NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Suara pintu kamar mandi terbuka memecah keheningan kamar hotel yang mencekam. Keira keluar dengan wajah segar dan aroma sabun stroberi yang manis. Dia mengenakan piyama satin panjang berwarna navy yang sopan dan tertutup rapat. Dia tidak mau memberi celah sedikit pun bagi mata keranjang Arkan untuk melihat yang tidak-tidak.

Keira menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Matanya menyapu ruangan. Arkan tidak terlihat di kasur.

"Arkan?" panggil Keira pelan.

Tidak ada jawaban. Keira melangkah ke arah balkon. Pintu kaca balkon sedikit terbuka. Angin malam Jakarta menyelinap masuk menggoyangkan tirai tipis.

Di sana Arkan berdiri mematung. Punggungnya bersandar pada pagar balkon. Satu tangannya memegang ponsel erat-erat sementara tangan lainnya memijat pelipis. Wajahnya terlihat kusut dan lelah. Jauh berbeda dari wajah tengil yang biasa dia tampilkan.

Keira terpaku sejenak. Entah kenapa melihat punggung Arkan yang rapuh itu membuat hatinya sedikit terusik. Apa Arkan sedang ada masalah berat? Tadi dia terlihat tegang saat melihat Clara. Apa mungkin ini soal mantan pacarnya itu?

"Woy. Ngelamun aja. Kesambet setan hotel baru tau rasa lo," tegur Keira dengan nada ketus yang dibuat-buat. Dia berusaha menutupi rasa penasarannya.

Arkan tersentak kaget. Dia buru-buru memasukkan ponselnya ke saku celana. Dalam sekejap ekspresi wajahnya berubah total. Senyum miring andalannya kembali terpasang.

"Kaget gue. Kirain Kuntilanak nyasar. Ternyata istri sendiri. Bedanya tipis sih," sahut Arkan santai sambil melangkah masuk ke kamar.

Keira melempar handuk kecilnya ke wajah Arkan. "Mulut lo tuh ya perlu diamplas biar halus dikit."

Arkan menangkap handuk itu dan mencium aromanya sekilas. "Wangi. Tumben mandi. Gue pikir lo cuma lap badan doang kayak kucing."

"Buruan mandi sana! Badan lo bau apek. Jangan harap bisa tidur di kasur kalau belum mandi," perintah Keira sambil menunjuk kamar mandi layaknya nyonya besar.

"Iya Bawel. Sabar napa. Orang ganteng mah bebas mau mandi kapan aja," Arkan berjalan gontai menuju kamar mandi.

Setelah Arkan menghilang di balik pintu kamar mandi Keira langsung beraksi. Dia naik ke atas kasur king size yang luas itu. Dengan gerakan gesit dia mengumpulkan semua bantal dan guling yang ada.

Dia menyusun bantal-bantal itu tepat di tengah kasur memanjang dari atas ke bawah. Membangun sebuah tembok pertahanan yang kokoh. Tembok Berlin versi kamar pengantin.

"Oke. Ini wilayah gue. Itu wilayah dia. Aman," gumam Keira puas melihat hasil karyanya.

Dua puluh menit kemudian Arkan keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan celana pendek kolor dan kaos oblong putih polos. Rambutnya yang basah acak-acakan membuatnya terlihat lebih muda dan segar.

Arkan menaikkan alisnya melihat gundukan bantal di tengah kasur.

"Apaan nih? Benteng Takeshi?" tanya Arkan heran.

"Ini perbatasan negara Arkan. Sebelah kanan wilayah gue. Sebelah kiri wilayah lo. Kalau lo berani lewatin bantal ini gue denda satu juta per anggota tubuh yang lewat," jelas Keira serius.

Arkan tertawa renyah. Dia melompat naik ke kasur di bagian wilayahnya. Kasur itu membal hebat membuat Keira ikut terguncang.

"Lebay banget sih lo. Siapa juga yang mau nyebrang. Paling nanti tengah malem lo yang nyosor gue karena kedinginan," ledek Arkan sambil menarik selimut.

"Nggak bakal! Mending gue peluk guling daripada peluk lo. Guling lebih empuk dan nggak banyak dosa," balas Keira sengit.

