Wanita cantik dengan segudang kehidupannya yang kompleks, bertemu dengan laki-laki yang mengerikan tapi pada akhirnya penuh perhatian.
Dengan latar belakang yang saling membutuhkan, akhirnya mereka di pertemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emlove 5
Otak cerdasnya masih belum mampu menerima, Rosa terus berpikir keras untuk mencari jalan keluarnya, barangkali masih ada kesempatan, dan lampu seketika menyala terang dalam pikirannya.
"Pak Romi dan Pak Radit!" teriak Rosa tiba-tiba, membuat beberapa teman kerjanya yang serius mengerjakan tugas terperanjat seketika.
Heh, mendengar duo R di sebut, Jeny langsung menghadang Rosa yang sudah akan berlari.
"Mana lo?"
"Minggir, mau cari pertolongan gue!" Rosa segera menyingkirkan tubuh temannya yang memenuhi jalan.
"Eh, mereka tangan kanan Bos Rosa, lo gila?!"
"Ish, tapi mereka masih mendingan, gak segalak Bos besar Jeny, minggir ah!" kali ini akhirnya Rosa berhasil membebaskan jalan hingga plong seperti hatinya yang di penuhi dengan harapan.
Jeny hanya menggeleng, sedangkan Rosa sudah lari menghilang menuju ruangan yang ada di lantai selanjutnya, maklum gedung tempatnya bekerja terdiri dari beberapa lapisan.
Tok Tok Tok
Terdengar suara pintu terbuka perlahan, dan disana nampak laki-laki yang masih bisa tersenyum menyapa Rosa.
"Ada apa Rosa?"
"Pak Radit, maaf menganggu, saya bisa minta bantuan gak pak?"
Radit mengernyit, sepertinya pertanyaan Rosa sangat aneh, baru kali ini juga gadis yang terkenal baik dan sempurna dalam pekerjaannya meminta tolong padanya.
"Masuk!" Radit lalu membuka pintunya lebar.
Rosa cepat-cepat masuk, menoleh kanan kiri memastikan keadaan aman terkendali, sementara Radit hanya tersenyum melihat tingkah wanita yang lumayan cantik di matanya.
"Ada apa?" tanya nya.
"Saya_, kenapa harus saya pak, saya baru saja bekerja satu tahun disini, banyak pegawai lain yang lebih lama dan berpotensi pak" Rosa seperti mengadu atas suatu ketidak Adilan yang terjadi dalam hidupnya.
Radit duduk perlahan, lalu menatap Rosa dengan lekat, "Apa yang bisa aku lakukan, jika Tuan Demitri sudah berkata, tidak akan bisa ditarik ucapannya, apa lagi ini masalah pekerjaan, NO!"
"Tapi kan bapak dekat sama Tuan Demitri, bisa kan pak barangkali meluluhkan hatinya?"
Desakan Rosa membuat Radit mengerutkan alisnya, aneh, biasanya banyak pegawai yang suka dan bahkan berharap bisa bekerja langsung dengan Bos nya, di tambah gajinya yang pasti akan melambung tinggi, setinggi puncak Himalaya, perumpamaannya.
"Kenapa kamu tidak mau di posisi sekarang ini, tau kan gaji mu akan berlipat ganda, apalagi jika proyek ini sukses, uang akan mengalir deras di rekening mu" berharap perkataannya akan menyadarkan wanita yang mungkin lupa jika uang adalah tujuannya bekerja.
Diam, Rosa hanya menghela nafasnya, lalu kemudian menatap Radit dengan wajah melasnya.
"Tapi kalau resikonya nyawa, saya takut pak"
Kali ini, Radit tak bisa menahan tawa, apa-apaan sampai se takut itu seorang Rosa, apalagi berasumsi kehilangan nyawa segala.
"Tenang-tenang, pekerjaan mu jauh dari nyawa Rosa, jangan khawatir"
"Tapi pak, setiap kali menemani Tuan Demitri pasti akan lari kemana-mana, luar negeri pula, naik pesawat pastinya kan?"'
"Ya iya, emang mau naik apa, renang?, bisa saingan nanti sama lumba-lumba" Radit menyahut dengan tawa yang masih tersimpan baik di bibirnya, aneh sekali memang wanita satu ini.
"Nah itu maksut saya, jika terjadi sesuatu di pesawat, langsung koid lah pak!" serunya.
