NovelToon NovelToon
Perfectly Imperfect

Perfectly Imperfect

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Enemy to Lovers
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Zeyn Alfarez, arsitek jenius yang dingin, arogan, dan perfectionis, tak pernah menyangka hidupnya akan terusik oleh satu hal—istrinya sendiri. Sienna Valerisse, si junior ceroboh yang dijodohkan dengannya, adalah kekacauan dalam dunianya yang tertata rapi.

Awalnya, Zeyn hanya merasa terganggu. Namun, seiring waktu, ia justru ingin melindungi Sienna, bahkan dari kecerobohannya sendiri.

Ketika Steven—mantan Sienna—kembali dan mencoba merebutnya lagi, Zeyn tahu satu hal: ia tidak akan membiarkan wanita itu pergi. Zeyn siap melakukan apa saja untuk mempertahankan pernikahan mereka.

Karena kali ini, Sienna adalah miliknya. Dan Zeyn Alfarez tidak pernah menyerah.

(Disarankan untuk membaca PERFECT MATCH lebih dulu, karena buku ini sequel dari buku tersebut.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gangguan Tak Terduga

Posisi mereka terlalu dekat. Terlalu intim.

Dan tepat saat itu—

Pintu dapur terbuka lebar. Diana dan Lydia berdiri di ambang pintu. Diana terbelalak. Lydia menutup mulutnya dengan tangan, matanya membulat penuh keterkejutan.

Zeyn dan Sienna sama-sama membeku, seolah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.

Suasana hening selama beberapa detik sebelum akhirnya Diana berseru, “Astaga! K-Kami tidak mengganggu, kan?”

Sienna langsung menjauh dari Zeyn secepat mungkin, hampir tersandung kakinya sendiri. Wajahnya memerah, bukan karena malu, tetapi karena tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Bukan—! Ini bukan seperti yang kalian pikirkan!” serunya, panik.

Diana memelototi mereka dengan ekspresi geli bercampur senang. “Jadi, kalian... di dapur...?”

“Wah, wah,” Lydia menyeringai, menahan tawa. “Aku tidak menyangka kalian seintim ini.”

“Kami tidak—!”

“Oh, anak-anak zaman sekarang...” Lydia menepuk lengannya sendiri, menggeleng pelan. “Tidak bisa menunggu sampai malam, ya?”

“Ibu!” Sienna hampir berteriak, wajahnya semakin merah.

Zeyn, di sisi lain, hanya menghela napas panjang. Pria itu tidak terlihat panik, tidak terlihat malu—hanya terlihat... lelah. Seolah ia sudah tahu bahwa tidak ada gunanya berusaha menjelaskan. Ia mengusap pelipisnya dan berkata, “Tolong jangan buat kesimpulan sendiri.”

Diana berkedip, berpura-pura polos. “Oh, jadi tadi bukan apa-apa?”

Sienna dengan cepat mengangguk. “Ya! Aku hanya hampir jatuh, dan Zeyn menangkapku. Itu saja!”

Diana dan Lydia bertukar pandang, jelas tidak percaya begitu saja. Lydia menyipitkan mata penuh kecurigaan. “Hmm... tapi kenapa posisi kalian begitu... romantis?”

“TIDAK ROMANTIS!” jawab Zeyn dan Sienna hampir bersamaan.

Sienna hampir ingin menangis karena merasa begitu frustrasi. Bagaimana mungkin insiden sepele seperti ini malah membuatnya terlihat seperti sedang bermesraan dengan Zeyn di dapur?

Zeyn akhirnya berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas. “Ibu, sudahlah, kalian terlalu berlebihan.”

Namun, bukannya berhenti, Diana justru terkekeh kecil. “Baiklah, baiklah. Kami mengerti. Tapi tetap saja, kami senang melihat kalian lebih dekat.”

Lydia tersenyum penuh arti. “Iya. Siapa tahu sebentar lagi ada kabar baik...”

Sienna benar-benar menyerah. Zeyn pun tidak mencoba menjelaskan lebih lanjut. Ia hanya kembali ke wastafel, mengambil piring, dan mulai mencuci, seolah insiden tadi tidak pernah terjadi.

Sienna menatapnya tajam. “Lihat? Ini semua salahmu!” bisiknya tajam.

Zeyn bahkan tidak menoleh. “Salahku? Kau yang ceroboh.”

“Aku tidak ceroboh! Kau yang tiba-tiba menangkapku seperti itu!”

Zeyn berhenti mencuci sejenak, lalu menatapnya dengan ekspresi datar. “Kau lebih suka jatuh dan mematahkan tanganmu?”

Sienna membuka mulut, tapi tak ada kata yang keluar. Ya Tuhan, dia benar-benar menyebalkan. Dengan kesal, ia meraih lap dan mengeringkan tangannya. “Lain kali, jangan sentuh aku!”

Zeyn mengangkat alis. “Baik. Kalau begitu, jangan jatuh lagi.”

Sienna ingin menendangnya. Namun, di luar dapur, suara Diana dan Lydia masih terdengar. “Diana, kau dengar itu? Aku yakin sebentar lagi kita akan punya cucu!”

