Dulu dia dibutakan cinta maka dari itu Douglas setujudengan perjanjian pernikahan mereka. Tapi, setelah hampir 4 tahun menikah Douglas merasa hampa tanpa hadirnya seorang anak dalam pernikahan mereka. Istrinya yang selalu sibuk tidak pernah ada waktu untuknya membuatnya semakin berada di titik jenuh pernikahannya.
"Kenapa kau tidak mencari wanita lain saja yang mau mengandung anakmu," saran sesat dari sahabat Douglas yang sepertinya patut untuk dipertimbangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong aku, Tuan!
Bintang malam ini terlihat sangat cantik. Wajahnya terlihat bersinar di bawah cahaya lampu lobby hotel mewah. Gadis berusia 21 tahun itu mengenakan pakaian formal warna hitam putih. Rambut panjangnya di kuncir kuda, dan tas slempang terkait di pundak kiri.
"Selamat malam, Mbak." Bintang menemui respsionis.
"Ada yang bisa kami bantu, Kak?" tanya resepsionis dengan ramah.
"Emh ... saya mau bertemu dengan Bu Santi." Bintang menjawab dengan gugup.
"Bu Santi?" Resepsionis itu berpikir sejenak, kemudian mengecek komputernya. "Oh, mau interview kerja ya? Atas nama Bintang?" tanyanya sambil menatap gadis cantik dihadapannya.
"Iya, Mas." Bintang mengangguk mantap tanpa keraguan.
Resepsionis tersebut memberikan sebuah kartu untuk Bintang.
"Kartu apa ini?" tanya Bintang sebelum menerima kartu tersebut.
Resepsionis itu tersenyum, kemudian menjelaskan bahwa kartu tersebut adalah key card untuk membuka pintu kamar hotel. Ia juga mengajari Bintang menggunakannya.
"Oke, terima kasih, Mas." Bintang segera beranjak menuju kamar hotel. Tanpa merasa curiga, Bintang terus melangkah hingga kedua kakinya terhenti saat berdiri di depan pintu kamar yang di cari. Bintang menarik nafas panjang saat perasaan gugup mendera. Dia berdoa lebih dulu sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut. Berharap interview kerja membuahkan hasil. Itulah yang ada di benaknya tanpa merasa curiga kalau dirinya telah di jebak ibu tirinya.
Bintang membuka pintu kamar hotel tersebut menggunakan kartu akses di tangannya.
Seorang pria paruh baya menoleh ketika mendengar suara pintu di buka dari luar. Dia tersenyum lebar, karena mangsanya sudah datang.
"Selamat malam." Bintang menyapa dengan suara gugupnya, sembari mengendarkan pandangan ke segala penjuru kamar itu. Kamar bernuansa putih, dengan aroma terapi membuatnya seketika merasa sedikit gelisah di tambah lagi di tengah ruangan itu ada seorang pria paruh baya.
Siapa pria itu?
"Hai, selamat malam. Kamu pasti Bintang ya?" jawab pria paruh baya dengan kepala pelontos sembari menatap Bintang dari atas sampai bawah, menilai penampilan gadis itu sambil menelan ludah. Tak sia-sia dirinya sudah mengeluarkan uang ratusan juta kalau dapatnya cantik dan menawan kayak gini.
"Iya. Anda siapa?" tanya Bintang yang masih berdiri di dekat pintu. "Bukankah kamar ini udah di pesan sama Bu Santi untuk interview kerja?" tambahnya, menatap pria paruh baya itu penuh selidik.
"Ah, kamu benar. Aku Anton. Panggil Om Anton, asisten Bu Santi. Beliau akan terlambat, jadi untuk itu kamu harus menunggunya di sini," jawab pria tersebut, tentunya berbohong. Dia udah sekongkol dengan Tari.
"Oh, begitu." Bintang yang masih polos mengangguk percaya tanpa ada rasa curiga atau keraguan.
