NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Menunggu

Dirga dan Ellena terlihat jalan bergandengan di salah satu Mall, malam ini mereka begitu kompak mengelilingi area Mall untuk berbelanja. Ellena mengaku rindu dengan kegiatan semacam ini setelah dua tahun lamanya, dan hari ini Ellena kembali mendapatkan kesempatannya.

"Papa mau beli apa?"

"Papa sepertinya butuh kemeja."

"Baiklah kita cari ke sana ya."

Dirga mengangguk setuju saja, Ellena pasti lebih tahu dimana letak penjual kemeja yang dimaksud. Langkah keduanya terhenti karena seseorang tak sengaja menabrak Dirga, mereka sama-sama terdiam ketika tahu orang itu adalah Raja.

"Kamu-"

"Selamat malam Pak, Ibu."

"Kamu di sini juga." Ucap Ellena.

"Hanya sedang berjalan-jalan saja."

Ellena mengangguk saja bukankah mereka sama sedang jalan-jalan, Raja melihat Dirga yang tampak enggan menatap Raja. Itu sama sekali bukan masalah, Raja tidak perduli mau Dirga membencinya atau tidak.

Raja berpaling sesaat dan kembali menatap mereka, sepasang suami istri itu tampak biasa saja mereka seperti tidak memiliki masalah apa pun. Sebebas itu mereka seperti tidak melakukan kesalahan apa pun, padahal mereka sudah menghancurkan perasaan anaknya sendiri.

"Ada apa?" Tanya Dirga.

"Bagaimana keadaan Claire sekarang?"

"Berani kau menanyakan itu?"

"Apa itu kesalahan, aku hanya ingin tahu kabar anak Bapak dan Ibu."

Dirga tersenyum acuh, seharusnya Raja malu untuk bertanya seperti itu setelah kekacauan yang terjadi hari itu. Dirga masih sangat dongkol dengan apa yang terjadi kala itu, berani sekali Raja membawa Claire pergi meski tahu ia sudah menikah.

Ellena mengajak Dirga untuk pergi saja, tentu saja Ellena sadar dengan penerimaan Dirga yang kurang baik terhadap Raja. Dari pada harus terjadi keributan di tempat umum, sebaiknya mereka berpisah saja.

"Raja, kami duluan ya." Ucap Ellena.

"Lalu bagaimana kabar Claire?"

"Itu bukan urusan mu, Claire bukan urusan mu!" Tegas Dirga.

"Lalu urusan siapa, urusan kalian?"

Ellena mengernyit mendengar kalimat Raja, apa itu sebuah ledekan untuk Ellena dan Dirga. Raja tersenyum tipis, memang sulit dimengerti tentang orang tua yang dengan sengaja menyakiti anaknya sendiri.

"Maaf, tapi sepertinya Claire tidak senang dengan keadaannya."

"Itu sama sekali bukan urusan mu!"

"Selagi belum mendengar kebahagiaan Claire maka aku tidak akan diam, aku akan tetap mencari tahu. Suka atau pun tidak kalian, aku akan tetap seperti ini."

Gesit Dirga menarik baju Raja, mulutnya sungguh lancang karena berani mengatakan kalimatnya itu. Ellena tersentak dan berusaha menarik Dirga, mereka akan jadi tonton banyak orang jika sampai ribut sekarang.

Mendapat tatapan penuh amarah dari Dirga tak lantas membuat Raja merasa takut, Raja justru ingin tahu sejauh mana Dirga bisa marah. Selama ini mereka tidak sadar telah merusak kehidupan anaknya sendiri, mereka sudah abaikan perasaan Claire yang adalah darah daging mereka.

"Sudah Pa, ayo kita pergi saja."

"Jangan berani lagi menunjukan diri, jangan berani lagi mengganggu Claire. Kesalahan yang pernah kau lakukan, jangan sekali lagi kau ulangi!"

"Buat Claire bahagia, dengan begitu aku akan diam dan bahkan pergi."

Dirga mendorong Raja hingga nyaris terjengkang, emosi Dirga bisa benar-benar meledak jika terus berhadapan dengan Raja. Dirga menarik Ellena pergi, kali ini Raja pun tidak menghalangi mereka, sudah jelas jika mereka sendiri pun tidak mengetahui kabar anaknya.

Raja membuka ponselnya memastikan ada atau tidak pesan dari Claire, rupanya tidak ada untuk saat ini. Raja selalu berharap jika Clare baik-baik saja, setelah semalam berkirim pesan singkat semoga Claire bisa mengerti.

*

"Kamu mau ini?" Tanya Brian menunjukan udang bakar madu.

