NovelToon NovelToon
MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bapak rumah tangga / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:683
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Feng Niu dan Ji Chen menikah dalam pernikahan tanpa cinta. Di balik kemewahan dan senyum palsu, mereka menghadapi konflik, pengkhianatan, dan luka yang tak terucapkan. Kehadiran anak mereka, Xiao Fan, semakin memperumit hubungan yang penuh ketegangan.

Saat Feng Niu tergoda oleh pria lain dan Ji Chen diam-diam menanggung sakit hatinya, dunia mereka mulai runtuh oleh perselingkuhan, kebohongan, dan skandal yang mengancam reputasi keluarga. Namun waktu memberi kesempatan kedua: sebuah kesadaran, perubahan, dan perlahan muncul cinta yang hangat di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

bener hari setelah nya ketika Ji Chen masih duduk di ruang rapat lantai dua puluh satu, jasnya tergantung di sandaran kursi, dasinya sudah dilonggarkan. Di luar jendela, langit kota mulai berubah jingga gelap—lampu-lampu gedung menyala satu per satu, seperti peringatan bahwa waktu pulang telah lama lewat.

Ia menatap layar presentasi tanpa benar-benar melihat isinya. Ponselnya bergetar. Satu pesan.

Pengasuh: Tuan Fu, Xiao Fan menunggu Anda. Sudah tanya tiga kali.

Ji Chen menutup mata sejenak. Ia menarik napas panjang, lalu membalas cepat.

Ji Chen: Ayah segera pulang. 30 menit.

Itu bohong kecil. Rapat belum selesai. Dan ia tahu, 30 menit bisa berubah jadi satu jam atau lebih.

“Kita lanjut poin terakhir,” suara salah satu direktur terdengar. Ji Chen mengangguk pelan, kembali memasang wajah profesional. Tapi pikirannya sudah tertinggal di rumah.

Di rumah yang terlalu sunyi. Dengan seorang anak kecil yang hari ini lebih pendiam dari biasanya. Dan seorang istri yang semakin sulit ditebak.

malamnya Xiao Fan duduk di lantai ruang tamu, punggungnya bersandar pada sofa. Di depannya, mainan mobil kecil tergeletak tidak disentuh. Pengasuh jongkok di sampingnya. “Ayah pulang sebentar lagi,” katanya lembut. Xiao Fan mengangguk. Tapi matanya tidak berbinar. Ia menatap pintu. Tangannya memeluk lutut.

Hari ini pipinya masih terasa hangat bukan karena demam, tapi karena tamparan kemarin yang belum benar-benar hilang dari ingatan. Setiap suara langkah membuatnya menegang. Setiap suara pintu membuatnya berharap… sekaligus takut.

Feng Niu turun dari tangga dengan langkah cepat. Ia sudah berganti pakaian gaun hitam sederhana, rambut diikat rapi. Wajahnya datar, terlalu rapi untuk suasana rumah. Ia berhenti ketika melihat Xiao Fan duduk di lantai. "Kenapa kau di situ?” tanyanya. Xiao Fan tidak menjawab.

Pengasuh tersenyum canggung. “Dia menunggu Tuan Ji Chen.” Feng Niu mendengus kecil. “Kenapa selalu harus menunggu?” Ia melangkah ke dapur, membuka lemari, mengambil botol air mineral. Xiao Fan menoleh sekilas, lalu kembali menunduk. Tangannya mulai memutar ujung baju. Ia ingin ke kamar. Tapi takut. Ia ingin ayahnya. Tapi ayahnya belum pulang.

satu jam setelahnya Ji Chen keluar dari gedung kantor dengan langkah cepat. Chen Li menyusul di belakangnya. “Tuan, dokumen ini—”

“Besok,” potong Ji Chen singkat. “Aku pulang dulu.” Chen Li mengangguk. Ia tahu nada itu. Nada bersalah yang jarang tapi selalu berat. Di mobil, Ji Chen memeriksa ponsel. Tidak ada pesan baru. Dadanya terasa semakin sesak. Ia menyetir lebih cepat dari biasanya. Lampu merah terasa terlalu lama.

Di rumah, Feng Niu berdiri di depan cermin, menyemprotkan parfum ringan. Ia mengambil tas kecil. “Aku keluar,” katanya datar ke arah ruang tamu. Pengasuh menoleh kaget. “Nyonya, Xiao Fan belum makan malam.”

“Dia bisa makan nanti.” Xiao Fan berdiri perlahan. “Mama… Ayah belum pulang.” Nada suaranya kecil. Feng Niu berhenti sejenak. Menoleh. Tatapannya tajam, lelah. “Dan?”

