JANGAN PISAHKAN AKU DENGANNYA

Aleta mematikan panggilan telepon pada bundanya seakan memberi jeda untuk bisa berpikir. Berbohong atau jujur, itu yang membuatnya terasa sesak.

"Apakah kamu ingin aku cari tahu sendiri Aleta? Jangan mencoba membohongiku karena pada akhirnya fakta yang aku temukan tidak sesuai dengan pengakuanmu. Hal yang paling aku tidak suka didunia ini adalah kebohongan," tegas Revan Raihan bin Alim Musa.

Aleta meremas kedua tangannya. Melihat wajah suaminya yang meminta kejujurannya akhirnya ia menceritakan keadaan yang sebenarnya.

"Rere menjebakku dengan menyembunyikan perhiasannya di salah satu seprei kotor milik tamu yang ada di troli. Biasanya aku tidak pernah membawa masuk troli itu ke dalam kamar. Entah kenapa aku melakukannya," jelas Aleta.

Revan mengepalkan kedua tangannya sambil mengatupkan rahangnya keras. Ia tidak menyangka istrinya senekat itu menjebak gadis yang tak berdosa. Walaupun begitu ia masih bersyukur karena secara tidak sengaja justru Rere mengirim sendiri gadis yang selama ia ia cari sebelum menikah dengan Rere.

Aleta langsung memeluk suaminya dari belakang." Tolong jangan marah padanya karena saat itu keadaan ku juga sangat sulit. Bundaku harus dirawat karena penyakit kronis yang ia derita. Itulah sebabnya aku memilih cara aman untuk mendapatkan uang walaupun itu sangat menyakitkan," ucap Rere kemudian.

Revan membalikkan tubuhnya dan kini keduanya saling berhadapan. Kilatan amarah terlihat jelas di pelupuk mata suaminya namun rasa cinta yang tulus dari Revan membuat hatinya menghangat. Revan memeluk tubuh jenjang itu dengan erat sehingga Aleta sedikit kesulitan bernapas.

"Aku akan membebaskan ayahmu dan memulihkan nama baiknya. kembalikan semua kekayaanmu dengan caraku," batin Revan penuh janji.

Setelah puas memeluk kini keduanya saling berciuman sesaat. Revan mengajak Aleta untuk keluar.

"Sekarang sudah sore. Apakah kamu mau melihat matahari senja?" tanya Revan.

"Tapi aku tidak nyaman bertemu dengan orang-orang yang tadi," balas Aleta.

"Kita tidak akan bertemu mereka. tapi jangan salahkan mereka princess karena kecantikanmu yang membuat mereka tidak bisa berpaling dari bidadari sepertimu. Aku sangat beruntung mendapatkanmu. Terimakasih sudah datang di hidupku," ucap Revan.

"Ya Allah jangan biarkan aku jatuh cinta padanya karena dia sudah memiliki Rere. Pernikahan ini hanya sementara Aleta sampai kamu melahirkan anak untuk mereka," batin Aleta menasehati dirinya sendiri agar tidak terlalu terlena dalam kenyamanan nya saat ini.

Revan keluar melalui pintu rahasia menuju dek kapal yang menyajikan pemandangan terindah. Dek khusus untuk pemilik kapal itu. Namun pesona Aleta menarik perhatian seorang pemuda tampan yang melihatnya dari bawah sana.

"Bukankah itu Aleta? Bagaimana dia bisa ada di sini?" gumam Haidar yang merupakan pria yang selalu mengejar Aleta namun saat Aleta ingin memberikan hatinya pada lelaki itu justru ayahnya tersandung kasus korupsi. Haidar menghilang begitu saja waktu Aleta menerima kencannya saat itu.

"Sial...! Kenapa dia terlihat makin cantik setelah dua tahun menghilang begitu saja," gumam Haidar lalu mengarahkan ponselnya untuk mengambil gambar Aleta. Namun sayang saat hendak memotret Aleta tiba-tiba saja muncul Revan yang langsung mengalihkan wajahnya Aleta.

"Sial...!" siapa lelaki itu?" tanya Haidar yang belum tahu siapa Revan.

"Ini untukmu princes...!" Revan menyerahkan secangkir teh hangat untuk Aleta yang menerimanya dengan senang hati.

"Terimakasih mas," Aleta meneguknya lalu menatap lagi langit jingga menghantar matahari yang ingin pamit pada bumi.

Satu jam kemudian, Aleta dan Revan masuk ke restoran kapal untuk makan malam. Aleta menatap hidangan makan malam itu penuh binar karena ia begitu senang dengan lobster.

"Apakah kamu suka seafood?" tanya Revan lalu mengambil lauk itu dan diletakkan ke atas piringnya Aleta.

