LOVE TRAUMA

“Kurang ajar!” gerutu Aunty Anna saat kembali ke dalam kamar tidurnya.

“Ada apa?” tanya Uncle Ronald, saat melihat istrinya terus saja menggerutu dan berjalan bolak-balik, membuatnya pusing.

“Rhys?! Ia membawa pulang seorang wanita lagi. Sebelumnya ia sudah membawa pulang Celine, sekarang dia membawa pulang lagi Eve. Haduhh, 1 saja belum kuselesaikan, sudah datang lagi. Semakin lama pekerjaanku semakin banyak.”

“Sudahlah, bukankah Eve lebih kelihatan berkelas dibanding dengan Celine. Ia juga terlihat sangat cocok berdampingan dengan Rhys,” kata Uncle Ronald.

“Ckk … kamu itu bagaimana! Aku ingin menjodohkan Rhys dengan Alice. Dengan begitu harta Keluarga Alban akan menjadi milik kita juga.”

Uncle Ronald menoleh ke arah Aunty Anna, “Kamu benar juga, tapi orang-orang akan bertanya-tanya mengapa mereka menikah nantinya, mereka itu saudara.”

“Untuk apa kamu memikirkan itu. Jika memang nanti kita berhasil menikahkan Alice dengan Rhys, tidak akan masalah jika mereka tahu kalau kamu bukanlah putra kandung Keluarga Alban,” kata Aunty Anna.

Uncle Ronald tampak berpikir, “baiklah, aku akan mendukungmu. Kita akan menikahkan Alice dengan Rhys!”

Aunty Anna sangat senang karena suaminya kini sudah mendukung rencananya. Yang perlu ia lakukan hanyalah menyusun rencananya dengan baik karena saat ini ada 2 orang wanita yang perlu ia singkirkan.

**

“Honey,” Eve yang kini berada di dalam kamar tidur milik Rhys, berjalan mendekati kekasihnya itu. Ia mengenakan gaun tidur yang terbuka dan mulai bergelayut manja.

“Ada apa?” tanya Rhys menoleh ke arah Eve.

“Ayo kita tidur, ini sudah malam,” ajak Eve.

“Kamu tidurlah dulu. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan,” kata Rhys.

Eve terus mendekatkan tubuhnya pada Rhys, ia ingin membuat pria itu menjadi miliknya 100%. Sejak mereka menjadi sepasang kekasih, tak pernah sekalipun Rhys menyentuhnya. Hubungan mereka paling intim hanya sebatas ciuman di bibir saja dan kadang itu membuat Eve jenuh.

“Apa kamu tidak ingin tidur bersamaku?” tanya Eve yang berusaha terus memancing.

“Tentu saja aku ingin, tapi aku mencintaimu. Karena itulah aku menghargaimu. Aku ingin kita melakukannya setelah kita menikah nanti,” jawab Rhys.

“Hmm … baiklah. Terserah padamu saja. Aku tidur lebih dulu kalau begitu,” Eve berjalan menuju tempat tidur dan membaringkan tubuhnya, kemudian menyelimuti dirinya sendiri.

Rhys terus bekerja hingga ia merasa haus dan pergi keluar dari kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, suasana rumah sudah lebih gelap. Ia melihat lampu area dapur masih menyala. Ia yang ingin minum pun berjalan mendekat.

“Apa yang kamu lakukan?!” tanya Rhys, namun dengan nada sedikit tinggi meskipun tak sampai berteriak.

“Ah maafkan aku, Kak. Aku hanya ingin duduk di sini sambil membaca,” jawab Celine. Ia lebih merasa hangat saat berada di dapur daripada di dalam kamar tidurnya, karena jendela kamar tidurnya yang rusak.

“Jangan-jangan kamu di sini untuk mengambil makanan?! Atau kamu ingin meracik racun supaya kamu bisa memasukkannya ke dalam makanan kami, hah?!”

“Kak! Aku tak akan melakukan itu. Mengapa kakak berburuk sangka padaku?”

“Aku akan mencurigai siapapun yang bukan Keluarga Alban, apalagi dirimu yang hanya orang luar.”

“Kak, aku ini istrimu,” kata Celine seakan mengingatkan.