Kata itu pendek. Tapi berat. Xiao Fan menunduk lagi. “Oke…” gumamnya. Ia kembali duduk. Lebih kecil dari sebelumnya. Feng Niu melangkah pergi. Pintu tertutup.

Suara klik itu membuat Xiao Fan tersentak. Pengasuh mendekat, mengusap punggungnya. “Tidak apa-apa, Nak.” Tapi Xiao Fan sudah mulai gemetar.

Ji Chen membuka pintu rumah. Sunyi. Terlalu sunyi. Ia meletakkan sepatu, menoleh ke ruang tamu. Xiao Fan duduk meringkuk di sofa, selimut kecil menutupi bahunya. Matanya setengah terpejam. “Xiao Fan,” panggil Ji Chen pelan. Anak itu terbangun, matanya membesar. “Ayah!”

Ia langsung berdiri, berlari kecil lalu berhenti mendadak. Seolah ragu. Ji Chen jongkok, membuka tangan. “Ayah di sini.” Xiao Fan berlari lagi, kali ini tanpa ragu. Ia menabrak dada ayahnya, memeluk erat, wajahnya terkubur. “Kamu lama…” suaranya serak.

Ji Chen memeluknya, erat. “Maaf. Maaf, Ayah terlambat.” Xiao Fan mengangguk kecil, air mata membasahi baju Ji Chen. “Ayah jangan lama-lama lagi.” Ji Chen menutup mata. “Tidak akan.”

Kebohongan lain. Yang terasa seperti pisau. Ia menggendong Xiao Fan, berjalan ke dapur. “Sudah makan?” Anak itu menggeleng. Ji Chen menahan napas. Ia tahu. Ia sudah tahu jawabannya sebelum bertanya.

Malam itu, Ji Chen menyiapkan makan sendiri. Telur dadar sederhana. Nasi hangat. Xiao Fan duduk di kursi tinggi, makan pelan-pelan. Setiap kali terdengar suara dari luar, ia menoleh. Ji Chen memperhatikan. Dan hatinya semakin tenggelam. “Kamu takut Mama?” tanya Ji Chen pelan, hati-hati.

Xiao Fan terdiam. Sendoknya berhenti. Beberapa detik berlalu. “Aku… aku takut salah,” jawabnya akhirnya. Ji Chen menunduk. “Itu bukan salahmu.”

Xiao Fan menatap ayahnya. “Mama marah kalau aku salah.” Ji Chen tidak bisa menjawab. Tidak ada jawaban yang aman. Malam semakin larut. Xiao Fan tertidur di kamar Ji Chen, memeluk lengan ayahnya.

Pintu kamar terbuka pelan. Feng Niu masuk. Wajahnya lelah, tapi dingin. “Dia tidur di sini?” tanyanya. Ji Chen mengangguk. “Dia menunggumu.” Feng Niu mendengus. “Aku tidak menyuruhnya.”

Ji Chen berdiri perlahan. “Kau pergi tanpa makan malamnya.”

“Dan?”

“Kau tahu dia takut.”

Feng Niu tertawa kecil. “Takut karena apa? Karena dunia tidak selalu menunggunya?” Ji Chen menatapnya lama. “Dia takut karena ibunya.” Kata-kata itu jatuh berat. Feng Niu membeku. “Jangan berlebihan.”

“Aku terlambat hari ini,” lanjut Ji Chen, suaranya rendah. “Dan satu jam saja cukup untuk membuatnya hancur.” Feng Niu tidak menjawab. Ia menoleh ke arah anak yang tertidur. Untuk sesaat hanya sesaat wajahnya goyah. Lalu ia memalingkan wajah.

“Jangan biasakan dia bergantung padamu,” katanya dingin. “Dia harus belajar sendiri.” Ji Chen menggeleng pelan. “Dia baru tiga tahun, Feng Niu.” Keheningan panjang. “Dan kau baru mulai menjadi ibu,” lanjut Ji Chen lirih. “Tapi setiap hari kau memilih menjauh.”

Feng Niu mengepalkan tangan. “Jangan mengajariku.” Ia berbalik, keluar kamar. Pintu tertutup. Ji Chen duduk kembali di tepi ranjang. Mengusap rambut Xiao Fan. “Maaf,” bisiknya sekali lagi. “Ayah akan berusaha pulang lebih cepat.” Namun di dalam hatinya, ia tahu Bukan hanya soal terlambat. Ini tentang hari-hari kecil yang terus terlewat. Tentang ketakutan yang tumbuh diam-diam. Dan tentang rumah yang, perlahan, tidak lagi terasa aman bagi seorang anak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!