Mereka berdua merebahkan diri. Keira mematikan lampu utama dan hanya menyisakan lampu tidur yang remang-remang. Suasana kembali hening. Tapi kali ini hening yang canggung.

Ini adalah pertama kalinya Keira tidur satu ranjang dengan laki-laki. Meskipun ada tembok bantal tapi dia tetap bisa merasakan kehadiran Arkan di sebelahnya. Suara napas Arkan terdengar teratur.

"Ra," panggil Arkan pelan dalam kegelapan.

"Hmm."

"AC nya dingin banget. Kecilin dikit napa. Gue beku nih," keluh Arkan.

"Nggak mau. Gue gerah. Kalau lo kedinginan pake selimut lo yang tebel itu. Jangan manja," tolak Keira. Dia memang tipe orang yang tidak bisa tidur kalau udara tidak dingin sedingin kutub utara.

Terdengar suara Arkan berdecak kesal. "Dasar wanita berdarah dingin. Pantesan hatinya beku."

Keira tidak menanggapi. Dia memejamkan mata berusaha tidur. Hari ini sangat melelahkan. Kakinya pegal. Kepalanya pusing. Dia butuh istirahat total.

Namun tidur nyenyak hanyalah angan-angan.

Satu jam kemudian Keira terbangun karena merasa ada benda berat yang menimpa kakinya. Dia membuka mata dan menyalakan lampu ponselnya.

Kaki Arkan yang berbulu halus itu sudah melanggar batas wilayah. Kaki itu nangkring dengan santainya di atas kaki Keira menindih selimutnya.

"ARKAN!" teriak Keira ketahan. Dia menendang kaki Arkan sekuat tenaga.

"Aduh!" Arkan mengigau kaget. Dia menarik kakinya kembali. "Apaan sih main tendang. Gue lagi mimpi ngegolin piala dunia nih."

"Kaki lo bau tau! Masuk wilayah gue! Denda satu juta!" tagih Keira.

"Berisik ah. Besok gue transfer. Tidur woy tidur," Arkan membalikkan badannya memunggungi Keira dan kembali mendengkur halus.

Keira menggerutu kesal. Dia membetulkan posisi tembok bantalnya yang sudah agak runtuh. Benar-benar cobaan berat.

Pagi harinya sinar matahari menerobos masuk lewat celah tirai. Keira menggeliat pelan. Rasanya nyaman sekali. Dia memeluk guling yang terasa hangat dan keras. Dan wangi. Wangi mint dan kayu cendana.

Tunggu dulu.

Keira membuka matanya perlahan. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah dada bidang seseorang yang terbalut kaos putih. Dia mendongak sedikit.

Wajah damai Arkan tepat berada di depan wajahnya. Jarak mereka hanya beberapa senti. Tangan Keira melingkar erat di pinggang Arkan. Dan kaki Keira tersangkut di antara kaki Arkan.

Tembok bantal sudah hilang entah ke mana. Mungkin sudah jatuh ke lantai karena perang tidur semalam.

Keira menahan napas. Dia ingin melepaskan pelukannya pelan-pelan agar tidak membangunkan singa tidur ini. Tapi terlambat.

Mata Arkan terbuka. Dia menatap Keira yang sedang memeluknya persis seperti koala memeluk pohon eukaliptus. Sudut bibir Arkan terangkat membentuk senyuman jahil.

"Selamat pagi Istriku yang agresif," sapa Arkan dengan suara serak khas bangun tidur.

Keira langsung melompat mundur sampai nyaris jatuh dari kasur. Wajahnya merah padam. Malu setengah mati.

"Gue nggak agresif! Lo yang narik gue pasti!" tuduh Keira panik sambil merapikan rambutnya yang seperti singa.

Arkan tertawa puas sambil merentangkan tangannya. "Enak aja nuduh. Jelas-jelas lo yang nempel kayak perangko. Nyenyak banget kayaknya tidurnya meluk orang ganteng."

"Jangan geer! Gue kira lo guling! Badan lo keras kayak batu kali aja gue salah kira!" elak Keira.