"Hmm...! Yang aku tidak suka adalah masakan daging bebek dan kawan-kawannya karena aku mengalami ruam pada kulit," jelas Aleta.

"Baiklah. Aku akan mengingatkan koki agar tidak memasak sesuatu yang mengancam keselamatanmu," ucap Revan.

Tidak lama kemudian Haydar masuk ke restoran itu bersama pamannya. Melihat kemesraan Aleta dengan Revan membuatnya penasaran.

"Paman, lihatlah meja ke arah jarum jam 9...! Apakah paman kenal dengan pria itu?" tanya Haydar dan pamannya lansung melihat ke arah yang dimaksud keponakannya tersebut.

"Oh itu...? Dia adalah pemilik kapal pesiar mewah ini. Namanya tuan Revan Raihan. Ada apa? Kamu ingin berkenalan dengannya?" tanya Darren.

"Astaga...! gila banget Aleta sekalinya dapat cowok tidak kaleng-kaleng. Tapi bagaimana Aleta bisa bersamanya? Apakah Aleta...?" ucapan Haydar terhenti mana kala ia melihat Aleta meninggalkan tempat duduknya dan berjalan ke arah toilet.

Haydar langsung bangun untuk mengejar Aleta yang belum terlalu jauh melangkah.

"Aleta....!" panggil Haydar dan Aleta segera menengok. Gadis cantik itu cukup terkejut melihat Haydar tiba-tiba berada di hadapannya. Ia segera mengendalikan perasaannya lalu menyapa Haydar dengan tenang.

"Hallo Haydar. Lama tidak bertemu," sapa Aleta tersenyum pada Haydar.

"Aleta, aku melihat kamu bersama dengan pemilik kapal ini. Apakah dia keluargamu atau...-"

"Suaminya," ucap Revan yang tiba-tiba ada dibelakang sepasang remaja itu.

Haydar terkejut lalu menatap Aleta yang sekarang dirangkul oleh Revan.

"Siapa pria ini princess?" tanya Revan.

"Kakak tingkat aku di kampus dulu. Maaf Haydar aku mau ke toilet dulu," ucap Aleta menahan tangisnya.

"Aleta, ada yang harus aku jelaskan padamu dulu. Saat itu orangtuaku melarang menemui mu karena ayahmu...-"

Aleta mengangkat tangannya memberi isyarat agar Haydar tidak meneruskan ucapannya. Ucapan Haydar tercekat sambil melihat Revan yang memperhatikan dirinya. Aleta meneruskan langkahnya menuju toilet.

"Sebaiknya kisah masa lalumu bersama istriku tidak perlu kamu umbar di depanku. Aleta adalah milikku dan aku harap jauhi istriku. Jika tidak aku tidak segan untuk melempar mu dari atas kapal ini. Kamu paham anak muda?" ancam Revan membuat Haydar memilih untuk kembali ke tempat duduknya untuk menikmati makan malam.

Sementara itu Aleta menangis di dalam toilet. Ucapan Haydar cukup menganggunya. Ia pernah terluka dengan sikap Haydar padanya. Namun pikirannya kembali pada suaminya.

"Untuk apa memikirkan pria tidak berguna itu. Tidak ada yang sebaik Revan. Dialah yang menjagaku saat ini. Tidak peduli dia suami kontrakku atau bukan. Setidaknya kami akan bersama. Biarlah waktu yang akan menjelaskannya," Aleta meninggalkan toilet menuju mejanya.

Revan tampak berbincang dengan beberapa orang dekat meja makan mereka. Melihat kedatangan Aleta, beberapa pria itu segera meninggalkan Revan.

"Apakah kamu masih ingin di sini?" tanya Revan.

"Aku sedikit pusing. Apakah aku boleh kembali ke kamar?" pamit Aleta.

"Baiklah. Ayo kita ke kamar...!" ajak Revan.

Baru saja mereka meninggalkan restoran kapal itu tiba-tiba ada yang mencegah langkah sepasang suami-isteri itu.

"Tuan Revan. Apakah itu istrimu?" tanya salah seorang bangkir yang mengenal Aleta.

"Iya, Emangnya ada apa dengan istriku?" tanya Revan pura-pura tidak tahu arah bicara pria paruh baya di depannya.

Mata Aleta terbeliak melihat pria yang ada di hadapannya ini. Rasanya ia ingin membunuh pria itu yang telah menghancurkan kelurganya.

"Apakah tuan Revan tahu dia adalah putri dari seorang...-"

"Maaf, istriku kurang sehat kami mau ke kamar dulu. Silahkan nikmati makan malamnya...!" ucap Revan memotong ucapan tuan Bili.

"Tetap tegar karena aku yakin ayahmu tidak bersalah. Aku akan menyelidiki tuan Bili. Sepertinya dia...-"

"Dialah yang menjebak ayahku," sambar Aleta.