NovelToon NovelToon
SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

SNIPER CANTIK MILIK TUAN MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Mafia / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Olivia Xera Hilson, gadis cantik dan berwibawa yang tumbuh dalam bayang-bayang kekuasaan, terpaksa menerima tawaran pernikahan dari Vincent Lucashe Verhaag seorang pria karismatik sekaligus pewaris tunggal keluarga bisnis paling berpengaruh di Amerika.
Namun di balik cincin dan janji suci itu, tersembunyi dua rahasia kelam yang sama-sama mereka lindungi.
Olivia bukan wanita biasa ia menyimpan identitas berbahaya yang dia simpan sendiri, sementara Vincent pun menutupi sisi gelap nya yang sangat berpengaruh di dunia bawah.
Ketika cinta dan tipu daya mulai saling bertabrakan, keduanya harus memutuskan. apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan, atau perang paling mematikan yang pernah mereka hadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Tiga puluh menit kemudian, Olivia akhirnya sampai di pusat perbelanjaan yang ramai. Ia segera turun dari mobilnya dan melangkah cepat, karena Zoe sudah lebih dulu menunggu di sana. Tatapannya berkeliling mencari sosok sahabat lamanya itu di tengah keramaian.

“Zoe!” panggil Olivia dengan suara bahagia.

“Olivia!” sahut Zoe dengan senyum lebar.

Tanpa ragu, keduanya berlari kecil dan langsung berpelukan erat. Pelukan hangat yang menyimpan rindu bertahun-tahun lamanya.

“Kenapa kamu makin cantik aja, sih, Olivia?” tanya Zoe sambil menatap wajah sahabatnya itu dengan mata berbinar.

“Hey, nona, kamu tuh yang makin cantik!” jawab Olivia tertawa bahagia.

Mereka pun tertawa bersama sebelum melangkah menuju restoran yang sudah mereka pilih. Suasana siang itu begitu cerah, cocok untuk reuni dua sahabat yang sudah lama tak bertemu.

Di dalam restoran, mereka duduk berhadapan. Hidangan sudah datang, namun obrolan mereka lebih ramai daripada suara sendok dan garpu. Sesekali tawa kecil pecah di antara keduanya.

“Apa?!” Zoe hampir tersedak minumannya. “Dasar anak nakal! Kenapa kamu baru bilang kalau kamu akan menikah?” ucapnya setengah berteriak, membuat Olivia terkejut dan menutup mulutnya sambil tertawa pelan.

“Omg, maafkan aku, Zoe! Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini,” ucap Olivia memohon dengan ekspresi menggemaskan.

Zoe menyilangkan tangan di dada, berpura-pura kesal. “Wah, kalau aku nggak balik ke Amerika, apa aku nggak akan tahu sama sekali, hah?”

Olivia tersenyum, matanya berkilau penuh arti. “Makanya Tuhan mengirim kamu kembali, supaya kamu bisa menemaniku nanti waktu menikah,” ucapnya terkekeh lembut.

Zoe menghela napas dan akhirnya tersenyum juga. “Dasar kamu, Olivia.”

“Baiklah, nona Zoe,” ucap Olivia sambil mencondongkan tubuhnya dengan nada manja, “sebagai permintaan maaf, aku akan mentraktirmu belanja sepuasnya. Bagaimana?”

Zoe melotot pura-pura terkejut. “Ck! Dasar... baiklah, tawaran diterima! Ayo kita belanja,” ucapnya dengan senyum lebar.

Olivia tertawa senang. Ia tahu, hanya Zoe yang bisa membuatnya merasa ringan dan bebas seperti ini.

Zoe ikut bahagia melihat Olivia tersenyum begitu tulus. Meski ia belum tahu siapa pria beruntung yang akan menikahi sahabatnya itu, Zoe yakin Olivia akan menemukan kebahagiaan sejati.

Setelah makan siang yang penuh tawa itu, kedua wanita cantik itu pun mulai menjelajahi pusat perbelanjaan. Mereka berpindah dari satu butik ke butik lainnya, mencoba berbagai gaun elegan, coat panjang, piyama sutra, tas tangan mewah, kacamata, sandal, hingga set make up terbaru.

Suasana penuh canda dan tawa menemani langkah mereka berdua. Olivia tampak jauh lebih hidup hari ini, seakan semua beban dan rahasia kelam di balik hidupnya lenyap sementara.

* * * *

Tibalah hari di mana Vincent dan Olivia akan melangsungkan pernikahan mereka. Pagi itu, suasana terasa berbeda udara membawa aroma laut yang lembut berpadu dengan angin hangat dari arah pantai.

Keduanya bersiap menuju villa mewah milik Vincent, yang terletak di kawasan pribadi di tepi pantai biru. Di sana, segalanya telah selesai disiapkan dengan sempurna. Max dan Domanic bekerja tanpa lelah selama berhari-hari demi memastikan acara ini berjalan lancar.

