Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHECK UP KANDUNGAN
Keesokan harinya, sikap Ameera terhadap Mark mulai berubah. Ia mulai bersikap dingin dan tak lagi banyak memberikan senyuman untuk pria itu. Jika Mark memintanya datang keruangan untuk memberikan laporan atau membacakan agenda kegiatan ia akan langsung undur diri dan kembali ke ruangan tidak ingin berlama-lama dengan suami yang telah menyakitinya.
Hatinya masih terasa sakit karena suaminya tidak mempercayai ucapan wanita itu. Ameera belum bisa memaafkan Mark dan ia berpikir menghindari pria itu adalah jalan keluar terbaik bagi keduanya.
Joe melihat perubahan sikap Ameera dan menduga telah terjadi sesuatu antara Mark, istri pertama dan istri keduanya.
"Ameera, kamu baik-baik saja?" Tanya Joe.
Pria itu mendekatkan kursi kerjanya dengan meja kerja Ameera.
"Baik-baik saja, tuan," mata Ameera masih fokus menatap layar monitor di depannya.
"Apa terjadi sesuatu antara kamu dan Tuan Mark?"
"Biasa saja," ucap Ameera singkat.
Ia sedang tidak bersemangat jika diajak bicara membahas soal Mark apalagi Stevanie.
"Jika butuh teman curhat, aku siap menjadi pendengar setia."
Joe kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaan.
"Terima kasih tuan."
Ameera beranjak dari kursi dan berjalan menuju toilet. Saat ia kembali ke ruangan ditengah jalan ia berpapasan dengan Mark. Pria itu baru saja bertemu klien penting tanpa ditemani Ameera maupun Joe. Tatapan mata keduanya beradu namun Ameera segera mengalihkan pandangan ke arah lain dan mempercepat langkahnya. Ia tidak mempedulikan kehadiran suaminya maupun pandangan aneh dari rekan kerjanya.
Drt
Drt
Ponsel Ameera bergetar. Dilayar ponsel tertera nama Bunda Meta, ibunda Ameera.
"Bunda," gumam Ameera.
Ameera langsung mengangkat telfon.
"Assalamu a'laikum."
"Wa'alaikum salam," balas Bunda Meta.
"Ada apa bun?"
"Meera, nanti sore bunda ke kontrakan kamu ya kita akan periksa kandungan."
Ameera menepuk keningnya. Ia hampir saja lupa bahwa sore nanti jadwal check up kandungan untuk kedua kalinya. Pertama saat ia memastikan bahwa apakah benar di dalam rahimnya tumbuh seorang malaikat kecil dan yang kedua baru akan dilakukan nanti sore.
"Astaga bun, Ameera hampir saja lupa."
"Iya bun, nanti kita pergi sama-sama. Kita periksa di Rumah Sakit Ibu dan Anak tempat praktek Dokter Diana saja bun, teman sekolah bunda."
Ameera berbicara dengan bundanya sambil berbisik agar rekan kerja yang lain tidak mendengar pembicaraannya. Namun dugaannya salah, dari kejauhan ada seorang pria tengah menguping percakapan Ameera dan bundanya yaitu Mark Pieter.
"Ameera akan memeriksa kandungan sore ini?" Gumam Mark.
"Kenapa dia tidak membicarakannya terlebih dahulu kepadaku. Apakah dia masih marah?"
"Pulang kerja akan aku sempatkan mengunjunginya di rumah kontrakan."
Mark meninggalkan ruang kerja Ameera dan melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat agar bisa menemui Ameera.
Ameera sedang menunggu kedatangan bundanya, ia duduk di sofabed sambil menonton televisi, sesekali menyuapkan sepotong mangga segar ke dalam mulutnya. Wanita itu sangat menyukai buah mangga apalagi mangga madu, sehari ia bisa menghabiskan dua atau tiga buah mangga menurutnya rasa buah mangga madu sangat lezat dan tidak ada yang bisa menandinginya di dunia ini.
Terdengar suara ketukan pintu.
"Sepertinya itu bunda," ucap Ameera lirih.
Ia beranjak berjalan mendekati daun pintu berwarna coklat tua meraih handle pintu.
"T-tu-tuan Mark!"
"Kenapa anda disini?" Tanya Ameera gugup.
Pasalnya wanita itu masih marah karena Mark lebih membela Stevanie daripada dirinya.
"Saya sengaja datang kesini karena ingin mengambil barang yang tertinggal," Mark berbohong karena tidak ingin rencananya terbongkar.
"Oh!"
"Apa? Biar saya ambilkan."
