Syifa Anandia, gadis berusia dua puluh tahun, mempunyai kakak tiri bernama Erlinda Aulia. walau mereka saudra tiri, kasih sayang mereka seperti saudar kandung, Namun berbeda dari Ibu Erlinda, yaitu ibu Ningsih, dia sama sekali tidak menganggap Syifa sebagai anak, Erlinda sudah bertunangan dengan laki laki yng tampan dan sudah mapan dari segi ekonomi, tunangannya bernama Elvan Pamungkas,
Hingga suatu hari, ketika Erlinda menyuruh adiknya Syifa untuk menjemputnya di kantor, terjadilah sebuah kecelakaan, mengakibatkan Erlinda meninggal dunia, sebelum Erlinda menghembuskan nafas terakhirnya, dia meminta Elvan untuk menikahi Syifa, dan mencintai Syifa setulus tulusnya, namun disisi lain, Elvan menganggap Syifa adalah penyebab Erlinda meninggal, dan kala itu Syifa sudah dekat laki laki yang bernama Mahardika steven atau Dika pembisnis muda yang sangat sukses, namun dia bekerja sebagai satpam perusahannya sendiri.
Bagaimana kelanjutan kisah Syifa, Dika dan Elvan, antara janji dan cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lies lies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Bayu dan Elvan
Sore ini Syifa kembali di antar Bayu pulang. Dua mobil mewah terparkir di halaman rumah Syifa. Elvan dan Bayu duduk di teras. Seperti biasa Syifa membuatkan kopi. Erlinda masih di dalam kamar untuk berganti baju.
Pak Sas pulang kerja, dia menghentikan langkahnya. Melihat dua mobil terparkir. Pak Sas berfikir siapa yang bertamu di rumahnya. Mobil Elvan Pak Sas sudah tahu, tapi mobil yang satu lagi dia baru melihatnya.
"Assalamualaikum, " Ucap salam Pak Sas.
Elvan dan Bayu berdiri, " Wa'alaikum salam, "
"Ada tamu rupanya, " Pak Sas menyalami Elvan dan Bayu.
Bayu memperkenalkan dirinya. "Saya Bayu pak, satu kantor dengan Pak Elvan, "
Pak Sas duduk, " Nak, Bayu kesini sama Nak Elvan. "
"Saya ngantar Syifa pulang pak, kebetulan saat kerja dia pingsan,. "
Elvan kaget dalam hati berkata " Syifa pingsan, "
"Kenapa bukan nak Dika yang ngantar, "
Bayu sedikit bingung memberikan jawabannya., "emmm Mas Dika dipindah tugaskan, "
"Kopinya jangan dilihat saja, silahkan diminum mumpung masih hangat. ".
Setelah membuatkan kopi, Syifa berdiam diri di kamar. Bayu melarang Syifa untuk keluar sebelum Elvan pulang.
Erlinda sudah mandi dan ganti baju, Erlinda ke teras,
"Loh ayah sudah pulang,. "
"Iya Lin baru pulang, Syifa mana Lin. "
"Dia di kamar yah, "
"Maaf Lin, aku pulang dulu yah, " Elvan berpamitan.
Disusul Bayu juga ikut berpamitan. Mereka berdua pulang beriringan. Setelah mobil sedikit menjauh dari rumah Syifa. Bayu dengan cepat menghentikan mobil Elvan. Bayu turun dari mobilnya, penuh emosi Bayu dengan paksa menyuruh Elvan keluar dari mobil.
Satu pukulan dari tangan Bayu mendarat di perut Elvan. Elvan yang tanpa persiapan langsung jatuh tersungkur. Kembali Bayu memukul pipi Elvan.
Elvan tak mau tinggal diam, dia berdiri membalas pukulan Bayu, mereka berdua saling pukul. Seorang warga melihat kejadian itu. Dia memanggil para warga lainnya.
Beberapa warga datang, posisi Elvan di bawah Bayu, Bayu duduk diperut Elvan dengan brutal dia memukul pipi Elvan. Dua orang warga menarik Bayu dan beberapa lainnya membantu Elvan berdiri.
"Kalian bukan warga disini, kenapa kalian membuat gaduh, " ucap salah satu warga.
Elvan memegang bibirnya yang penuh darah, lalu meludah, "Bawa dia ke kantor polisi pak, " Elvan sambil menunjuk Bayu.
Bayu kembali emosi dia akan kembali menyerang Elvan, namun warga berusaha mencegah.
Bu Ningsih yang dari bepergian melihat ramai ramai. Dia ikut nimbrung dikrumanan warga, Bu Ningsih kaget melihat calon mantunya bapak belur.,
"Elvan,,! teriak bu Ningsih lalu dia menghampiri Elvan. , " Ya allah van, kamu kenapa, "
" Bu Ning kenal dengan pemuda ini, " tanya salah satu warga.
"Iya dia calon mantuku, calon suami Erlinda. "
"Terus pemuda yang satunya lagi bu Ning kenal, " kembali warga itu bertanya.
Bayu yang masih dijaga warga terlihat matanya merah, terdengar nafasnya sesak, dia menahan amarahnya.
Bu Ning mendekat, lalu memperhatikan wajah Bayu., "Oh.iya dia yang kemarin ngantar Syifa pulang, "
Bu Ning memapah Elvan untuk duduk di pos, dia menyuruh seseorang untuk memanggil Syifa dan Erlinda. Sementara Bayu ditenangkan warga disuruh untuk istighfar.
