Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.
Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.
Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.
Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"
Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.
Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CYTT (Part 31) Maxwell Vincent
Happy Reading (。•̀ᴗ-)✧
⋇⋆✦⋆⋇
Banyak yang mengira Maxwell Vincent adalah remaja kaya dengan kehidupan sempurna—gaya hidup mewah, wajah rupawan, dan pacar sepopuler Amara Evangeline.
Tapi yang tak pernah diketahui orang lain adalah apa yang tersembunyi di balik pintu rumahnya… dan luka yang ia simpan dalam diam.
Max adalah putra bungsu dari Alexander Vincent, pengusaha konstruksi dan properti ternama, dan Serena Vincent, mantan model internasional yang kini lebih sering tampil di majalah sosialita.
Sejak kecil, Max tumbuh dalam keluarga yang terlihat sempurna dari luar, namun terasa dingin di dalam. Kasih sayang yang ia terima terasa seperti formalitas belaka.
Di mata publik, keluarga Vincent sempurna. Tapi di balik dinding mansion besar itu, Max hanyalah bayang-bayang kakaknya—Nathaniel Vincent, anak sulung yang sempurna dan pewaris utama bisnis keluarga.
Nathaniel adalah segalanya di mata sang ayah, cerdas, disiplin, dan selalu memuaskan ekspektasi.
Sementara Max? Ia terus dibandingkan, dinilai, namun tak pernah benar-benar dianggap.
Bagi ayah mereka, Max adalah kegagalan yang selalu menjadi bahan koreksi.
Setiap nilai buruk, setiap kesalahan kecil, setiap sikap keras kepala—semuanya dijadikan alasan untuk merendahkannya.
“Kenapa kamu nggak bisa seperti Nathaniel?”
“Kamu cuma bikin malu keluarga.”
Awalnya, Max mencoba bertahan. Ia mencoba membuktikan bahwa dirinya juga layak dibanggakan. Tapi apapun yang ia lakukan, tak pernah cukup di mata keluarganya.
Hingga akhirnya, Max berhenti mencoba… dan mulai menciptakan jalannya sendiri. Meskipun jalur itu keliru.
Pemberontakan Max dimulai dari hal-hal kecil seperti membolos les privat, menghilang berjam-jam dari rumah, hingga memecahkan kaca mobil sopir hanya karena tidak diantar menonton balapan.
Semua menjadi semakin liar saat Max menginjak usia 16. Ia mulai ikut tawuran, balap liar di tengah malam, dan yang paling ekstrem—membakar sekolah menengah pertamanya hanya karena, katanya saat itu, “Tempatnya ngebosenin.”
Max bahkan sempat masuk daftar hitam beberapa sekolah internasional. Tapi nama belakang Vincent selalu berhasil menutupi skandal-skandal itu hingga terus disapu bersih oleh pengaruh dan uang keluarganya.
Sayangnya, tidak ada nama besar yang bisa menutupi luka emosional yang terus tumbuh dalam dirinya.
Namun semuanya mulai berubah sejak Max masuk SMA dan bertemu Amara Evangeline.
Gadis cerdas, cantik, dan penuh percaya diri itu hadir dalam hidup Max secara tak terduga. Mereka pertama kali bertemu di sebuah pesta mewah yang diadakan oleh rekan bisnis keluarga mereka.
Malam itu, di balik gemerlap lampu kristal dan denting gelas sampanye, Max baru saja menerima amarah besar dari sang Daddy—Alexander Vincent.
Semua tamu sibuk berdansa dan bersulang, tapi di balik pintu ruang VIP, terdengar suara Alexander yang meluap dalam kemarahan.
“Daddy capek nutupin semua kebodohan kamu, Max! Kamu bukan anak kecil lagi!”
“Kenapa kamu nggak pernah belajar dari Nathaniel?”
Tak ada yang tahu tentang percakapan itu. Tapi Amara mendengarnya. Kebetulan, ayahnya—seorang diplomat—adalah sahabat lama Alexander Vincent. Saat melintasi lorong itu, Amara mendengar setiap kata dalam pertengkaran ayah-anak yang pecah dalam ruang tertutup.
Sementara di dalam ruangan, Max mengepalkan tangan, menahan emosi, lalu melangkah keluar. Ia berjalan ke balkon yang menghadap taman pesta, membiarkan dingin malam menusuk kulitnya, tapi itu jauh lebih nyaman daripada berada di dalam sana.
