depannya, keduanya saling melempar senyum tulus satu sama lain. Hans terus memperhatikan interaksi kedua orang itu.

"Aditya, maaf ya, mbak Lia barus datang." Ucapnya masih mempertahankan senyum manis miliknya, tidak ada yang tahu kalau saat ini Ulya sedang menahan sesak di dadanya melihat Aditya sudah menderit penyakit sejak kecil.

Entah kapan Ulya merasa sangat dekat dan begitu menyayangi Aditya, semua itu mengalir begitu saja. Aditya yang memiliki arti Matahari seakan menarik Ulya untuk terus berada didekatnya, Matahari menyuruh Ulya untuk terus menjaga dan menyayangi Aditya.

"Tidak papa, mbak Lia. Aditya akan menunggu campai mbak Lia datang."

"Tidak boleh seperti ini lagi, oke. Sekarang Aditya harus operasi ya." Bujuk Ulya dengan suara yang begitu lembut.

"Tapi, Aditya takut, mbak." Ulya meletakan satu jarinya tepat di bibir Aditya agar bocah itu tak melanjutkan ucapannya.

"Aditya tidak boleh takut oke, tahu kan, kalau Allah akan selalu bersama kita, bersama mbak Lia, bersama daddy Hans, bersama para dokter, para suster dan bersama Aditya. Jadi Aditya tahu apa maksud, mbak Lia."

"Cekarang Aditya sudah tahu, mbak. Aditya ndak takut lagi."

"Cebelum itu, boleh Aditya minta cecuatu cama mbak Lia?"

"Boleh, apapun untuk, Aditya." Jawab Ulya dengan semangat penuh, dia melakukan itu agar Aditya tetap semangat.

Semua orang bungkam tidak ada yang angkat bicara satupun, mereka hanya memperhatikan apa yang Ulya dan Aditya ucapan begitu juga dengan Hans.

"Cetelah celesai operaci, orang pertama yang ingin Aditya lihat, mbak Lia dan daddy. Bica?"

"Insya Allah, mbak Lia janji. Sekarang Aditya harus melakukan operasi lebih dulu. Semangat."

Anggukan semangat dari Aditya membuat mereka semua menghela nafas lega. Para suster segera membawa Aditya masuk ke dalam ruang operasi, dokter spesialis untuk melangsungkan operasi Aditya juga sudah siap. Semua orang sudah ada di ruang operasi kini hanya tinggal Ulya dan Hans di depan ruang operasi.

"Terima kasi." Ucap Hans yang membuat Ulya menoleh kearahnya.

"Sudah menjadi tugas saya tuan Hans, kalau boleh tahu, kira-kira berapa jam pelaksanaan operasinya?"

Melihat Ulya tetap berusaha tersenyum, Hans menjadi merasa bersalah. Dia tahu Ulya sedih melihat Aditya seperti ini, tidak ada niatan sedikitpun dalam diri Hans untuk menarik orang lain masuk ke dalam masalahnya, namun, semua mengalir begitu saja. Seperti yang Ulya rasakan.

"Paling cepat 2 jam, paling lambat 5 jam."

"Tuan Hans-"

"Panggil saja saya Hans."

"Maaf, tapi terkesan tidak sopan."

"Kamu boleh memanggil saya dengan sebutan, Mas!"

"Eh,"

"Tidak mau tak masalah, asal jangan panggil saya taun Hans atau bapak Hans. Saya masih seumuran abang, kamu."

"Saya paham, boleh saya menemui, mama dan abang, saya lebih dulu."

"Boleh, nanti kalau operasinya sudah selesai saya akan mengabarimu."

"Terima kasih."

Percakapan yang bisa dibilang singkat antara Hans dan Ulya berakhir begitu saja setelah Ulya pamit berlalu pergi dari hadapan Hans.

"Lancarkan operasi Aditya, Ya Allah." Doa Hans.

"Lancarkan operasi Aditya, Ya Rabb." Doa Ulya juga saat berlalu dari hadapan Hans.

Tak lupa Hans memberi kabar pada kedua orang tuanya dan sang adik, jika hari ini Aditya akan melakukan operasi. mendengar kabar dari Hans kedua orang tua beserta adiknya segera menuju ke rumah sakit Harapan Bangsa milik keluarga mereka.

