Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat yang Ikhlas Diporotin
Pagi ini meja makan rumah Abimanyu Giandra tampak ramai. Dara dan Antasena duduk berdampingan sedangkan Yanti berada di hadapan keduanya. Abi sebagai kepala keluarga duduk di ujung meja.
Sarapan pagi ini adalah nasi liwet khas Solo. Pagi-pagi tadi Dara turun ke dapur setelah membersihkan diri untuk membuat nasi liwet kesukaan Yanti. Tentu saja bik Tarsih dan chef yang ada di dapur kelabakan ketika tahu tamu nyonyanya malah ikut memasak.
"Sudah, bik Tarsih sama pak Harry tenang saja, Yanti nggak akan marah. Lagian saya juga lagi pengen masak ini." bujuk Dara.
"Tapi non Dara" cicit bik Tarsih takut kena marah Abi dan Yanti.
"Udah yuk kita masak bareng biar cepat". Dara lalu mengenakan apron yang tergantung di dekat pintu dapur.
Kemudian Dara, pak Harry, bu Tarsih dan beberapa pelayan memulai acara memasak. Para pegawai disana kagum akan kepiawaian Dara mengolah bahan makanan. Karena dibantu oleh tenaga profesional dan alat masak modern, proses memasak nasi liwet pun selesai dalam waktu satu setengah jam. Cukup waktunya untuk Dara membersihkan diri dari bau masakan di tubuhnya. Seperti makan malam, jam sarapan dimulai jam tujuh tepat.
Kini keempatnya sedang memandang masakan yang dibuat Dara beserta bik Tarsih, pak Harry dan pelayan disana.
"Wah, menu sarapan ini berbeda ya" komentar Antasena.
"Ini namanya nasi liwet dek" jawab Yanti.
"Tumben bik Tarsih masak makanan begini" komen Antasena lagi. Ketika bik Tarsih datang ke meja makan membawakan teko teh, Antasena menanyakan lagi.
"Bukan saya yang memasaknya tuan Anta. Nona Dara tadi turun ke dapur dan memasaknya bersama kami karena katanya nyonya Yanti kangen masakan khas solo" jawab Bik Tarsih.
Ketiga orang di meja makan itu menatap Dara dengan emosi berbeda.
"Eh? Kenapa?" Dara merasa gugup dipandangi mereka.
"Terimakasih Ra sudah repot-repot memasakkan aku nasi liwet". Yanti tampak bahagia.
"Sama-sama. Tahu lah aku kamu kangen nasi liwet buatanku Yan" cengir Dara.
"Sudah. Ayo kita makan" suara Abi menghentikan percakapan di meja makan dan acara sarapan pagi pun dimulai.
Suasana sarapan pagi ini hanya terdengar suara sendok dan garpu namun wajah ketiga penghuni rumah tampak surprise dengan lezatnya masakan Dara. Usai sarapan, keempatnya menikmati teh dan kopi.
"Terimakasih Rara. Masakanmu lezat sekali" puji Antasena.
"Sama-sama mas Sena tapi ini juga bantuan para staff dapur, Bik Tarsih, pak Harry dan para pelayan jadi murni bukan aku sendiri yang masak." jawab Dara merendah.
"Tapi ini benar-benar resepmu Ra" imbuh Yanti. "Rasa tidak bisa bohong. Aku hapal sekali rasa masakanmu".
"Aku dibantu orang-orang yang hebat" Dara tetap tidak mau mendapatkan pujian sendiri karena kenyataannya memang tadi dia banyak dibantu agar masakannya selesai tepat waktu.
"Oke. Kalian berdua kalau mau jalan-jalan, nanti ada pak Sigit yang mengantarkan. Yan, kabari kalau mau pergi dan kemana ya" potong Abi.
"Baik mas. Nanti aku kabari" jawab Yanti.
"Anta, ayo berangkat. Aku berangkat dulu ya Yan" ucap Abi sambil berdiri lalu mengecup puncak kepala Yanti yang dibalas Yanti mencium punggung tangan kanan suaminya. "Dara, terimakasih atas sarapannya."
"Sama-sama mas" jawab Dara.
"Hati-hati di jalan mas" kata Yanti. Abi hanya menganggukkan kepalanya.
Antasena pun bangkit dari kursinya setelah menghabiskan air putih di gelasnya.
"Aku berangkat dulu mba Yanti. Yuk Rara" pamitnya.
"Iya dek, hati-hati" sahut Yanti.