"Mari silahkan duduk." Pria itu meminta Bintang agar mendekat dan duduk di kursi yang tersedia di sana.
Bintang mengangguk, kemudian duduk dengan sopan sambil memeluk tasnya.
Pria itu tersenyum penuh arti menuangkan air putih ke gelas yang sudah di campurkan obat perangsang. "Silahkan diminum. Biar nggak gugup," katanya sambil menyodorkan gelas itu pada Bintang.
"Terima kasih, Om Anton." Bintang menerima gelas tersebut lalu meminum airnya sampai habis.
"Kamu masih sangat muda, pasti langsung di terima Bu Santi."
"Saya harap juga begitu, Om. Lagi butuh banget kerjaan," jawab Bintang, tersenyum tipis.
Pria itu pura-pura melihat jam tangan, "mungkin sebentar lagi Bu Santi akan tiba."
Bintang kembali mengagguk sebagai jawaban. Tak berselang lama Bintang merasakan kepalanya pusing. Bintang mengernyit sambil menekan salah satu pelipisnya dengan ujung jari. "Boleh saya minta air lagi?" Bintang menggeser gelasnya.
"Ya, tentu saja. Kamu pasti gugup banget ya." Pria tersebut tersenyum jahat karena obat yang dia berikan sudah mulai bereaksi. Dia me
"I-Iya, Om." Bintang menggigit bibir ketika hawa panas dan sesuatu yang aneh menjalar kesuluruh tubuhnya. Kedua kaki Bintan mulai bergerak gelisah, dan keringat sebesar biji jagung mulai membasahi keningnya.
"Aduh, kenapa tubuhku rasanya jadi aneh begini?" keluh Bintang dalam hati sambil terus berusaha terlihat baik-baik saja.
"Bintang, kamu baik-baik saja?" Pria tersebut beranjak dari duduknya, mendekati gadis itu lalu menyentuh pundaknya.
Bintang menepis tangan pria tersebut, kemudian dia beranjak berdiri saat baru sadar kalau dirinya telah di jebak.
"Bintang, badanmu panas ya? Mau Om bantu mendinginkannya?" tawar pria tersebut dengan suara berat yang menandakan gairahnya sudah di ubun-ubun tak sabar ingin menyentuh gadis ini.
"Minggir!" Bintang berusaha menjaga kewarasan dan keseimbangannya.
"Bintang, kamu mau pergi ke mana?" Pria itu bertanya dengan nada santai sambil mengikuti langkag Bintang.
"Jangan dekati aku!" teriak Bintang menangis ketakutan, apalagi hawa panas di tubuhnya semakin tidak karuan.
Pria tersebut segera menghalangi saat Bintang akan membuka pintu.
"Kamu nggak bisa pergi dari sini! Ibumu sudah menjualmu padaku!"
"Brengsek!" Dengan sisa kesadarannya Bintang menendang pria sela paha pria itu.
Dug!
Arghhh!
Pria itu kesakitan sampai membungkuk sambil membekap senjatanya.
Melihat pria tak berdaya. Bintang segera menendang pria itu lagi, kemudian dia segera keluar dari ruangan tersebut untuk meminta pertolongan.
"Utari! Sialan kamu!" maki Bintang di sisa kesadarannya. Harusnya sejak awal dia nggak percaya dengan ibu tirinya. Bintang berjalan cepat, menuju lift, sesekali menoleh ke belakang takut kalau pria botak itu mengikutinya. Dan benar saja dugaannya, Om Anton mengejarnya.
"Tolong!" teriak Bintang ketakutan. Di saat bersamaan ada seorang pria bule baru keluar dari lift.
"Tuan! Tolong aku! Tolong aku!" Ia langsung memeluk pria tersebut dengan erat.
Dough terlihat bhgia bnget dengan bintang, ia meras hidup nya lebih ringan dan bebas dr pad saat bersama Freya.