"Hus, sudah-sudah, jangan ngaco kalau ngomong, ucapan adalah doa, diem aja dan ikuti perintah Tuan Demitri, dijamin hidup mu_"
"Kelar pak!" sahut Rosa tanpa takut sama sekali, mungkin dia berada pada titik putus asa.
Di saat yang bersamaan, datang Romi masuk dengan mengetuk pintu sebelumnya, menatap aneh Radit yang tengah senyam senyum sambil menatap wanita yang kini masih nampak dari belakang.
"Siapa?"
"Rosa"
"Oh, selamat ya Ros, Tuan Demitri memilihmu rupanya, selamat bergabung dengan kami" ucap Romi luwes dan lancar seperti burung Beo yang sudah di latih untuk berkicau, ditambah makanan kesukaan dan membuat kegirangan.
Radit tertawa dan menepuk pundak Rosa pelan, "Sudah, jangan terlalu di pikirkan, sebaiknya kamu bersiap dengan semua arsip yang di butuhkan, Tuan Demitri pasti sebentar lagi akan mulai mempromosikan apa yang kamu paparkan tadi"
"Iya pak, permisi" dengan wajah menunduk dan sedih yang entahlah itu asli atau hanya di buat-buat saja, akhirnya Rosa keluar dari ruangan, pupus sudah harapannya.
"Ada apa?" tanya Romi yang masih nampak penasaran.
"Rosa minta aku untuk mengatakan pada Tuan Demitri, belum siap bergabung di Tim Inti"
"Apa?!, memang dia gak tau berapa gaji yang akan di berikan nanti?"
"Tau sih, tapi sepertinya Rosa merasa tekanan pekerjaannya nanti terlalu tinggi"
"Hem, iya sih, semoga dia cepat beradaptasi dengan suasana kerja nanti, terutama dengan Tuan Demitri"
"Hem semoga" Radit menjawab dengan menghela nafasnya, masalahnya tau benar seperti apa jam kerja yang akan di porak porandakan oleh Bos besarnya, dalam hati Radit berdoa semoga Rosa sanggup menghadapinya.
Tak lama sosok yang sekilas lalu ikut terbawa dalam permasalahan Rosa telah memanggil Radit lewat ponselnya.
"Iya Tuan?"
"Kalian kemari!" perintahnya.
Radit dan Romi saling pandang, melempar pertanyaan dan hasilnya hanya Bos nya yang tau tentunya.
Segera masuk ke dalam ruangan, Demitri terlihat sibuk dengan berkas yang ada di tangannya.
"Iya Tuan?" tanya Romi.
Selembar kertas di berikan, Romi meneliti isinya, dan ada beberapa kata yang sepertinya harus di benarkan, "Yulia semakin tidak benar saja kerjanya"
"Maaf Tuan, mungkin karena Bu Yulia memang waktunya beristirahat dan fokus dengan pengobatannya"
"Lalu?, aku yang harus membenarkan semua ini?"
"Romi dan Radit tak berani menjawab lagi, dijamin tambah panjang urusan, mereka lebih baik diam, agar kondisi tetap aman.
"Banyak kesalahan disini, aku tidak mau tau, nanti malam harus sudah selesai di benarkan, karena pagi jam delapan semua sudah harus aku serahkan ke para kolega yang sudah menunggu"
Glek!
Jelas Romi dan Radit tak mampu, bukan bidangnya pula, dan saat ini hanya satu kata, di kembalikan ke Bu Yulia, bukan tak berperasaan tapi lebih pada menjaga ketenangan bangsa.
"Baik Tuan, akan saya berikan lagi ke Bu Yulia untuk di revisi segera" ucap Romi, lalu berjalan maju mengambil berkas yang udah di sisihkan, dan kemudian berpamit untuk kembali.
Radit menyusul di belakangnya, rasanya tak tega memberikan pekerjaan pada Yulia, tapi apalah daya, hanya dia lah yang bisa menyelesaikan permasalahan.
Hingga keduanya yang baru saja masuk ke dalam Lift segera teringat akan orang yang sama_
"ROSA!" Serempak.
Isi otak Romi dan Radit mamang sama saat ini, akhirnya keduanya merasa lega, urusan bagaimana respon wanita yang baru saja minta dukungan untuk mundur dari jabatan sementara tak di hiraukan, yang penting masalah berkas ini harus segera di revisi dengan benar dulu.
Jangan lupa like vote komen dan tonton iklannya.
Bersambung.
🤦🤦🤦