Tema pernikahan mereka adalah outdoor elegan dengan nuansa putih dan biru laut, menampilkan kesan mewah namun tetap tenang. Setiap sudut dipenuhi bunga segar, pita sutra, dan kristal yang memantulkan cahaya matahari. Para tamu datang dengan undangan resmi tidak ada yang diundang secara kebetulan.

Di dalam mobil hitam yang melaju menuju villa, Vincent hanya diam menatap ke luar jendela. Tatapannya kosong, tapi pikirannya penuh dengan hal yang tidak bisa ia ucapkan.

Banyak hal berputar di kepalanya tentang tanggung jawab, masa depan, dan juga luka lama yang belum sembuh.

“Pa, Ma…” batinnya lirih.

“Apa benar dia wanita yang tepat untuk Vincent? Apa setelah ini gadis itu akan aman? Dengan pekerjaan Vincent yang penuh darah seperti ini… apa mungkin dia akan baik-baik saja? Maafkan Vincent, karena belum bisa menemukan gadis kecil itu… Ma, Pa.”

Tangannya mengepal di pangkuan. Walaupun Vincent adalah mafia yang dikenal dingin dan kejam, jauh di dalam dirinya masih tersisa sisi manusiawi yang jarang terlihat. Ia tahu, dunia yang ia jalani bukan tempat aman bagi siapa pun terutama bagi wanita sebaik Olivia.

Ia tidak mencintai gadis itu… setidaknya belum. Tapi ia harus bertanggung jawab bukan hanya karena nama keluarga, bukan karena Grandpa nya yang memintanya menikah, melainkan karena rasa hormat terhadap janji yang akan ia ucapkan di hadapan Tuhan.

“Jika takdir menuntutku menjaga dia,” batinnya, “maka aku akan melakukannya, dengan cara apa pun.”

Lamunannya buyar ketika suara Louis memecah keheningan di dalam mobil.

“Tuan, kita sudah sampai di villa.”

Vincent menarik napas panjang dan mengangguk singkat. Mobil berhenti di depan gerbang besar berwarna putih gading dengan lambang keluarga Verhaag terukir di atasnya. Para pelayan langsung berbaris menyambut kedatangannya, namun Vincent melangkah masuk tanpa menoleh, tanpa sapaan, tanpa ekspresi.

Villa itu berdiri megah di tepi pantai, dengan halaman luas menghadap laut. Dari kejauhan, tampak tamu-tamu sudah duduk rapi di kursi putih yang berjajar di taman, sementara musik lembut mulai mengalun.

Begitu Vincent masuk, suara berat yang sudah tidak asing terdengar di telinganya.

“Kau ini dari mana saja, hah?! Kenapa lama sekali? Semua orang sudah menunggu!” suara Tuan William meninggi, nada tegasnya membuat semua pelayan menunduk takut.

Vincent menatap sang Grandpa tanpa emosi. Tidak ada pembelaan, tidak ada penjelasan hanya ketenangan khas dirinya.

“Vincent akan bersiap, Grandpa,” jawabnya datar, suaranya rendah namun tegas.

Tuan William hanya mendengus, namun diam. Ia tahu cucunya memang seperti itu tenang, keras kepala, tapi selalu menepati janji.

Sementara itu, di lantai atas villa, para pelayan wanita sibuk menyiapkan gaun pengantin putih lembut untuk Olivia seorang gadis yang tanpa sadar akan menikahi pria paling berbahaya di dunia bawah, namun juga pria yang diam-diam berjanji melindunginya, bahkan dengan darahnya sendiri.

* * * *

Kini, gadis cantik dengan gaun pengantin putih yang menjuntai hingga lantai itu berdiri di ujung karpet merah, tempat yang menghubungkan pintu masuk dengan altar pemberkatan. Di sana, sudah menunggu Vincent dengan wajah tenang dan sorot mata memukau bersama pendeta yang akan memimpin upacara suci itu.

Sementara di sisinya, Bibi Elli yang mendampingi Olivia tampak sedikit gugup.

“Tenanglah, Bi,” bisik Olivia lembut, berusaha menenangkan.

“Nona… bibi sungguh terharu,” jawab Bibi Elli dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.

Dengan langkah anggun dan lembut, Olivia berjalan menyusuri karpet merah, menggandeng wanita yang telah merawatnya sejak kecil itu.

Tuan, Nyonya, kini gadis kecil ini telah menemukan pendamping hidupnya… dan saya sendiri yang mengantarkannya ke pelaminan. Semoga pernikahan ini abadi. Tugas saya sudah selesai, batin Bibi Elli, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

Riuh tepuk tangan bergema di seluruh ruangan. Wajah-wajah bahagia para tamu menyambut momen sakral itu.

Di antara kerumunan, sang kakek menatap cucu tunggalnya dengan haru.

Tugasku sudah selesai menjaga anak kalian. Doakan semoga ini yang terbaik untuknya, batinnya sendu, namun senyum bahagia tetap terpancar di wajahnya.