Waktu bergulir.

"Hans, bagimana operasinya?" tanya ibu Milda khawatir. Mereka baru saja sampai.

"Mama, belum tahu ma. Dokter belum keluar."

"Kamu, sudah makan, sayang?"

"Belum!"

Cek!

"Jangan seperti ini Hans, jika Aditya melihatmu seperti sekarang ini, mama tidak tahu apa yang akan dia perbuat."

Ibu Milda menatap iba pada anak sulungnya itu, lalu dia beralih menatap pada putra bungsunya.

"Arion, ikut mama." Ajak Milda pada putra bungsunya yang sekarang sudah berumur 19 tahun.

"Baik, ma."

"Pa, Hans, mama dan Arion pergi beli makan dulu."

Setelah kepergian ibu Milda dan Arion, pak Leka papa dari Hans pamit pergi ke toilet. Tepat saat semua keluarga Hans pergi Ulya datang bersamaan dengan dokter yang telah selesai melakukan operasi.

"Bagimana operasinya, dok?" tanya Hans dengan raut khawatir sama seperti Ulya.

"Alhamdulillah, operasinya lancar hanya tinggal menunggu aden Aditya sadar, pengaruh obat bius membuatnya belum siuman, kami akan memindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu." Hans mengangguk lega dan mengerti ucapan dokter begitu juga dengan Ulya.

3 jam telah berlalu Aditya akhirnya sadar juga, keinginannya terwujud saat membuka mata orang pertama yang dia lihat, daddynya dan mbak Lia sedang tersenyum ke arah dirinya. Aditya membalas senyum kedua orang dewasa itu, senyum mengembang dikedua sudut bibir Hans.

Sedangkan mama dan adik laki-laki Hans entah tersesat dimana, sudah 3 jam tapi mereka belum kembali. Hans maklum atas kebiasaan buruk mamanya juga adik bungsunya itu. Sedangkan sang papa juga belum terlihat batang hidungnya mungkin beliau tersesat di rumah sakit sendiri.

1
Ikhsan Fajar N
Arion, bener bener yee tu mulut😂
Sunarti Puji
lumayan bagus 👍
Asyatun 1
lanjut
Evy
Apa gunanya CCTV...
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒍𝒈 𝒑𝒅𝒉𝒍 𝒅𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝑵𝒂𝒎𝒊𝒓𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒖𝒑 𝒅𝒂𝒕𝒆 𝒏𝒚𝒂 😞😞 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆 𝒋𝒂𝒎𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒏𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖𝒊𝒏 𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 😏😏
Ilmara: Udah up lagi ya kak, kemarin-kemarin emang belum ada waktu aja🙏🤗
total 1 replies
Lilik Juhariah
suka kl cerita ada masalah larinke Allah ke Masjid , rata rata lari ke club' minum , pake obat perangsang Beratus novel ky begitu.semua
Khairanur
lanjut tor.aku suka ceritanya
Sumiati 32
Aditya hrs bahagia
Mimi Sanah
hahahaha mapus loh hans😁
Mimi Sanah
hahahaha modelan kayak begini jeh 😁
Zea Rahmat
kok tiba2 udh ada di rumah ya.. perasaan tadi masih di rs pas fahri blg jgn marahin mbak lia... ga ada narasinya dulu gitu.. jd bingung 😆😁
Suhadma
cerita nya bagus banget sampay ga bosen baca nya
Neulis Saja
karena Ulya belum berpengalaman jadi kelihatan innocent
Neulis Saja
cuma motif mereka mencelakakan Rama dan jeni masih secret terus mereka waktu pergi mau kemana ? urusan apa sampai meninggalkan anaknya yg dititipkan ke mertuanya juga msh abu2
Neulis Saja
ria kamu menyesal telah memberikan info hoax
Neulis Saja
siapa lagi yg hrs disuruh jedepan oleh hans
Neulis Saja
kalian baru tahu yah yang dianggap rendah ternyata suhu
Neulis Saja
next
Neulis Saja
pasti cia terpesona karena ada yg datang
Neulis Saja
kamu zevran org terpelajar jadi setiap yg didengar, dilihat belum tentu sama dgn apa yang terjadi cek in recek dong sama anak kampus mau dengar gosip ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!