NovelToon NovelToon
Istri Yang Tersakiti

Istri Yang Tersakiti

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:798.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: neng_yanrie

sekian tahun Tasya mencintai suaminya, selalu menerima apa adanya, tanpa ada seorang anak. bertahun-tahun hidup dengan suaminya menerima kekurangan Tasya tapi apa yang dia lihat penghianatan dari suami yang di percaya selama ini..

apakah Tasya sanggup untuk menjalankan rumah tangga ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_yanrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

Pada sisa tenaganya, Tasya kembali mengambil ponsel itu lalu mengirimkan semua file yang ada di sana ke ponselnya. Ia akan simpan semua itu untuk di tunjukan suatu saat nanti. Setelah selesai ia menyimpan ponsel itu pada tempatnya tanpa menyisakan jejak apa pun. Ia beranjak dan menyeret langkah untuk keluar dari kamar ini. Kembali menegakkan dada dan berjanji tidak akan pernah kalah.

Andai saja tahu jalan Tuhan akan semudah ini untuk mengungkap segala bukti, tentunya ia tidak akan susah-susah ia memasang CCTV.

Sementara Sintia merogoh tasnya dan mencari ponsel miliknya.

"Mas kayaknya ponsel aku ketinggalan."

"Loh kok bisa, jangan ceroboh dong, kamu simpan di mana tadi?"

"Aku simpan di meja kamar."

"Ya udah lah, Tasya tidak akan masuk ke dalam kamar kamu. Lagi pula dia tidak pernah ingin tahu urusan orang lain."

Sintia menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil yang berjalan pelan, Devan sengaja agar bisa lebih lama dengan Sintia. Ia mengambil tangan mulus kekasih gelapnya itu, lalu mengecupnya berkali-kali.

"Kita itu arahnya akan kemana, mas." tanya Sintia.

Devan terdiam sejenak. Ia selalu tidak bisa menjawab ketika Sintia menanyakan hal ini.

"Mas... jawab?"

"Kita jalanin aja dulu ya, sayang. Aku gak bisa pergi sekarang, kamu mau hidup susah?"

Sintia menghela napas pelan,

"Jawabanmu selalu begitu, tapi dengan dia semakin mesra. Kamu mencintai aku tidak?"

"Tentu! kalau tidak mencintaimu, aku tidak akan bertahan sampai selama ini dengan kamu."

"Kalau gitu beri aku kepastian, aku ini baru 20 tahun, dan semua sudah aku berikan padamu, termasuk kesucian ku,

mas."

"Kamu hanya perlu bersabar sebentar lagi, yang pasti aku mencintaimu."

"Dan juga mencintai dia bukan."

Devan terdiam...

Sintia memang anak baik-baik awalnya, ia pun buka saudara Devan, semua pengakuan itu hanya sandiwara. Hidup keduanya memang penuh sandiwara sejak sejak saat itu. Tapi entah apa yang membuat Sintia begitu mencintai pria yang usianya terpaut 15 tahun dengannya.

Ia memang gadis desa yang polos, pergi ke Jakarta untuk kuliah, orang tuanya di kampung sampai menggadai tanah agar anak perempuannya satu-satunya itu bisa berpendidikan tinggi dan membanggakan keluarganya. Wajahnya yang cantik memang bisa di bilang di atas rata-rata, apa lagi di bandingkan dengan teman-teman di desanya. Di kota pun ia tidak kalah, dengan wanita lainnya di kota, secara fisik memang lebih cantik dari Tasya.

Devan memang tergila-gila pada paras dan segala yang ada di tubuh Sintia, ia menggodanya sejak awal berjumpa.

Sementara Tasya masuk ke dalam kamarnya dan mengirimkan semua file itu pada Radit, termasuk Vidio tidak senonoh suaminya. Tasya tidak memberikan keterangan apa pun, membuat Radit kebingungan dan segera menelpon sahabatnya.

Tidak menunggu lama, panggilan langsung. Tidak ada kata apapun selain isakan tangis Tasya.