"Tunggu!"
Mark meraih tangan istrinya, sesaat kemudian muncul gejolak aneh pada diri keduanya. Jantung mereka berdegup kencang, tatapan mata begitu intens semakin lama semakin dalam dan entah ada dorongan dari mana pria itu tiba-tiba saja mencondongkan wajahnya mendekati wajah Ameera kini jarak keduanya hanya satu jengkal secara naluriah wanita itu memejamkan mata namun saat Mark hendak mencium bibir istrinya dari belakang Bunda Meta memanggil.
"Ameera!" Panggil Bunda Meta.
Mark dan Ameera menjadi salah tingkah sementara Bunda Meta merasa bersalah karena sudah mengganggu kegiatan anak serta menantunya.
"Eeh, maaf bunda tidak tahu kalau ada nak Mark disini," ucap Bunda Meta terbata-bata.
"Iya bunda, saya sengaja kesini mau mengambil berkas yang tertinggal," pria itu mengusap tengkuknya.
Ameera menggelengkan kepalanya, ia berusaha memanggil kembali kesadarannya. Nyaris saja wanita itu terjebak dalam bujuk rayu iblis hanyut dan terbuai dalam gelombang pasang yang akan menenggelamkannya dan ia sendiri tidak tahu gelombang itu akan membawanya kemana.
"Bunda sudah datang, ayo masuk dulu."
Ameera memapah bundanya masuk ke ruang tamu Mark mengekori dari belakang.
"Bi, tolong siapkan minuman untuk bunda dan Tuan Mark," pinta Ameera kepada Bi Mirna.
"Bunda bagaimana kabarnya?" tanya Mark basa basi.
"Alhamdulillah sehat, nak Mark sendiri bagaimana?" Balas Bunda Meta.
"Sehat bun. Kabar ayah bagaimana?"
"Sehat juga nak."
Bi Mirna membawakan segelas teh manis hangat dan secangkir avocado coffe minuman favorit Mark.
"Bunda tumben kesini."
"Oh itu, bunda mau antar Ameera ke dokter kandungan nak. Hari ini jadwal periksa kandungan," ucap Bunda Meta sambil menyeruput teh hangat.
"Bagaimana kalau saya antar?"
"Tidak perlu tuan, kami bisa naik angkot," ucap Ameera singkat.
Bunda Meta merasakan bahwa saat ini Ameera sedang marah kepada suaminya.
"Ameera, biarkan nak Mark ikut mungkin ia ingin melihat calon anaknya dalam kandunganmu," Bunda Meta mencoba membujuk Ameera.
Dengan terpaksa Ameera menuruti keinginan bundanya. Kini mereka bertiga sudah ada disebuah rumah sakit khusus ibu dan anak. Ameera sengaja memilih rumah sakit biasa karena tidak ingin membebani suaminya. Selain itu, ia juga tahu Stevanie akan membuat masalah jika mengetahui Ameera menghabiskan uang Mark untuk kebutuhan yang tidak penting.
Setelah mendaftar ke bagian pendaftaran, Ameera, Mark dan Bunda Meta dipersilahkan menunggu giliran untuk mengantri ke dalam ruang perawatan namun sebelumnya seorang perawat akan melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi, mengukuran suhu tubuh, berat badan, pemeriksaan nadi dan pernapasan. Semua hasil pemeriksaan dalam kondisi normal.
Tiba giliran Ameera, ia diminta berbaring di atas bed khusus rumah sakit. Seorang perawat menuangkan gel di atas perut rata wanita itu kemudian seorang dokter wanita bernama Dokter Diana yang tak lain merupakan teman SMA Bunda Meta melakukan pemeriksaan kandungan. Ia meletakan sebuah alat diatas perut Ameera kemudian memindahkannya ke arah lain dan memberitahu bahwa kondisi janin wanita itu dalam keadaan sehat. Dokter Diana menunjukan sebuah benda kecil di dalam rahim Ameera. Mata Mark berkaca-kaca, ia terharu melihat pemandangan di depan matanya.
"Terima kasih Ameera karena sudah mau mempertahankan bayi kita," ucap Mark seraya mencium kening istrinya lembut.
"Walaupun anak ini hadir akibat sebuah kesalahan tapi saya berjanji akan melindungi dan menyayanginya dengan sepenuh hati," Mark bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
Seketika wanita itu melunak dan melupakan amarahnya terhadap Mark. Mendapatkan perlakuan istimewa dari suaminya membuat hatinya berbunga-bunga.
"Selamat Menikmati"