Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-9
Pagi menyingsing, cahaya emas kembali menyapa dunia bangun dari tidurnya, semua makhluk sibuk dengan aktivitasnya masing masing, melanjutkan aktivitas kemarin yang sempat tertunda seperti biasanya.
"Rani, ngegoreng ikan tuh di balik kalo gak di balik mana Mateng....."
"Si Roni susah banget bangun nya, gue bilangin sama Bagas baru tahu rasa loh..."
"Nah gitu Ren, sela sela sofa nya juga bersihin geser dulu ajah Sofa nya..."
Seperti Jasmin, yang setiap harinya sibuk nyari ke sibukan bersama tiga kerdilnya, entah itu piknik, shoping, les masak, make up, olahraga, apapun itu ia lakukan untuk menghilangkan kepenatan hidup nya.
Sedangkan di sana, di sebuah rumah besar dan megah, Bagas baru terbangun dari tidurnya, saat membuka matanya, ia tak menemukan sang istri yang biasanya masih terbaring tidur di sampingnya, ia pun segera bangun keluar dari kamar dan pergi mencari sang istri.
"Loh mamah, kirain di mana? Ternyata di dapur, jangan capek capek mah, biarin biar bibi yang ngerjain..." ucapnya lembut, sembari memeluk tubuh sang istri yang tengah menata makan di meja dari belakang, bibirnya nyelonong begitu saja tanpa malu dilihat oleh orang lain menyiumi pundak sang istri hingga akhirnya dahinya mengernyit heran saat tatapan matanya menangkap bekas gigitan di leher samping nya yang hampir tak terlihat tertutup oleh rambut tergerai nya.
"Ini kenapa mah?" tanya Bagas dengan suara lirih, sembari menunjuk bekas gigitan yang ia maksud di leher sang istri.
"Emang papah tuh kalo ngigo sampe segitunya yah? Ini tuh bekas papah semalem.. Emang gak ngerasa?" tanya Bu Leni berbalik untuk menjawab pertanyaan sang suami.
"Kok bisa sih mah?"
"Yah Namanya juga orang capek, ngigo pasti gak ngerasa... Mamah tuh ngerasa bersalah banget kalo papah tuh tiap ngigo selalu sampe kayak gini...."
"makanya, mamah nyuruh papah nikah lagi tuh buat gantiin mamah Menuhin kewajiban yang belum bisa penuhi, eh malah di anggurin bahkan gak pernah di tengokin...."
Jawaban yang sangat panjang namun bukan jawaban yang pertama kali ia dengar, entah ke berapa kalinya adegan ini tuh terjadi, meskipun jarang namun selama menikah ini pernah terjadi beberapa kali.
"Loh, Bagas udah bangun, kok belum mandi sih gas? Mandi dong, masa harus Leni mandiin terus ....." suara yang tak asing di telinga Bagas dan ucapan yang sering ia dengar lagi dan lagi.
Mertuanya, adegan selanjutnya adalah selalu mertuanya.
Jantung Bagas seolah terhenti, nafas nya terlalu berat untuk ia keluarkan, pikiran nya melayang namun lagi dan lagi ia harus membuang jauh jauh pikirannya, dengan cepat ia merubah ekspresi nya, tersenyum lebar menyapa sang mertua.
"Loh papah, kapan kesini?" tanya Bagas, berjalan pelan menghampiri pria tua yang berstatus sebagai mertuanya, tak lupa ia pun mencium punggung tangan mertuanya sebagai penghormatan nya kepada ayah dari istrinya.
"Kemaren...." jawab pak Neval Barren dengan suara ramahnya.
"mam... kok gak bilang ada papah di sini?" tanya Bagas pada istrinya yang masih sibuk menata makanan.
"Papah datang pas sore, kamu pulang pas papah udah tidur, semalem mamah mau bilang ke papah lupa, keburu tidur ....." jawab Bu Leni, suaranya tidak ada yang berbeda tidak bergetar ataupun ketakutan tutur kata nya pun sama tak ada kebohongan apapun.
"Maaf yah pah, Bagas semalem gak tahu kalo papah di rumah..."
"Bagas mandi dulu pah... Ayok mah, kita kan mau kontrol ke rumah sakit..." ajak Bagas pada sang istri
Suasana langsung hening, Bu Leni lupa jika tanggal 12 hari ini adalah waktunya ia kontrol.
"Emmm... Biar papah yang antar Leni kontrol.." ujar pak Neval.