Arkan bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang. Dia mengambil ponselnya yang ada di nakas.

"Untung tadi gue sempet foto buat barang bukti. Lumayan buat wallpaper hp atau dikirim ke grup keluarga," kata Arkan santai sambil menunjukkan layar ponselnya.

Di layar itu terlihat foto selfie Arkan yang sedang tersenyum lebar sementara Keira tidur pulas di dadanya dengan mulut sedikit terbuka. Ada sedikit jejak air liur di sudut bibir Keira.

Aib. Ini aib besar.

Keira menjerit histeris dan mencoba merebut ponsel Arkan. "HAPUS! ARKAN HAPUS NGGAK! ITU ILEGAL!"

Arkan mengangkat tangannya tinggi-tinggi menjauhkan ponsel itu dari jangkauan Keira yang pendek.

"Eits, nggak bisa. Ini jaminan biar lo masakin gue pagi ini. Inget kontrak pasal dua. Kopi dan sarapan buatan istri," tagih Arkan.

Keira menyerah. Napasnya terengah-engah karena loncat-loncat di atas kasur. Dia menatap Arkan dengan tatapan membunuh.

"Oke! Gue masakin! Tapi hapus fotonya!"

"Masakin dulu baru gue pikirin hapus apa nggak. Buruan gue laper. Gue mau nasi goreng spesial pakai telur mata sapi setengah matang. Kuningnya jangan sampe pecah. Kalau pecah lo gue balikin ke rumah orang tua lo," perintah Arkan seenaknya.

Keira menghentakkan kakinya kesal dan berjalan menuju pantry kecil yang ada di kamar Suite itu. Untungnya fasilitas kamar ini lengkap ada kompor listrik dan peralatan masak sederhana. Bahan makanan juga tersedia di kulkas.

Dengan penuh dendam membara Keira mulai memasak. Dia memotong bawang merah dengan kasar seolah sedang memotong leher Arkan.

"Liat aja lo Arkan. Gue kasih garem satu toples biar darah tinggi lo kumat," gumam Keira pelan.

Tapi Keira tidak sejahat itu. Dia tetap memasak dengan benar. Walaupun benci dia tidak mau membunuh suaminya di hari pertama pernikahan. Nanti dia jadi janda muda dan masuk penjara. Rugi bandar.

Dua puluh menit kemudian nasi goreng siap. Aromanya harum memenuhi ruangan. Arkan sudah duduk manis di meja makan kecil dengan wajah berbinar.

"Lama banget. Keburu gue mati kelaparan," komentar Arkan saat Keira menyajikan piring di depannya.

"Bersyukur udah dibikinin. Makan tuh racun," ketus Keira. Dia duduk di depan Arkan sambil meminum air putih. Dia tidak lapar karena kenyang makan hati.

Arkan menyuapkan sendok pertama. Dia mengunyah pelan. Keira memperhatikan dengan was-was. Enak tidak ya?

Arkan terdiam sejenak. Lalu dia menyuap lagi. Dan lagi. Dengan lahap.

"Gimana? Asin?" tanya Keira penasaran.

"Biasa aja. Masih enakan nasi goreng abang-abang tek-tek. Tapi lumayan lah buat ganjel perut," jawab Arkan gengsi. Padahal dalam hati dia mengakui masakan Keira enak sekali. Bumbunya pas.

"Dasar lidah kaku. Bilang enak aja susah banget," cibir Keira.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang cukup keras.

"Arkan! Keira! Sudah bangun belum Sayang?"

Suara Mama Arkan. Dan suara Mama Keira juga terdengar berbisik-bisik di luar.

Arkan dan Keira saling pandang dengan mata melotot. Mati. Sidak mertua.

"Gawat! Mama dateng! Liat penampilan kita!" bisik Keira panik.

Mereka berdua masih pakai baju tidur. Rambut acak-acakan. Dan kasur masih berantakan bekas perang bantal. Sebenarnya itu kondisi wajar pengantin baru. Tapi masalahnya ada guling pembatas yang tergeletak di lantai. Kalau ketahuan mereka tidur pisah bisa gawat.