"Selamat bekerja" sambung Dara. Antasena menoleh ke arah Dara lalu memberi kiss bye. Yanti dan Dara tertawa melihat ulah pria muda tampan itu.
"Anta!" panggil Abi dari pintu depan.
"Iyaaaa mas" jawab Antasena tergopoh-gopoh menyusul kakak sepupunya.
"Kapokmu kapan Thow dek" kekeh Yanti.
***
Siang ini Yanti dan Dara berada di sebuah mall besar di Jakarta Selatan. Yanti memaksa Dara untuk membeli baju yang membuat Dara meringis karena harganya sama dengan gajinya tiga bulan digabung.
"Ambil saja Ra. Tadi mas Abi dah pesan sama aku hari ini harus belanja sepuasnya termasuk 'jajanin' kamu." ucap Yanti yang melihat Dara ragu-ragu mengambil baju-baju yang sudah dipilih olehnya.
"Ini mah kebanyakan Yan! Udah aku ambil dua aja yang paling murah" tawar Dara yang mengambil dress berwarna navy dan gaun santai berwarna hijau tua dengan motif bunga-bunga putih cantik.
"No no no, ambil semuanya!" Yanti langsung meraup semua baju yang sudah dipilih dan diserahkan ke pegawai butik yang membawanya ke kasir.
Dara menghela nafas panjang. Yanti lagi nyonya sultan mode on. Dirinya diam saja melihat sahabatnya membayar semua pakaiannya dengan black card-nya.
Selesai membayar, kedua wanita cantik lalu berjalan ke sebuah butik sepatu. Seorang pengawal berada di belakang mereka menjaga keduanya.
"Sekarang, sepatu!" seru Yanti.
"Astaga Yan, ini dah kebanyakan!" omel Dara sambil memperlihatkan paper bagnya yang banyak.
"Sepatu kan belum. Ayo beli, buat kamu ngajar bisa ganti-ganti." Yanti mendorong Dara masuk ke butik sepatu itu.
Lagi-lagi Yanti memanjakan Dara dengan membelikan tiga pasang sepatu. Kalau saja Dara tidak protes keras, bisa-bisa Yanti memborong sepuluh pasang sepatu. Dara memilih dua pasang sepatu yang cocok untuk dirinya mengajar dengan bentuk tidak mencolok dan sebuah wedges berwana biege.
"Yan, udah yuk. Aku kok kesannya morotin temen sendiri" bujuk Dara.
"Yang diporotin seneng-seneng ajah kok. Kapan lagi bisa begini Ra" kekeh Yanti. Dara memutar matanya malas.
"Makan yuk, aku lapar" ajak Dara.
"Kita makan di restoran Italia saja yuk. Disini ada yang enak. Aku pernah diajak mas Abi kesana dua kali."
"Cuuussss lah" ucap Dara semangat.
Kedua wanita cantik itu masuk ke dalam restoran Italia dan mencari tempat duduk yang agak memojok lokasinya. Si pengawal sendiri duduk tidak jauh dari keduanya.
Selesai memesan menu, Yanti mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan ke suaminya bahwa mereka berada di restoran Italia sedangkan Dara asyik mengamati interior yang indah.
"Bagaimana restorannya Ra?" tanya Yanti yang sudah selesai mengirimkan pesan ke Abi.
"Restorannya bagus desain interiornya. Hangat dan apa ya... Homy" puji Dara.
"Kesannya sama denganku ketika pertama kali kemari. Makanannya juga enak".
Kedua wanita itu lalu asyik bercakap-cakap tentang masa SMA, masa berada di solo. Dara bercerita Minggu lalu menemui kedua orangtua Yanti yang mengatakan akan ke Jakarta atas undangan putrinya.
"Pantas sebelum kamu datang, ada kiriman paket berbagai macam kerupuk ke rumah. Ternyata kamu bercerita pada ayah ibu kalau mau kesini." ucap Yanti.
"Iya. Beliau berdua juga berpikir bahwa aku akan kerepotan jika membawa banyak oleh-oleh jadi sebagian sudah dikirimkan terlebih dahulu, aku tinggal bawa sisanya" cengir Dara.
"Makanya kamu bisa masak nasi liwet lengkap sambal goreng rambak ya" Yanti memincingkan matanya.
Dara tertawa. "Ketahuan deh!"
"Dasar teman yang tahu diri!" omel Yanti geli.
"Iya dong, aku kan teman baik, bukan teman durjana" balas Dara. Keduanya tertawa lepas. Namun tawa Yanti terhenti ketika melihat seorang pria sedang menatap mereka berdua.
"Mas Abi".
***