"Eh jangan pah, biar Bagas ajah, lagian sekarang kan weekend tugas di kantor juga udah longsong... Jadi waktunya bisa di pake nemenin Leni ke rumah sakit...."
"Yah papah jauh jauh ke sini cuman pengen nganter Leni ke rumah sakit...." ucap Pak Neval kekeh ingin mengantar putrinya kontrol ke rumah sakit.
"ekhemmm... pah, kamu hari ini ke rumah Jasmin ajah, kasian loh Jasmin, belum pernah kamu temuin, sekalian ajak Jasmin buat nginep di sini, yah bantu bantu kita siapin acara anniversary kita...." ucap Bu Leni menengahi.
"Tapi sayang.... Aku..."
"Nanti kan bisa bulan depan, kasian loh papah jauh jauh ke sini cuman pengen nganter aku kontrolll...."
"Tapi kan kita bisa ke sana bareng...." ucap Bagas, yang tak mengerti mengapa seolah ia tak boleh ikut ke rumah sakit, entah hanya perasaan nya saja atau kenyataan nya memang begitu.
"Yaudah kalo papah emang maksa banget pengen ikut, padahal mamah cuman kasian ajah ke Jasmin, mamah sebagai wanita tuh tahu betul rasanya saat suami gak pulang ke rumah, apalagi kamu gak ngabarin Jasmin, gak kasih Jasmin kepastian, emang nya gak sakit ati apa Jasmin? mamah jadi ngerasa kalo mamah tuh ngerenggut kebahagiaan Jasmin kalo papah terus kayak gini...." ucap Bu Leni panjang lebar dengan suara sinis, ia cukup kesal karena suaminya tetap ngekeh ingin ikut bersama nya.
Bagas yang melihat istrinya sudah marah marah, memilih untuk mengalah, dan mengiyakan kemauan istrinya yang ingin dirinya pergi menemui istri keduanya.
"Udah yah jangan marah..." ucap Bagas lalu mengecup kening sang istri dan pergi dari sana setelah berpamitan pada mertua nya, lalu melesat pergi untuk membersihkan badannya.
Tanpa di sadari Bagas mata elang yang memperhatikan nya sedari tadi menatap nya dengan ganas saat Bagas tengah mengecup kening istrinya.
Selesai sarapan Bagas berpamitan pada pada istri dan mertuanya untuk pergi mengunjungi Jasmin.
Bagas pun mengendarai mobilnya sendiri karena pak Yanto ia tugaskan untuk mengantar istri nya kontrol ke rumah sakit.
Di pertengahan jalan ia membeli beberapa cemilan untuk putranya, tak lupa ia juga membeli beberapa mainan untuk putranya.
Sampai di apartemen Jasmin, ia masuk begitu saja ke dalam apartemen tanpa mengetuk pintu.
Brughhh brughhh brughhhh
Roni, Rendi dan Rani langsung berdiri sembari menunduk saat atasannya datang ke rumah, mereka ketakutan setengah mati saat ketahuan tengah berolahraga tak menjaga siaga Jasmin.
Yah tepat saat Bagas datang, Jasmin Azzam beserta tiga pengawalnya tengah berolahraga di ruang.
"Papah...." teriak Azzam sembari berlari menghampiri Bagas yang datang ke rumah dengan beberapa keresek di tangannya.
"Tumben pak, ada apa?" tanya Jasmin mengehentikan olahraga nya lalu berjalan menghampiri Bagas untuk menyalimi tangannya.
Meskipun Bagas tak sepenuhnya adil, namun Jasmin tetap memperlakukan suaminya dengan baik.
"Mau minum apa pak?" tanya Jasmin sembari membuka kulkas untuk mengambil air dingin.
"Heh, kenapa pada kosplay jadi patung?" tanya Jasmin saat melihat tiga orang di sana malah berdiri berdiam diri berjajar di sana tanpa bergerak sedikitpun.
"Lanjutin aktivitas seperti biasa ajah, gak usah sungkan sama saya..." ujar Bagas pada tiga orang di belakangnya.
Namun mereka tetap tak bergeming, Jasmin yang penat melihat nya menyuruh mereka berjalan-jalan di luar atau pun beristirahat kembali ke kamar mereka.
Mereka bertiga memilih keluar rumah untuk berjaga di depan pintu luar, Jasmin yang sudah lelah mengatur ke kalian mereka memilih pasrah ikut duduk di sofa panjang ruang tamunya bersama Bagas.