"Kamu mau aku datang ke sana sekarang?" tanya Radit basa-basi.

"Tidak, Dit. I'm oke." jawabnya dengan nada yang berat.

Radit tahu, tidak ada yang sedang baik-baik saja pada sahabatnya itu. Dulu, untuk masalah sekecil apa pun ia pasti menangis, hati Tasya memang selembut itu.

"Hubungi aku kapan pun kamu mau, setiap saat aku siap. Jangan pernah merasa sendirian."

Tasya semakin terisak, tangisnya semakin kenceng. Dadanya sakit, bahkan napas pun terasa begitu sesak. Radit masih diam, mendengarkan sahabatnya itu menumpahkan rasa sakit yang ia rasakan.

"Keluarin saja semuanya, gak apa-apa, aku tahu kamu sakit, jauh lebih sakit dari tangis mu sekarang, sama seperti dulu, aku akan tetap sama kamu, nemenin kamu, dan kita memecahkan semua masalah ini bersama."

"Makasih , Dit. Aku memang bener-bener butuh kamu sekarang," jawabnya masih dengan suara berat. "Aku terlalu cengeng ya?" tanya Tasya.

"Enggak, kamu hebat. Bahkan lebih dari yang aku kira sebelumnya." jawab Radit dengan lembut.

Setelahnya, Tasya tidak lagi banyak berkata dan hanya menangis. Hampir lima belas menit Radit mendengarkan tangisnya tanpa menyela dengan kata.

Tasya pun mengerti bagai mana dirinya bisa bertahan sampai di titik ini, ia bisa tegar dan berjuang untuk dirinya meski semua terasa begitu berat untuk ia lalui. Ia sadar sepenuhnya, cerita rumah tangganya dengan Devan sudah seharusnya usai sampai di sini. Maka dari itu, tidak bisa berhenti di sini, perjuangannya tidak boleh sia-sia, Devan harus mendapatkan balasannya.

Perjuangannya saat ini, ia harus mengembalikan beberapa aset kembali atas nama dirinya, salah satunya rumah ini, yang berpindah atas nama Devan, ia tidak ingin kemarahan dan emosinya menghancurkan segalanya. Semua harus di lakukan secara tersusun dan hati-hati.

*****

.

.

.

.

Hari-hari di rumah terasa seperti bagai di neraka, berpura-pura itu rasanya sangat tidak nyaman. Bagaimana bisa Devan bermain peran sebaik itu.

Devan menghampiri Tasya.

"Ibu dan adik-adikku mau ke sini, boleh 'kan?" tanya Devan ketika Tasya membuatkan sarapan.

"Bukannya Sintia harus di sembunyikan?" bukanya menjawab Tasya memberi pertanyaan pada Devan.

Devan mengangguk pelan.

"Mereka terlalu memaksa."

"Kesini saja, aku tidak masalah."

"Makasih, Sayang."

"Kalau begitu boleh aku mengundang Radit? aku sudah lama tidak bertemu dengannya."

Raut wajah Devan berubah seketika, ia memang selalu cemburu mendengar nama Radit di sebut oleh istrinya.

"Bagaimana?" tanya Tasya.

"Undang saja." jawab Devan.

Tasya mengangguk, lalu meletakan makanan yang sudah ia masak dan meletakan nya pada meja makan. Sementara Sintia sudah bersiap untuk menyantap makanan itu, wajahnya yang ceria, ia memang tidak pernah terlihat sedih selama di sini. Ia pun sama sekali tidak pernah menyentuh apa pun dan selalu di manjakan.

Mereka bertiga pun menikmati makan siang ini, Tasya lebih banyak diam, sementara Sintia tidak henti bercerita.

