Dita terpaksa menikah dengan pria CEO lumpuh dan dikenal impoten, menggantikan kakak nya Dora yang kabur bersama dengan Ricardo, pacarnya.
Dita tidak menyangka kalau suaminya adalah pria tampan dan tidak impoten seperti kabar yang beredar.
Dora menyesal telah kabur bersama dengan kekasih nya setelah mengetahui kalau calon suaminya yang kini menjadi suaminya Dita adalah pria sempurna sesuai kriteria nya.
Ikuti cerita lengkapnya di Novel
WANITA PENGGANTI CEO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Tirai kamar itu sudah tersingkap. Namun terlihat Dita masih terlihat terlelap dalam tidur nya. Bahkan Dita tidur dibalik selimut tebalnya dan juga sudah berpindah di atas tempat tidur. Sandy sengaja membuka tirai kamar itu lebar-lebar. Sinar matahari menerpa wajah Dita yang masih terlelap dalam buaian mimpi. Kini Dita menerjap-nerjapkan matanya terbangun dari tidurnya.
"Eh, kenapa aku bisa pindah di atas kasur? Bukankah tadi malam aku tidur di kursi sofa yang panjang? Kenapa bisa pindah di atas tempat tidur?" pikir Dita. Dita kini melihat Sandy sudah siap dengan pakaian kantornya.
"Sudah bangun? Cepatlah mandi dan bersiaplah! Aku akan menunggu kamu di bawah di ruang makan! Oke?" ucap Sandy yang terlihat keren dan berwibawa dengan penampilan nya seperti CEO muda.
"Hah? Kenapa aku harus ikut ke kantor bersama kamu?" protes Dita. Sandy menyipitkan bola matanya mendengar Dita yang memprotes perintah nya.
"Tidak menerima protes! Segera mandi dan bersiaplah lah! Oh iya, jangan lupa, jangan berpenampilan norak seperti orang kampung! Itu aku sudah menyiapkan pakaian untuk kamu pakai bersama ku di kantor. Aku akan memperkenalkan kamu sebagai istriku di kantor pada karyawan-karyawan ku dan juga klien-klien ku," ucap Sandy. Sandy dengan cuek melenggang keluar dari kamar itu dan tanpa memperdulikan Dita yang ingin memprotes dengan tindakan Sandy yang akan memperkenalkan dirinya pada karyawan-karyawan di kantor perusahaan itu.
"Sandy! Kamu tidak bisa melakukan ini! Aku bukanlah istri kamu! Aku istri tuan muda Emon!" teriak Dita. Namun Sandy sudah keluar dari kamar itu meninggalkan Dita yang masih ngomel-ngomel memprotes tindakan Sandy.
Dita dengan malas akhirnya segera masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan tubuh nya. Setelah itu Dita mulai mengenakan pakaian yang sudah disiapkan oleh Sandy di atas tempat tidur.
"Baju ini!" gumam Dita sambil melihat dress pendek dengan kardigan yang elegan. Dengan sedikit make up yang tipis, Dita merias wajahnya sesuai kemampuan nya bersolek.
Sandy sudah mempersiapkan lengkap untuk Dita dari tas, sepatu yang ukurannya sama dengan kaki. Dita. Benar-benar sangat teliti dan seolah paham dengan ukuran yang dipakai oleh Dita.
"Kenapa tuan muda Sandy bisa tahu dan paham akan ukuran sepatu juga pakaian yang aku pakai? Tuan muda Sandy sangat paham selera aku. Sebenarnya siapa sih, Sandy ini? Sikapnya yang suka sekali jahil dengan aku, tapi dia sangat paham dengan selera dan ukuran barang yang aku gunakan," pikir Dita sambil sedikit menambah warna merah di bibir nya.
Tok.
Tok.
Tok.
Dita segera membuka pintu dan menyambar tas baru yang disiapkan oleh Sandy.
"Nona, sudah ditunggu tuan muda Sandy di ruang makan!" ucap pelayan yang masih muda di rumah itu setelah Dita membuka pintu kamarnya.
"Terimakasih, bibi! Saya akan segera turun ke bawah!" sahut Dita.
"Eh, handphone ku ketinggalan!" ucap Dita sambil. masuk kembali ke dalam kamar dan mengambil ponselnya yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Setelah nya, Dita melangkah menuju anak tangga dan menuruni nya. Pelayan yang memanggil Dita mengikuti langkah Dita yang menuruni tangga menuju ke ruang makan.
Di ruang makan sudah menunggu Sandy. Kedua mata Sandy melebar sempurna saat melihat kedatangan Dita. Dita dengan cuek duduk di depan Sandy.
*****
Sandy melihat Dita tanpa berkedip. Sedangkan Dita yang dilihat oleh Sandy pura-pura cuek dan tidak peduli.