"Mau." Sahut Claire seraya menerimanya.

Keduanya sedang ada di Pantai, Brian menuruti keinginan Claire kali ini karena dirasa tidak sulit. Claire melahapnya sendiri tanpa menawari Brian, bukankah Brian sudah memberikan itu pada Claire.

"Enak?" Tanya Brian.

"Aku mau lagi."

"Itu aja belum habis."

Claire tersenyum singkat dan kembali melahapnya, udaranya begitu dingin meski pun Claire sudah memakai baju hangat. Deburan ombak di sana terlihat begitu indah, Claire begitu menyukainya.

Brian tak lepas memperhatikan Claire, wanita itu sepertinya kerepotan dengan rambut panjangnya yang beterbangan karena angin. Tanpa ragu Brian merapikan rambut tersebut, dengan begitu Claire bisa lebih tenang melahap udangnya.

"Biarkan saja, aku tidak masalah."

"Aku juga tidak masalah."

Claire menggangguk kecil, akhirnya Claire mau membagi udang madunya itu pada Brian. Claire menyuapi Brian karena tangan Brian sedang memegangi rambutnya, tidak ada penolakan juga untuk suapan itu.

"Dari mana dapat ini?"

"Di pintu masuk tadi."

"Aku gak lihat."

"Kamu jalan lurus aja gak tengok-tengok."

Claire mengangkat kedua bahunya sekilas, masa bodoh dengan itu yang penting Claire bisa menikmatinya meski tak sempat melihatnya tadi. Brian merasa sepertinya memang kurang banyak membelinya tadi, Claire begitu lahap dan itu berarti Claire menyukainya.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Hem." Gumam Claire seraya mengangguk.

"Raja itu siapa sebenarnya?"

Mulut Claire berhenti mengunyah mendengar nama Raja yang disebutkan, kenapa mendadak bertanya itu. Pertanyaan Brian justru mengusik ketengan Claire, harusnya mereka tidak membahas orang lain dan Claire sudah katakan itu sewaktu di kamar tadi.

"Tidak masalah kalau kamu tidak mau jawab."

"Dia adalah orang yang begitu mencari ku, dia berniat menikahi ku setelah sukses. Tapi ternyata justru seperti ini kenyataannya."

"Dia teman Sekolah mu?"

Claire mengangguk pasti membenarkan ucapan Brian, bukankah mereka pernah bertemu dan sudah pasti Raja mengatakan semuanya. Brian turut mengangguk, kalimat Claire bukan masalah untuknya, mau siapa pun Raja tak akan merubah keadaan jika Claire sudah menjadi miliknya.

"Apa mimpi yang paling kamu inginkan?"

"Dalam hal apa?"

"Terserah."

"Aku mau bahagia dengan caraku sendiri."

Brian mengangguk dan kembali menerima suapan Claire, beberapa jam mendapat perlakuan baik Claire membuat Brian sadar jika masih ada sisi lembut seorang Claire. Rasanya Claire memang sudah menerima keadaannya saat ini, Claire tidak mendebat apa pun yang dikatakan Brian.

"Aku beli minum dulu ya."

"Tidak perlu, kita pulang saja."

"Kenapa?"

"Dingin sekali di dini."

Brian melepaskan rambut Claire dan membuka jaketnya, memasangkan ke pundak Claire tak perduli meski ia hanya memakai kaosan tipis. Claire terdiam sesaat menatap Brian yang begitu dengan dengannya, ini bukti ucapan Tania jika Brian akan baik jika sudah dekat dengan seseorang itu.

"Terimakasih." Ucap Claire.

"Sama-sama."

Brian kembali menjauh karena khawatir Claire akan kesal padanya, namun diluar dugaan Claire justru bersandar di pundak Brian. Ini sedikit aneh karena secepat itu Claire berubah, padahal sewaktu akan berangkat itu Claire masih jengkel dengan Brian.

"Suatu hari jika benar aku hamil dan melahirkan, apa aku bisa bersama anak ku?"

"Silahkan saja."

"Jika Anak itu sudah hadir, apa aku bisa pergi?"

"Pergi saja, saat kelahiran itu tiba, kamu bisa bebas memilih Suami yang kamu dambakan. Tapi jangan sesekali kamu membawa anak ku pergi!"

Tak ada lagi kalimat yang dilontarkan, Claire memejamkan matanya yang mulai meneteskan air mata. Seperti itu nasibnya nanti, setelah sekarang kehilangan pilihan untuk pernikahannya, nanti Claire akan juga kehilangan anaknya.