Menjelang malam, ibu dan adik iparnya datang, Bella namanya. Dia baru berusia 22 tahun dan akan menikah akhir tahun ini dengan pengusaha. Bella dan calon suaminya terpaut usia 15 tahun, seorang duda dengan dua anak. Bagi Bella itu tidak penting, karna harta lah di atas segalanya. Mereka tidak hanya datang berdua, tapi juga Farhan calon suami Bella dan tiga orang sahabatnya yang tidak terlalu Tasya kenal.

Satu jam kemudian, Radit pun datang. Tasya sengaja mengundangnya ke sini untuk sekedar memberi kekuatan andai nanti ada kejadian tanpa di duga.

Bella menghampiri Tasya, ketika kakak iparnya itu sibuk menata kue kering di dapur. Seperti biasanya sikapnya selalu manis saat di depannya.

"Mbak Tasya makin cantik aja sekarang, dandanan nya makin cantik saja. Waspada ya mbak, ada Sintia di rumah?" ucap Bella yang tertawa.

"Sekarang itu di mana pun harus waspada, karena anak iblis mulai bermunculan." jawabnya melihat ke arah Bella.

"Iya, bener mbak. Lagi pula mas Devan gak akan berani macem-macem, kalau sampai aneh-aneh, aku yang maju duluan buat belain, mbak."

Tasya menghela napas, rasanya seperti ingin menyobek mulut wanita munafik di hadapannya ini. Tidak ingin berbincang lebih lama, Tasya berlalu membawa kue-kue itu ke ruang tamu.

Canda tawa tampak riuh menggema di sana, termasuk Sintia juga ikut berbahak-bahak. Ia duduk persis di sebelah suaminya. Tampaknya kawan-kawan yang di bawa Bella cukup akrab dengan Sintia. Hati Tasya terus hancur, mungkinkah mereka juga adalah orang-orang yang menjadi bagian dalam pengkhianatan suaminya.

Apakah seluruh dunia sudah tahu dan hanya dirinya lah satu-satunya orang yang menganggap bila semuanya baik-baik saja.

Dengan tungkai kaki yang lemas, ia kembali menyeret langkah dan mendekati orang-orang itu, Radit beranjak, ia mendekat dan membantu membawakan nampan yang Tasya bawa, tanpa perlu Tasya bicara, ia sudah tahu bila sahabatnya itu kehilangan keseimbangan.

.

.

.

kamu harus kuat, Tasya. hadapi dengan senyuman mu..

1
Yusan Lestari
the best👍
Hilda Hayati
jangan2 kirana nih yg bakal jadi penggnti Tasya
Hilda Hayati
Lumayan
Hilda Hayati
Kecewa
Akun Lima
athornya pengecut anjing kaga ada respon anji k
Akun Lima
thor jangan terlalu goblok dong balas anjink
Akun Lima
thor bisakah kau bersikap adil sumpah karyamu ini Sangat buruk
Dewi Yanti
kpn beres nya sih itu bls dendam
Dewi Dama
saya cuka jln cerita novel..ini...semangat thoorrr...
Yani Cuhayanih
Baguus tasya..aku salut padamu
Yani Cuhayanih
aku boleh getok kepala nya pake panci sekalian biar devan dan sintia gegar otak../Curse/
Herta Siahaan
seperti nya acara balas dendam nggak akan habis.... kesadaran masing-masing tdk ada ... kok keknya nggak ingat ajal
Zanzan
udah...jangan terus ditangisi...kau harus bangkit...
Saadah Rangkuti
kenapa lagi thor ?!😡😡🙏🙏
Saadah Rangkuti
tuh kan pas..ayolah thor sudahi penderitaan mereka 😂😂
Saadah Rangkuti
apa radit yg jadi pendonornya? ya Tuhan 😭😭
Saadah Rangkuti
semua ini memang kesalahanmu Thor...bukan si devan atau siapapun 😭😭
Saadah Rangkuti
aku rasa belum ada bab yg gak bisa bikin emosi thor,dari awal 🙏🙏☺️☺️
Saadah Rangkuti
ya Tuhan..ternyata masih banyak rahasia devan...
Saadah Rangkuti
keterlaluan 😡😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!