JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amira Sakit
Setelah itu, Mika membawa Ken ikut bersamanya.
Mika mengajak Ken ke restoran siap saji terlebih dulu, di sana Mika juga mengajak Ken berfoto. Tidak lupa mengunggah ke akun sosial media dengan menandai Dhev.
Entah, Mika sudah melakukan itu yang ke berapa kalinya walau tidak ada tanggapan sama sekali dari Dhev.
****
Seharian di rumah, Dhev tak melihat Amira yang biasanya cerewet.
Dhev mengira kalau Amira sedang pergi arisan, padahal Amira sedang meringkuk di kamarnya.
"Astaga, punya anak gini amat, ortu sakit aja nggak ditengok!" gerutu Amira seraya meraih ponselnya yang berada di atas nakas.
Amira menghubungi Dhev. Memintanya untuk ke kamar.
Tidak menunggu lama, Dhev sudah mengetuk pintu kamar Amira.
"Masuk!" perintah Amira dan Dhev membuka pintu.
Pria tinggi dengan pakaian santainya itu masuk dan bertanya, "Ada apa, Mah?"
"Sini, duduk!" perintah Amira seraya menepuk sisi ranjang.
"Mamah kenapa? Sakit? Kenapa tidak menghubungi dokter?" tanya Dhev seraya berjalan mendekat dan duduk di sisi ranjang.
Dhev merogoh ponselnya berniat untuk menghubungi dokter, tetapi Amira menahannya.
"Bukan dokter yang Mamah butuhkan Dhev!"
Dhev mengerutkan dahinya. "Lalu?"
"Mamah mau menantu Dhev. untuk teman mamah di rumah yang besar tapi sepi ini, untuk merawat kamu dan anakmu!" ucap Amira dengan lembut, tangannya masih menggenggam tangan Dhev.
"Kalau begitu akan Dhev carikan pengasuh dan beberapa asisten rumah tangga lagi," jawab Dhev seraya menurunkan tangan Amira, Dhev bangun dari duduknya dan melihat notif ponselnya yang terus berbunyi.
Notif yang memberitahu kalau Kenzo sedang bersama dengan Mika, Dhev yang tidak tertarik untuk tau itu segera mematikan ponselnya.
"Merepotkan," gerutu Dhev dalam hati, "baru aja gue mbatin, tumben mamah nggak cerewet eh ini udah mulai minta menantu lagi," batin Dhev.
Amira menangis, menatap punggung anaknya yang pergi keluar dari kamarnya.
"Dhev, Mamah ingin kamu bahagia, lupakan sakit hati kamu, semua sudah takdir, Nak!" lirih Amira seraya mengusap air matanya.
****
Seharian bermain di luar rumah membuat Kenzo kelelahan, Mika segera membawa Ken pulang ke rumah dan di sana sudah ditunggu oleh neneknya.
Nenek Kenzo yang mencium kening cucunya itu merasakan panas, lalu nenek Kenzo yang bernama Dewi itu meletakkan tangan di kening Ken.
"Ken, kamu demam!" ucap Dewi seraya segera membawa Kenzo masuk ke rumah sederhananya.
Dewi memarahi Mika yang dianggapnya tidak bisa menjaga cucunya.
"Mungkin kecapean, Bu."
"Kamu terlalu lama membawa Ken bermain di luar, sudah tau jadwal sekolahnya saja sudah padat!"
"Iya, maafin Mika, Bu. Biar Mika hubungi Mas Dhev," kata Mika seraya mengambil ponselnya di tas tangan, Mika yang berdiri di depan meja televisi ruang tengah itu terlihat mondar-mandir.
"Kok nggak diangkat, sih!" gerutu Mika.
Sementara itu Dhev sedang mengendarai mobilnya, pria berparas tampan yang menyedihkan itu ingin pergi untuk sekedar minum kopi di kafe.
Dhev melihat ponselnya yang berada di dasbor terus menyala pun mengambilnya.
"Halo, ada apa?" tanya Dhev seraya terus fokus menyetir.
"Ken demam, bisa kah Mas Dhev untuk datang?"
"Bawa saja ke rumah sakit, aku sibuk," jawab Dhev. Setelah itu menggeser tombol merah di layar ponselnya.
Kerasnya hati Dhev seolah bukan terlahir dari manusia. Adakah yang dapat melunakkan hati Dhev yang sekeras batu?