Brian yang sadar dengan tangis Claire akhirnya memeluk Claire, mungkin Brian tahu alasan Claire menangis tapi memang itulah kenyataannya. Mereka menikah hanya untuk anak bukan untuk cinta, Claire sudah tahu sejak awal pernikahan mereka ada sampai Claire melahirkan keturunan Brian.

"Maaf Claire, tapi aku terlalu mencintai Tania. Aku tidak bisa terus menduakan dia."

Semakin sakit saja perasaan Claire, jika seperti itu seharusnya Brian terima saja jika sepanjang hidupnya tidak akan memiliki keturunan. Lagi pula Brian sudah memiliki wanita yang begitu dicintainya, kenapa harus menikahi Claire seperti sekarang dan membuat hancur semuanya.

"Diamlah, jangan seperti ini."

*

Tania keluar dari kamar mandinya dan duduk ditepian ranjang, sejak panggilan singkat tadi siang dan sampai sekarang Brian belum kembali menghubunginya. Benarkah mereka sedang berbahagia disana, Brian bahkan tak menghubunginya lagi setelah Tania menutup teleponnya sepihak.

"Apa kamu sebahagia itu Mas, sampai bisa melupakan aku di sini."

Tania meraih ponselnya, bahkan satu pesan pun tidak ada dikirimkan Brian padanya. Tania tersenyum pilu, baru kali ini Brian seperti ini, bisa mengabaikan Tania untuk waktu yang lama.

"Apa Claire yang merubahnya, apa dia sudah bisa bersikap baik pada Mas Brian. Mungkin saja Mas Brian sudah merasakan kenyamanan tersendiri sekarang, tapi apa semudah itu Mas."

"Mba, belum tidur?" Tanya Yunia yang tiba-tiba masuk.

"Belum, Giska mana?"

"Sudah tidur Mba."

Tania membalas dengan senyuman saja, seharusnya Yunia juga istirahat karena sudah malam bukan malah mendatangi Tania. Yunia melihat jam di dinding kamar itu, Tania masih juga terjaga setelah larut malam begini.

Kasihan sekali pasti karena terus memikirkan Brian dan Claire, bagaimana cara bicara pada Tania jika seperti ini bukanlah hal baik. Tania hanya menyiksa dirinya dengan segala pemikirannya yang belum pasti, Tania hanya takut karena pikirannya sendiri.

"Mba-"

"Mereka tampaknya sudah akur ya Yun, Claire pasti sudah berhasil membuat Masalah Brian merasa nyaman."

"Mba, apa pun itu tak akan lantas membuat Mas Brian melupakan Mba."

"Tapi memang seperti itu kenyataannya."

Yunia tersenyum dan menggeleng, mungkin saja Brian memang lagi melakukan kesibukan disana. Bisa saja Brian juga mengabaikan Claire meski mereka bersama, Yunia tahu besarnya kasih sayang Brian untuk Tania dan tak mungkin hilang begitu saja.

"Mba, sebaiknya Mba hubungi lebih dulu saja."

"Tidak, aku rasa ini adalah jalan pembuka untuk aku bisa pergi."

"Bicara apa sih Mba."

Tania tersenyum meski dengan menahan tangisnya, Tania menjelaskan semuanya pada Yunia tentang perkataannya pada Claire. Suatu hari jika Claire melahirkan keturunan Brian, Tania akan rela pergi dan membiarkan Brian bersama dengan Claire dan anak mereka.

Penjelasan Tania membuat Yunia menggeleng tak percaya, apa harus seperti itu rasanya sangat tidak mungkin Brian akan melepaskan Tania. Claire hanya orang asing yang tiba-tiba hadir tanpa pendekatan apa pun, tidak mungkin perasaan itu datang begitu saja.

"Mas Brian tidak semudah itu jatuh cinta Mba, kan Mba Tania sendiri yang mengatakan itu."

"Ini ceritanya berbeda Yunia, Claire akan melahirkan keturunan Mas Brian. Itu mimpi besar Mas Brian yang tidak bisa aku penuhi, bukan tidak mungkin semua ikut berubah."

"Sudahlah Mba, belum tentu juga Claire bisa memberikan keturunan. Kita tidak tahu siapa dia dan seperti apa dia, kita juga tidak melakukan pemeriksaan apa pun tentang kesehatannya, kita tidak tahu sejauh mana kesuburan dia."

Tania mengernyit dan menatap Yunia yang kini tampak emosi, kenapa tiba-tiba seperti itu apa Yunia tidak setuju jika Brian memiliki anak dari Claire. Yunia harusnya mendukung karena dengan begitu kebahagiaan Brian akan sempurna, tidak akan ada lagi beban Brian akibat desakan orang tuanya tentang cucu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!