Tanpa ia sadari, ada seseorang yang mengikutinya.
“Hai.”
Suara lembut itu membuat Max menoleh. Di sana berdiri seorang gadis dengan gaun hitam sederhana. Rambutnya panjang tergerai, dan sorot matanya bukan sekadar penasaran—tapi… mengerti.
Itulah pertama kalinya Amara melihat sisi lain dari Max yang tak pernah ditunjukkan ke dunia—sisi yang rapuh, terluka, dan kesepian.
“Amara?” Max sedikit mengernyit.
“Kamu baik-baik aja?” tanya Amara, kembali bersuara.
Max hanya menatapnya, tanpa kata. Ekspresinya penuh tanya, seolah heran ada yang benar-benar peduli.
Amara tersenyum tipis, lalu duduk di sebelahnya. Tanpa basa-basi. Tanpa menghakimi.
“Aku nggak sengaja dengar... pembicaraan kamu dan Om Alex,” ucapnya pelan. “Aku ngerti rasanya dibandingin terus. Rasanya... kayak apa pun yang kita lakuin nggak pernah cukup, kan?”
Dia berhenti sejenak, lalu menatap Max. “Aku cuma mau bilang, kamu nggak sendirian.”
Untuk pertama kalinya, Max merasa dilihat—bukan sebagai Vincent bungsu, bukan sebagai bayangan Nathaniel, tapi sebagai dirinya sendiri. Tidak disuruh berubah, tidak dibandingkan, tidak diminta membuktikan apa-apa.
Sejak malam itu, mereka semakin dekat. Amara menjadi pelabuhan Max setiap kali dunia terasa menjijikkan. Di matanya, Amara adalah satu-satunya orang yang melihatnya bukan dari nama belakangnya—tapi dari luka-luka yang coba ia sembunyikan.
Hingga suatu malam, di sirkuit balap ilegal di pinggiran kota, Max memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
“Gue tahu ini mungkin aneh. Dan gue juga mungkin bukan cowok ideal,” katanya gugup.
“Tapi… gue suka lo. Dan kalau lo mau... gue janji bakal terus belajar buat jadi lebih baik.”
Dan sejak hari itu, mereka resmi bersama.
Namun kini… semuanya terasa berbeda.
Max berdiri di lorong belakang sekolah, menatap kosong ke langit yang memutih. Setelah perdebatan kecil dengan Amara tadi pagi, ada sesuatu yang mulai mengganggunya.
Bukan tentang Neo. Bukan juga tentang Luna. Tapi tentang dirinya sendiri.
Dulu, setiap kali Max merasa tertekan, pelariannya selalu mengarah ke hal negatif seperti balapan liar, pesta mabuk, bahkan sesekali menantang siswa lain hanya karena bosan.
Namun sejak Amara hadir, semua itu perlahan berubah. Amara mengajarkannya untuk bertahan. Untuk menjadi versi dirinya yang lebih baik, tanpa harus memaksakan kesempurnaan.
Tapi hari ini… sisi lama itu kembali menggeliat. Saat ia melihat Amara kehilangan kendali. Saat ia menyadari, mungkin selama ini ia tak benar-benar mengenal siapa Amara sepenuhnya.
Langkah Max membawanya ke ruang seni. Di sanalah tempat ia sering menyendiri, menuangkan isi kepala lewat sketsa. Ia membuka laci tempat biasa menyimpan sketchbook miliknya. Lembar-lembar lama masih tertata rapi—gambar mobil, kepulan asap, helm balap, jalanan malam. Potongan masa lalu yang sulit ia lepaskan.
Tangannya berhenti pada satu halaman.
Gambar wajah Amara, sedang tersenyum di bawah cahaya lampu pesta.
Max bersandar di dinding, menarik napas panjang.
"Gue berubah karena lo, Mar… Tapi kalau lo juga berubah... apa gue masih bisa bertahan?"
Untuk pertama kalinya, Max mulai bertanya dalam hati—
"Cinta yang membuatmu jadi lebih baik… apakah masih layak diperjuangkan jika orang yang kamu cintai perlahan berubah menjadi sosok yang tak lagi kamu kenal?"
»»——⍟——««
Hallo semua✨
Part ini fokus untuk mengenalkan sosok Max ya guy's, dan mungkin beberapa part kedepannya juga akan ada pengenalan pemain lainnya, stay tune ya!
Sebelum makasih udh mampir🐾
Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐
Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan.
Oke see you semua!(◠‿◕)