Syifa dan Erlinda berlari cepat menemui Bayu dan Elvan. Tak ketinggalan Pak Sas ikut berlari melihat mereka. Pak Sas sangat terkejut melihat dua pemuda yang tadi dirumahnya terlihat akur, namun setelah berpamitan dari rumahnya mereka berdua babak bekur.
Pak Sas masih terdiam dan berdiri di kerumunan warga.
"Mas Elvan, " Erlinda memegang pipi Elvan yang memar. "Mas Elvan pulang kerumah dulu, biar Erlinda kasih obat. "
Elvan mengangguk, dia meringis kesakitan. Erlinda dan Bu Ning memapah Elvan pulang kerumah.
"Pak Bayu gak papa, " tanya Syifa yang penuh kekhawatiran.
"Saya gak papa mba Syifa, " ucap Bayu meringis menahan sakit.
"Pak Elvan ikut Syifa pulang kerumah, biar Syifa obatin lukanya.
"Gak usah Lin. "
" Lin, itu temannya Syifa yang mukul Elvan kita laporkan saja ke polisi" ucap bu Ning.
Bayu melirik sinis mendengar ucapan Bu Ning. Erlinda tak menghiraukan ibunya, dia tetap berjalan.
Bayu berdiri, "Aku gak papa kok mba Syifa, jangan khawati. "
Pak Sas menyuruh para warga untuk bubar, setelah semua warga pergi, Pak Sas mendekati Bayu dan Syifa.
"Ada apa Nak Bayu, kenapa kalian bertengkar, bapak lihat kalian tadi baik baik saja. "
Bayu merapikan bajunya, " gak ada apa apa kok Pak, Elvan memang pantas untuk mendapatkan semuanya, "
"Maksud nak Bayu, "
Bayu tersenyum, " gak ada maksud pak, yang terpenting bapak jaga Syifa kalau ada Elvan."
Pak Sas mengangguk tanpa tahu arti ucapan Bayu. Syifa tahu maksud dari ucapan Elvan mengingat kejadian di kantor.
"Pak Sas, mba Syifa saya pulang dulu, " Bayu berjalan menuju mobil dengan tertatih tatih, mengemudikan mobilnya, membunyikan klakson.
Pak Sas dan Syifa langsung pulang, setelah mobil Bayu hilang dari pandangan mereka.
...****************...
Erlinda dengan telaten mengompres luka Elvann. Elvan meringis kesakitan.
"Sebenarnya ada apa mas kalian bertengkar, " tanya Naya.
"Gak tahu Lin, tiba tiba Bayu menghadang mobilku, dia menarik paksa aku dan langsung memukul. " jawab Elvan.
Bu Ning menyodorkan obat yang baru dibeli dari bu bidan. "Van segera diminum obat ini, " Bu Ning meletakan obat di atas meja.
Syifa dan Pak Sas masuk kedalam rumah, Pak Sas langsung duduk dengan mereka, sementara Syifa masuk ke kamar.
"Temannya yang sudah bikin ulah, malah dia menghindar, " ucap bu Ning dengan suara keras.
"Sudah bu, jangan diperpanjang, " suara lembut Erlinda.
"Nak Elvan kalau sudah sedikit membaik lebih baik kamu pulang, " Pak Sas menyuruh Elvan pulang, mengingat ucapan Bayu.
"Mas, Elvan masih sakit kenapa harus disuruh pulang, " sahut Bu Ning.
"Nak Bayu juga babak belur, dia masih bisa pulang, " Pak Sas meninggal mereka memilih masuk ke kamar.
Erlinda melihat ayahnya sedikit berbeda. Bu Ning merasa sangat kesal dengan Pak Sas.
"Saya memang sudah baik kan bu, memang benar lebih baik saya pulang.
Elvan berdiri, dia berjalan keluar menuju mobilnya yang terparkir di ujung jalan. Elvan masuk mobil, dia menyandarkan kepalanya, " Sial kamu Bayu" gerutu Elvan.
...****************...
Syifa duduk di tepi ranjang, dia sedang berkirim pesan dengan Dika, wajahnya kadang tersenyum ketika membaca pesan.
Erlinda membuka pintu kamar Syifa. "Syifa boleh mba masuk, "
Syifa meletakkan ponselnya di kasur, Erlinda berjalan duduk di tepi ranjang bersama Syifa, sedikit dia melirik ke arah Hp Syifa yang harganya cukup mahal dari Hp milik Erlinda.
"Hp kamu baru Fa! " tanya Erlinda.
"Oh ini mba," Syifa sambil menunjuk Hp. "Ini Hp mas Dika yang beli, "
"Oh Dika,"
"Ada apa Mba, kenapa kesini. "
"Ini Lin, kamu tahu Mas Elvan dan Pak Bayu ada apa, kenapa mereka bertengkar. "
Syifa terdiam dia tahu Bayu memukul Elvan karena kejadian di kantor tadi siang, "Syifa gak tahu mba. "
"Kamu dekat dengan Pak Bayu, " tanya Erlinda kembali penasaran.
"Tidak mba, Syifa hanya sebatas tahu saja. "
"Ya sudah Fa, maaf mba mengganggu kamu, "
Erlinda meninggalkan Syifa, hati Erlinda merasa belum puas atasa jawaban Syifa, Erlinda akan mencari tahu hubungan Bayu dengan Syifa.