"Berantakin lagi kasurnya Ra! Sembunyiin gulingnya!" perintah Arkan sambil berdiri.

Keira lari ke kasur. Dia melempar guling ke dalam lemari. Dia mengacak-acak selimut agar terlihat seperti habis dipakai tidur berdua dengan 'liar'.

Arkan membuka pintu kamar dengan wajah yang dipasang serileks mungkin.

"Eh Mama. Pagi Ma. Kok pagi-pagi udah ke sini?" tanya Arkan sambil menguap buatan.

Mama Arkan dan Mama Keira masuk dengan senyum lebar penuh arti. Mereka membawa rantang makanan.

"Kami cuma mau anter sarapan tambahan. Takut kalian kecapekan abis ... ya begitulah," Mama Keira terkikik geli. Wajah Keira memerah sampai ke telinga.

Mama Arkan menatap Keira dan Arkan bergantian. "Wah mukanya seger-seger ya. Arkan gimana semalem? Lancar?"

Pertanyaan ambigu yang sangat mematikan.

Arkan merangkul bahu Keira dan menariknya mendekat. "Lancar jaya dong Ma. Keira hebat loh. Nggak nyangka aja kecil-kecil cabe rawit."

Keira mencubit pinggang Arkan keras sekali sampai Arkan terbatuk. "Uhuk! Maksudnya Keira hebat masaknya Ma. Tadi pagi udah bikinin nasi goreng."

"Wah rajin banget mantu Mama," puji Mama Arkan.

Tiba-tiba mata jeli Mama Keira menangkap sesuatu di leher Keira. Ada bercak merah kecil di dekat tulang selangka Keira.

"Loh itu leher Keira kenapa merah? Digigit nyamuk apa digigit Arkan?" goda Mama Keira sambil menunjuk leher anaknya.

Keira memegang lehernya panik. Dia ingat semalam dia memang digigit nyamuk bandel di hotel ini karena AC dimatikan sebentar waktu dia kedinginan.

"Ini nyamuk Ma! Hotel bintang lima kok banyak nyamuknya!" elak Keira cepat.

Arkan malah menyeringai jahil. Dia melihat peluang untuk memanaskan suasana.

"Ah masa nyamuk Yang? Perasaan semalem aku nggak liat nyamuk deh. Mungkin 'nyamuk' yang ganteng kali ya," kata Arkan dengan nada menggoda.

Kedua Mama langsung tertawa heboh dan saling sikut. "Aduh nyamuk ganteng. Ya sudah Mama nggak mau ganggu. Lanjutin aja ya 'sarapannya'. Nanti siang kita check out bareng."

Mereka berdua bergegas keluar kamar meninggalkan Keira yang rasanya ingin menghilang ditelan bumi.

Begitu pintu tertutup Keira langsung melepaskan rangkulan Arkan dan memukul dadanya bertubi-tubi.

"ARKAN! LO APA-APAAN SIH! MALU TAU! ITU BENERAN NYAMUK!" teriak Keira frustrasi.

Arkan tertawa lepas sambil menangkis pukulan Keira. "Ya biarin lah Ra. Biar mereka seneng. Lagian lo sih lehernya manis banget sampe nyamuk aja doyan. Apalagi gue."

Keira terdiam. Kalimat terakhir Arkan terdengar aneh.

"Apa lo bilang?"

Arkan tersadar dia keceplosan. "Maksud gue apalagi gue yang doyan nasi goreng lo. Udah ah gue mau mandi lagi. Gerah deket-deket lo."

Arkan kabur ke kamar mandi lagi. Meninggalkan Keira yang berdiri mematung memegang lehernya yang bekas gigitan nyamuk. Jantungnya berdebar kencang lagi. Sialan. Kenapa gombalan receh Arkan mulai mempan padanya?

Ini bahaya. Sangat bahaya. Keira harus segera membentengi hatinya lagi. Jangan sampai dia jatuh cinta pada suami kontraknya ini. Jangan sampai.

Tapi tanpa Keira sadari tembok pertahanan itu perlahan mulai retak. Satu per satu batu batanya mulai goyah oleh tingkah konyol dan senyum manis Arkan Zayden.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!