***

Setelah kunjungan yang melelahkan dari kedua orang tua mereka, apartemen akhirnya kembali sunyi. Suasana yang tadinya dipenuhi tawa dan obrolan hangat kini terasa hampa. Sienna menarik napas panjang, merasakan kombinasi lega dan lelah yang menyelubungi tubuhnya. Di ruang tamu, sisa-sisa percakapan masih terngiang, tetapi sekarang hanya ada keheningan yang mengisi ruang.

Ia menatap pemandangan kota dari jendela besar yang menghadap ke jalanan yang sibuk, berharap bisa menikmati ketenangan sejenak. Namun, harapan itu lenyap begitu saja.

"Sienna," suara Zeyn memecah keheningan, datang dengan cara yang dingin dan lugas, seperti biasa.

Sienna menoleh dan mendapati Zeyn berdiri di dekat meja kerjanya, tangannya memegang beberapa berkas, sementara laptopnya terbuka lebar, menampilkan berbagai macam data dan konsep desain. Semua yang ada di ruangan itu terasa terlalu teratur, terlalu sempurna—sesuatu yang selalu mengikuti aturan Zeyn.

"Apa?" Sienna menjawab dengan nada malas, perasaan tak ingin diganggu mulai menguasai dirinya.

"Kita harus mulai menyelesaikan proyek yang tertunda."

Sienna mengerutkan kening, berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata, "Proyek apa?"

Zeyn menutup laptopnya dengan satu gerakan cepat, lalu menatapnya. Pandangan itu, seperti biasa, tajam dan penuh perhitungan—seolah ia yakin Sienna sudah seharusnya tahu apa yang ia maksud.

"Kerja sama dengan Steven. Kita sudah membuang cukup banyak waktu selama bulan madu."

Nama Steven, meskipun hanya disebut sekali, langsung membuat suasana di sekitar mereka berubah. Ada ketegangan yang mulai merayap, dan Sienna bisa merasakannya. Matanya sedikit gelisah, tetapi ia berusaha keras untuk menjaga ekspresinya tetap netral.

"Oh... iya. Aku bisa mulai membuat sketsa desainnya sekarang kalau kau mau," jawabnya, berusaha mengalihkan fokus.

Zeyn tidak mengucapkan apa pun, tetapi ia melemparkan sebuah sketchbook ke arahnya dengan gerakan yang tepat dan terukur. "Buatkan draft awalnya dulu. Aku ingin melihat idemu sebelum aku perbaiki."

Sienna menatapnya dengan tatapan penuh kecurigaan. "Kenapa terdengar seperti kau yakin desainku akan salah?"

Zeyn hanya mengangkat alis, tatapannya tidak berubah. "Karena kau ceroboh dan sering melewatkan detail penting."

"Terserah," jawab Sienna, seolah tak peduli. Namun, dalam hatinya, ada sedikit rasa kesal yang mulai membara. Dengan enggan, Sienna mulai menggambar di sofa, sementara Zeyn kembali ke mejanya, fokus pada beberapa konsep desain 3D yang sedang ia kerjakan.

***

Hari-hari berlalu, dan proyek itu mulai berjalan. Sienna bekerja keras, berusaha memenuhi ekspektasi Zeyn yang selalu tinggi dan terperinci. Tetapi semakin sering Steven menghubunginya, semakin banyak ia merasa gelisah.

Pada awalnya, Sienna tidak terlalu mempermasalahkan komunikasi antara dirinya dan Steven. Lagipula, mereka memang sedang mengerjakan proyek bersama, dan pesan-pesan itu hanya seputar sketsa, konsep, dan beberapa detail teknis lainnya. Namun, semakin hari, frekuensinya meningkat, dan Sienna mulai merasa ada yang aneh.

Zeyn, meskipun tidak pernah berkomentar langsung, jelas terlihat mengamati dengan seksama setiap kali nama "Steven" muncul di layar ponselnya. Rahangnya yang tegas akan mengeras, dan nada bicaranya semakin tajam setiap kali ia berbicara.

Suatu sore, saat Sienna sedang berbicara di telepon dengan Steven, Zeyn duduk di seberang ruangan di apartemennya, terbenam dalam pekerjaan dengan laptopnya yang terbuka.

"Iya, aku sudah perbaiki bagian itu. Aku akan kirim filenya malam ini," kata Sienna, sambil mondar-mandir dengan pensil di tangan, mencoba untuk fokus pada pekerjaannya.

Suara Steven terdengar dari ponsel. "Hmm… aku rasa kita perlu mempertimbangkan ulang penggunaan material di bagian atas. Kau setuju?"

"Iya, aku pikir juga begitu. Aku akan mendiskusikannya dengan—" Sienna belum sempat menyelesaikan kalimatnya.

Tiba-tiba, Zeyn bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dengan langkah tenang, nyaris tidak bersuara.