“Istri? Jangan membuatku tertawa. Statusmu di sini tak lebih dari seorang pelayan. Sebentar lagi juga aku akan mengubah statusmu. Tunggu saja tanggal mainnya,” Rhys segera kembali menuju kamar tidurnya. Ia yang awalnya ingin minum, jadi malas dan tak merasa haus lagi.

“Mengubah statusku?” Gumam Celine yang kemudian berpikir.

**

“Honey, ini adalah pelayan pribadimu,” kata Rhys pada Eve saat mereka berada di meja makan.

Uncle Ronald dan Aunty Anna yang mendengarnya langsung tersenyum kecil. Sepertinya mereka tidak terlalu banyak berpikir untuk menyingkirkan Celine karena Rhys-lah yang akan melakukannya sendiri.

“Kak, Celine adalah istrimu, masa kamu mau jadikan dia pelayan selingkuhanmu?!” Alice mulai jengah dengan kakak sepupunya itu. Ia merasa tindakan Rhys pada Celine sudah mulai keterlaluan.

“Alice!” Aunty Anna langsung berteriak agar putrinya itu tak terlalu banyak bicara.

“Apa Mom?! Apa Mom juga ingin mendukung apa yang dilakukan Kak Rhys? Kalian itu keterlaluan. Aku juga wanita, Mom. Apa Mom mau kalau suamiku nanti memperlakukanku seperti itu?” Alice meletakkan peralatan makannya dan berdiri. Ia merasa kecewa dengan keluarganya.

Aunty Anna melihat ke arah Celine yang berdiri diam, “Apa kamu?! Senang ya melihat keluarga kami bertengkar karenamu? Alice sudah berani membangkang dan itu pasti karena hasutan darimu!!”

Plakkk

“Aunty …”

Plakkk

Kini Celine diam dan tak berbicara apa-apa lagi. 2 tamparan yang dilayangkan oleh Aunty Anna telah sukses memerahkan pipi dan juga melukai hatinya. Ia melihat ke arah Rhys yang sama sekali tak membantu ataupun membelanya. Pria itu malah tersenyum melihat siksaan yang ia terima.

“Aku tidak mau tahu, mulai hari ini, kamu adalah pelayan pribadi Eve. Layani dia dengan baik. Aku tak ingin dia mengeluh karena pekerjaanmu yang buruk,” kata Rhys sekali lagi.

“Terima kasih, honey. Aku mencintaimu,” Eve mencium bibir Rhys di hadapan Celine, tanpa merasa sungkan sama sekali.

“Apapun untukmu, honey.”

Setelah mereka menyelesaikan sarapan, Rhys berangkat ke Perusahaan Alban bersama dengan Uncle Ronald. Ia akan memperkenalkan pria paruh baya itu sebagai Direktur Keuangan yang baru di Perusahaan Alban.

**

“Tolong ambilkan aku minum,” pinta Eve pada Celine.

Celine yang sedang menyapu pun berjalan menuju ke dapur setelah sebelumnya meletakkan sapu yang ia gunakan.

“Ini, Nona,” kata Celine saat meletakkan gelas yang berisi air. Ia pun kembali menyapu.

Pranggg

“Dasar jorok!! Apa kamu tidak mencuci tanganmu terlebih dahulu, hah?! Gelas yang kamu berikan penuh dengan bekas sidik jarimu, menjijikkan!”

Celine menghela nafasnya pelan. Ia tak ingin emosi meskipun seharusnya ia melakukannya. Ia diam dan mulai membersihkan pecahan kaca dari gelas yang dibanting oleh Eve.

“Hei!! Ambilkan lagi minuman untukku! Malah diam saja. Kamu akan aku laporkan pada Rhys nanti, bahwa kamu tak melayaniku dengan baik.”

Tak ingin membuat keributan, Celine kembali berjalan ke dapur untuk mengambilkan minuman. Ia pun segera meletakkan gelas berisi air itu di atas meja, kemudian berdiri untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Tunggu dulu! Mau ke mana kamu?”

“Saya ingin melanjutkan pekerjaan saya,” jawab Celine.

“Diam dulu di situ,” Eve minta Celine duduk di lantai, persis di sebelah meja, di mana masih banyak terdapat pecahan gelas di sana.

Eve mengangkat gelas yang baru saja diberikan oleh Celine. Ia memeriksanya dan mulai tersenyum dengan sinis.

Pyurrr!!

🌹🌹🌹