"Cantik! Hem, hanya sedikit polesan tipis di wajahnya saja, wanita ini terlihat elegan," pikir Sandy sambil memandangi Dita yang kini sudah mulai mengambil hidangan di depannya.
"Tuan muda Sandy! Apakah hanya melihat wajahku, anda sudah bisa merasakan kenyang?" ucap Dita sambil mengambil daging di piring depannya.
"Eh??" tentu saja Sandy terkejut. Sandy segera menghabiskan roti yang sudah diberi selai di atasnya.
"Kamu sudah terbiasa makan berat di pagi hari yah?" tanya Sandy sambil melihat Dita yang dengan lahapnya memakan nasi goreng dengan stik daging.
"Benar! Apakah tuan muda tidak makan nasi?" tanya Dita.
"No! Aku belum terbiasa makan-makanan berat di pagi hari. Roti dan segelas susu di pagi hari. Nanti siang barulah makan makanan yang lebih berat," jawab Sandy.
" Baiklah! Semua lantaran sudah menjadi kebiasaan," sahut Dita.
"Benar! Cepat selesaikan makanan kamu! Kita harus segera tiba di kantor. Ingat Dita! Kamu adalah istri aku. Oke?" ucap Sandy. Dita menghentikan makannya dan menatap tajam ke Sandy.
"Tuan muda Sandy! Sebenarnya untuk apa saya harus mengikuti semua yang dikatakan oleh tuan muda Sandy? Sedangkan tuan muda Sandy tahu, bahwasanya saya adalah istri dari tuan muda Emon yang merupakan adik kandung tuan muda Sandy sendiri," protes Dita.
"Sudah berapa kali aku katakan! Jika Emon sendiri lah yang menyuruhku! Dan kamu sudah dititipkan kepada ku! Jadi ikuti semua apa kataku, Dita!" sahut Sandy.
"Tapi saya perlu berbicara dengan tuan muda Emon, tuan!" kata Dita kembali.
"Baiklah! Nanti siang aku akan menyuruh Emon menghubungi kamu. Oke?" ucap Sandy. Dita akhirnya terdiam dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Sandy.
"Ayo, kita berangkat!" perintah Sandy kepada Dita. Sandy berdiri dan mendekati Dita yang masih duduk di kursi makan. Tangan kiri Sandy sudah melingkar ke pinggang seolah menyuruh Dita untuk memasukkan tangannya di lingkaran tangan Sandy.
"Lingkarkan tangan kamu ke tanganku! Kita harus terlihat mesra setiap jalan bersama. Oke? Ingat! Kamu harus berperan sebagai istri aku!" kata Sandy. Dita hanya bisa melebarkan bola matanya dengan sempurna dengan kekonyolan Sandy. Dengan terpaksa dan tanpa protes lagi Dita mengikuti semua yang diminta oleh Sandy terhadap dirinya.
Kedua laki-laki dan wanita dewasa itu kini melangkah keluar dari ruang makan dan menuju ke luar rumah. Di luar telah siap menunggu sopir pribadi yang akan mengantarkan keduanya ke perusahaan. Pintu mobil itu telah dibukakan oleh sopir pribadi Sandy. Keduanya pun masuk ke mobil tanpa banyak bicara.
"Jalan pak! Kita langsung ke hotel terlebih dahulu menjumpai beberapa klien sebelum kembali ke kantor," perintah Sandy kepada sopir pribadi nya.
"Siap tuan muda!" sahut sopir pribadi tersebut sambil menghidupkan mesin mobil mewah itu.
"Apakah di sana ada Ervan?" tanya Dita. Sandy menyipitkan bola matanya. Sandy tidak suka jika Dita terlalu dekat dengan laki-laki selain dengan dirinya.
"Kenapa kamu bertanya mengenai Ervan? Apakah kamu menyukai Ervan selama menikah dengan Emon?" tuduh Sandy. Dita melebarkan bola matanya sempurna.
"Eh, tidak? Saya hanya ingin bertemu dengan Ervan saja. Saya ingin bicara dengan tuan muda Emon tentang masalah ini. Dan memastikan bahwa tuan muda Emon benar-benar sedang berobat ke luar negeri," sahut Dita.
"Apakah ini artinya kamu mengira dan berpikir kalau aku ini telah membohongi kamu, hem?" kata Sandy seraya mendekati wajah Dita. Sontak Dita menjadi sangat gugup.
"Eh, tidak, tidak tuan muda!" sahut Dita sedikit menggeser tempat duduknya supaya Sandy tidak terlalu dekat dengan dirinya.
apakah bahagia melihat kehormatan wanita di permalukan kayak gitu dengan alasan dalam otakmu hanya karena dia wanita jahat