Vincent menatap lurus ke arah Olivia dengan pandangan sulit diartikan. Di balik veil yang menjuntai lembut, Olivia sendiri sempat tertegun melihat pria itu begitu tampan, begitu dingin, tapi memikat.

Upacara pemberkatan berlangsung dengan khidmat. Walau keduanya tak saling mencintai, pernikahan ini tetap sah. Takdir telah menyatukan mereka dalam ikatan suci.

“Selamat, kalian kini sah menjadi suami istri. Silakan saling berhadapan dan pasangkan cincin satu sama lain,” ucap pendeta dengan suara lembut.

Olivia berbalik menghadap Vincent. Gerak tubuh pria itu tetap tenang dan berwibawa, meski tatapannya dingin.

Dengan perlahan, Vincent menyematkan cincin di jari manis Olivia. Lalu Olivia, meski gugup, melakukan hal yang sama.

Saat pendeta mempersilakan Vincent membuka veil, pria itu terdiam sejenak. Di hadapannya kini tampak wajah Olivia indah, lembut, dan menenangkan. Wajah seorang istri yang kini resmi menjadi miliknya.

Tepuk tangan kembali terdengar riuh.

“Cium! Cium!” seru beberapa tamu bersorak menggoda.

Vincent menatap Olivia sekilas. Dalam sepersekian detik, ia mengambil keputusan cepat. Ia mencondongkan tubuh, menempelkan jarinya di depan bibir Olivia dan mencium jarinya sendiri. Dari kejauhan, semua tamu mengira mereka benar-benar berciuman.

Olivia membelalak kaget, nyaris tak percaya dengan trik licik pria itu. Tapi Vincent hanya berdiri tegak dengan ekspresi tanpa dosa, seolah tak terjadi apa pun.

Acara dilanjutkan dengan sesi foto dan ucapan selamat. Vincent menyalami beberapa kerabatnya, sementara Olivia mencoba tersenyum ramah pada semua orang.

“Selamat datang di keluarga kami, Olivia,” ucap Tuan William dengan penuh kebanggaan.

“Terima kasih, Grandpa” jawab Olivia dengan senyum lembut.

“Kau, Vincent,” lanjut tuan William dengan nada tegas, “ingat, jaga dia baik-baik.”

Vincent hanya mengangguk, datar seperti biasanya.

“Katakan pada Grandpa kalau pria ini berani menyakitimu, nak,” tambahnya pada Olivia.

Olivia tersenyum lembut. “Baik, Grandpa ”

Tak lama kemudian, datanglah Zoe dan Bibi Elli.

“Selamat, Nona… bibi sungguh terharu. Gadis kecil bibi sekarang sudah menikah,” ucap Bibi Elli sambil memeluknya erat.

Olivia membalas pelukan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

“Terima kasih atas semua pengorbanan bibi… aku tidak akan pernah melupakannya,” ujarnya lirih.

“Maaf, Tuan…” ucap Bibi Elli pada Vincent dengan nada penuh harap. “Tolong jaga Nona saya dengan baik.”

Vincent menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan.

“Selamat, sayangku. Aku benar-benar terharu,” ucap Zoe sambil tersenyum tulus.

“Terima kasih, sayang,” jawab Olivia lembut.

“Selamat, Tuan Muda,” sambung Zoe kepada Vincent.

Pria dingin itu hanya membalas dengan anggukan sopan.

“Selamat, Tuan Muda!” sapa Louis, Max, dan Domanic hampir bersamaan.

“Selamat, Nona Muda. Kami teman-teman Vincent,” ujar Domanic ramah.

“Terima kasih, senang berkenalan dengan kalian,” sahut Olivia dengan senyum manisnya.

Sementara itu, Vincent masih berdiri tenang dengan wajah yang nyaris tanpa ekspresi.

Langit sore mulai berwarna jingga keemasan. Bias cahaya senja menembus jendela besar, memberi nuansa hangat di tengah sisa suasana pesta.

Acara pun perlahan usai. Para tamu mulai meninggalkan tempat, meninggalkan ketenangan di ruangan besar itu.

Olivia masuk ke kamar pengantin, masih mengenakan gaun putihnya. Ia melepaskan hembusan napas panjang, lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk.

“Ahh… akhirnya selesai juga,” keluhnya pelan.

Matanya menatap langit-langit kamar. “Seperti apa, ya… hidupku setelah ini?” gumamnya sendu.

Saat ia masih tenggelam dalam lamunannya, pintu kamar berderit pelan terbuka.

Vincent masuk, langkahnya tenang namun memancarkan aura dingin dan kuat.

Olivia langsung terduduk kaget. Jantungnya berdegup tak karuan.

Apa… dia akan macam-macam? batinnya panik.

1
Murni Dewita
gantung thor
Murni Dewita
double up thor
Rizky Handayani Sr.: ok kak, padahal uda double² up ni 🫠
total 1 replies
Murni Dewita
jodoh mu
Murni Dewita
👣👣👣
partini
wah kakek pintar juga yah
partini
menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!