****
Di pangkalan, Nala sedang sibuk dengan pelanggan yang selalu berdatangan. Di saat seperti ini kehadiran Ririn sangat dinantikan olehnya.
"Mungkin Ririn sibuk sama tugas kuliahnya," batin Nala seraya membungkus nasi goreng.
Padahal, bukan sibuk. Tetapi Ririn sedang bertengkar dengan Adelia. Ponsel dan penjagaannya sangat ketat. Bahkan, Darwin yang sebagai kekasih Ririn itu pun diminta untuk menjaga Ririn sesuai perintah calon mertuanya itu apabila ingin direstui.
"Ini semua gara-gara Darwin, coba kemaren dia bilang aku sama dia, pasti aku nggak akan dipenjara kaya gini!" kesal Ririn yang sedang duduk di tepi ranjang dengan tangan yang memukuli ranjangnya.
Ririn yang tidak bisa menjadi diri sendiri selama di rumah itu merasa kesal karena hidup selalu berada di bawah aturan papah dan mamahnya.
"Apa aku kabur aja? Tapi aku bisa apa di luar sana? Ah... kabur aja dulu, nanti bisa cari kerja!" batin Ririn seraya bangun dari duduknya. Ririn membawa berkas penting seperti ijazah dll guna untuk mencari kerja nanti.
Ririn juga membawa tabungannya untuk berjaga-jaga.
Tidak membawa banyak baju supaya tidak merepotkan aksi kaburnya.
Ririn yang berada di kamar atas itu merasa ngeri saat melihat ke bawah.
"Duh, gimana caranya aku turun?" Ririn menggaruk kepalanya.
Karena takut jatuh, Ririn memutuskan menunggu keadaan rumah sangat sepi sehingga tidak perlu kabur melalui jendela.
Benar saja, setelah lewat tengah malam, Ririn keluar dari kamar dan semua orang sudah terlelap.
Ririn berjalan dengan mengendap-endap dan berhasil menuruni tangga dengan aman. Sekarang, Ririn memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari gerbang, sementara ada dua satpam yang sedang berjaga.
Ririn sudah hampir pasrah tetapi seperti keberuntungan bagi Ririn, malam ini ada segerombolan pemuda yang sedang mengejar seseorang berpakaian serba hitam. Rombongan itu meneriakinya maling.
Tentu saja, dua satpam rumah Ririn itu merasa tergerak hatinya untuk ikut menangkap maling tersebut.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Ririn segera keluar, tidak lupa mengendarai motor maticnya.
Aksi yang cukup menegangkan bagi Ririn karena ini adalah pertama kalinya untuk mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Walau belum tau akan pergi kemana, tetapi motornya itu membawa ke kontrakan Nala.
Ririn menatap sejenak pintu kontrakan tersebut, merasa tidak yakin untuk pergi dan tinggal bersama dengan Nala.
"Bisa makin murka keluarga ku sama Nala, nanti... Nala lagi yang disalahkan!" Setelah itu, Ririn pergi dari tempatnya berdiam diri.
Ririn memilih akan menginap di kosan teman kuliahnya sampai dirinya mendapatkan tempat tinggal.
****
Amira terbangun dari tidurnya, merasa haus, ingin mengambil air minum dan ternyata air di gelasnya sudah kosong.
Amira bangun dan keluar dari kamar.
Amira yang mulai menuruni tangga itu melihat Dhev yang baru saja pulang, ia berhenti di tengah tangga untuk bertanya.
"Dhev, Mamah minta carikan gadis itu kamu selalu menjawab sibuk, tetapi jam segini kamu baru pulang dari mana?"
"Dhev juga butuh waktu untuk diri sendiri, Mah," jawab Dhev seraya meletakkan kunci mobil di meja ruang keluarga.
Setelah itu, Dhev berjalan mendekati Amira dan melewatinya, Dhev merasa lelah dan ingin istirahat, sedangkan Amira melanjutkan niatnya untuk mengambil air minum
Amira yang merasa pusing itu menjatuhkan gelas sehingga Dhev yang sedang membuka pintu kamarnya itu mendengar dan kembali turun.
Dhev melihat Amira sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
Bersambung.
Jangan lupa untuk klik like, favorit dan di komenin, ya 🤗. Sampai jumpa di episode selanjutnya.