NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

Raka dan Maya melangkah keluar dari kegelapan gua, berpegangan tangan erat. Di luar, Melati berdiri dengan senyum kemenangan yang dingin, dikelilingi oleh dua sosok berjubah hitam yang memegang pedang terhunus. Hutan di sekitar mereka tampak sunyi, seolah menahan napas menyaksikan pertarungan yang akan terjadi.

"Akhirnya kalian keluar juga," kata Melati dengan nada mengejek. "Kukira kalian akan bersembunyi di sana selamanya. Sungguh bodoh."

Raka menatap Melati dengan berani, meskipun jantungnya berdebar kencang. "Kami tidak akan menyerahkan kitab ini padamu."

Melati tertawa sinis. "Kau pikir punya pilihan? Lihatlah sekelilingmu, bocah. Kalian dikepung. Lebih baik serahkan saja kitab itu dan mungkin aku akan mempertimbangkan untuk tidak menyakiti gadis kecilmu."

Ucapan Melati membuat Maya mencengkeram tangan Raka lebih erat. Raka bisa merasakan ketakutan gadis itu, tetapi ia juga melihat tekad yang membara di matanya. Mereka tidak akan menyerah begitu saja.

"Kami akan melindunginya dengan nyawa kami," jawab Raka dengan suara lantang.

Ekspresi Melati berubah menjadi marah. "Kalau begitu, kalian berdua akan mati!" Ia memberi isyarat kepada kedua pengikutnya, dan mereka mulai bergerak maju dengan pedang terangkat.

Raka dengan cepat menarik Maya ke belakangnya. Ia tidak memiliki senjata, tetapi ia tahu ia harus melakukan sesuatu. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kilasan-kilasan penglihatan yang ia alami saat menyentuh kitab itu. Ia merasakan energi yang sama berdenyut di tangannya saat ini.

Ketika ia membuka matanya kembali, ia melihat kedua sosok berjubah itu sudah semakin dekat. Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat Kitab Dewa Naga di depannya, seolah-olah kitab itu adalah perisai. Tiba-tiba, kitab itu memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan. Cahaya itu menyebar ke sekeliling mereka, memaksa Melati dan para pengikutnya untuk memejamkan mata dan mundur beberapa langkah.

"Apa ini?" geram Melati, berusaha melindungi matanya dengan tangannya.

Raka dan Maya memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri lagi. Mereka berlari secepat yang mereka bisa, menjauhi cahaya yang mereka pancarkan dan berharap bisa menghilang di antara pepohonan.

Cahaya dari kitab itu perlahan meredup, dan Melati membuka matanya kembali dengan marah. "Jangan biarkan mereka lolos!" teriaknya kepada para pengikutnya. Mereka segera mengejar Raka dan Maya, suara langkah kaki mereka yang berat menggema di hutan.

Raka dan Maya terus berlari, kelelahan mulai terasa di kaki mereka. Mereka tidak tahu berapa lama mereka bisa bertahan. Tiba-tiba, Maya tersandung akar pohon dan jatuh.

"Maya!" seru Raka khawatir. Ia segera berjongkok untuk membantunya berdiri.

"Aku tidak apa-apa," kata Maya sambil meringis kesakitan. "Hanya terkilir sedikit."

Namun, Raka tahu mereka tidak punya waktu untuk beristirahat. Para pengejar mereka semakin dekat. Ia melihat sekeliling dengan panik, mencari tempat persembunyian. Matanya tertuju pada sebuah sungai kecil yang mengalir tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Ayo!" kata Raka dan membantu Maya berdiri. "Kita coba menyeberangi sungai. Mungkin mereka akan kehilangan jejak kita."

Dengan susah payah, mereka berjalan menuju sungai dan menyeberanginya. Airnya dingin dan deras, membuat mereka sedikit kesulitan, terutama Maya dengan kakinya yang terkilir. Namun, mereka berhasil mencapai sisi sungai yang lain dan segera melanjutkan pelarian mereka.

Saat mereka beristirahat sejenak di balik rumpun bambu yang lebat, Maya tiba-tiba meraih lengan Raka dengan tatapan cemas. "Raka… aku ingat sesuatu yang dikatakan kakekku tentang para penjaga kitab."

"Apa itu?" tanya Raka dengan napas terengah-engah.

"Ia bilang… salah satu ciri dari keturunan penjaga kitab adalah… mereka memiliki tanda lahir khusus, berbentuk seperti sisik naga, di suatu tempat di tubuh mereka."

Raka terdiam sejenak, mencoba mengingat apakah ia memiliki tanda lahir yang aneh. Ia tidak pernah terlalu memperhatikannya. Namun, tiba-tiba ia teringat pada sebuah tanda kecil berwarna keperakan di punggung tangannya yang selalu ia anggap hanya bekas luka biasa.

Ia mengangkat tangannya dan melihat tanda itu dengan lebih seksama. Bentuknya memang menyerupai sisik naga kecil. Apakah mungkin ia adalah salah satu dari keturunan penjaga kitab seperti yang dikatakan kakek Maya? Jika benar, lalu apa artinya semua ini?

Saat Raka masih berusaha mencerna informasi baru ini, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki semakin dekat. Para pengejar mereka telah menemukan jejak mereka lagi. Mereka tidak punya waktu untuk berlama-lama.

"Kita harus pergi lagi," kata Raka dengan nada mendesak. Ia membantu Maya berdiri dan mereka kembali berlari, meninggalkan jejak kaki di tanah basah di tepi sungai.

Namun, tanpa mereka sadari, di antara pepohonan tidak jauh dari tempat mereka bersembunyi tadi, seorang sosok berjubah hitam mengawasi mereka dengan mata dingin. Sosok itu tidak ikut mengejar mereka bersama yang lain. Ia hanya berdiri di sana, tersembunyi di balik bayangan, seolah sedang menunggu sesuatu. Di tangannya, ia memegang sebuah batu kecil berwarna hitam legam yang tampak berdenyut dengan energi gelap. Sosok itu tersenyum tipis di balik topengnya. "Jadi, akhirnya kau muncul juga, pewaris yang hilang," bisiknya pelan. "Sudah saatnya takdirmu terungkap."

Sosok berjubah itu kemudian menghilang ke dalam kegelapan hutan, meninggalkan misteri yang semakin dalam dan ancaman yang semakin nyata bagi Raka dan Maya. Pengkhianatan mungkin sudah terjadi di antara mereka, dan Raka harus segera mencari tahu siapa yang bisa ia percayai sebelum terlambat. Cinta dan bahaya terus mengintai di setiap langkah mereka, dan perjalanan mereka baru saja dimulai.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!