Sienna, yang tidak menyadari kedatangannya, terus berbicara. Namun, dalam satu gerakan cepat yang tak terduga, Zeyn menariknya ke dalam pelukan. Tangan Sienna hampir terlepas dari ponselnya karena terkejut.

"A—Apa yang kau lakukan?!" Sienna berbisik tajam, berusaha menjauhkan diri, tetapi Zeyn menahannya dengan erat, memeluk pinggangnya dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Lanjutkan bicaramu," bisik Zeyn, suaranya rendah dan mengandung makna yang dalam.

Sienna membeku, napasnya tercekat. Ada sensasi yang sulit ia jelaskan dalam dadanya, tapi ia berusaha mempertahankan ketenangan.

"Sienna? Kau masih di sana?" Suara Steven terdengar dari speaker ponsel, kali ini lebih ragu.

"A-Ah, iya! Aku… aku masih di sini," jawab Sienna dengan suara yang agak gemetar, tapi ia berusaha terdengar normal meski bibir Zeyn hampir menempel di lehernya, seolah membisikkan sesuatu yang hanya mereka berdua yang mengerti.

Tangan besar Zeyn bergerak ke punggungnya, menambah kesan seolah mereka sedang bermesraan. Sienna merasa keringat dingin mulai membasahi dahinya.

"Sienna? Apa kau sibuk?" kali ini, Steven terdengar lebih tegang.

Sienna hampir ingin menjerit. Zeyn, brengsek!

Namun, ia berusaha tetap tenang, meski suaranya terdengar cemas. "Ti-tidak… aku hanya…"

Zeyn tersenyum miring, dan tanpa memperdulikan apa yang terjadi, ia bersandar lebih dekat lagi, berbisik tepat di telinga Sienna, cukup keras agar Steven bisa mendengar dengan jelas, "Kau lama sekali..."

Sienna tertegun, rasa malu dan cemas membanjiri dirinya. Astaga. Ia merasa seolah-olah bumi akan menelannya hidup-hidup.

Dari seberang telepon, suasana hening.

"Sienna… apa kau sedang bersama Zeyn?" suara Steven akhirnya terdengar lagi, kini dengan nada yang lebih masam dan sedikit sinis.

Sienna merasa ingin menghilang begitu saja. "E-Eh… iya, dia ada di sini…" jawabnya terbata-bata.

"Baiklah, aku akan hubungi lagi nanti," Steven berkata dengan nada kaku, dan telepon pun terputus.

Begitu panggilan berakhir, Sienna langsung meninju bahu Zeyn. "KAU GILA?!"

Zeyn akhirnya melepaskannya dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. "Apa?" tanyanya santai, seolah semuanya hanya bagian dari rutinitas sehari-hari.

"APA?! KAU BARU SAJA MEMBUATNYA BERPIKIR KITA SEDANG..." Sienna hampir tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena terlalu marah.

Zeyn mengangkat bahu dengan tenang. "Biar saja. Seharusnya dia tidak menghubungimu sesering itu."

"Kami hanya membahas masalah pekerjaan!" Sienna membela diri.

"Kalau itu pekerjaan, seharusnya dia menghubungiku."

Sienna menggertakkan giginya, marah. "Kau sengaja melakukan ini, kan? Kau ingin membuat Steven kesal!"

Zeyn menatapnya tajam dengan tatapan yang penuh perhitungan. "Aku tidak peduli dengan Steven. Tapi aku tidak suka kalau dia bertindak seolah dia lebih berhak mendiskusikan proyek ini denganmu dibandingkan denganku."

Sienna terdiam, merasakan keraguan yang tiba-tiba muncul. Zeyn menatapnya lama sebelum akhirnya berbalik, berjalan kembali ke meja kerjanya dengan langkah yang tenang dan terukur.

"Jangan terlalu dekat dengannya," kata Zeyn, masih dengan suara yang penuh ketegasan.

"Kenapa? Kau cemburu?" tantang Sienna, tak bisa menahan emosinya.

Zeyn berhenti sejenak, tidak menoleh ke arahnya. Lalu, dengan suara datar, ia menjawab, "Jangan konyol."

Sienna menggertakkan giginya, merasa seperti ingin meledak. Bajingan arogan. Kalau dia tidak peduli, kenapa repot-repot melakukan semua ini?

***

1
wiwik
Kirain agak mesra dikit..msh aja kaku 😁😁
Kyurincho: jangan terlalu berharap sama Zeyn mah /Sob/
total 1 replies
wiwik
Nahhh gitu dong...biar kesann'y g kclakaan 😁😁
Kyurincho: /Chuckle/
wiwik: siippp kak 👋😁
total 3 replies
wiwik
Dan itu bukan jawaban Zeyn..
Kyurincho: /Shy/
total 1 replies
wiwik
Jederrrr..tuh Zeyn dah jujur tuh Sienna..
Kyurincho: tarik ulur troosss
total 1 replies
wiwik
hahahaaaaaa...
Kyurincho: /Grin/
total 1 replies
wiwik
AyolahZeyn..Jangan biarin Sienna terus brontak..ada celah dikit pbinor masuk loh..😁😁
Kyurincho: masih gede gengsinya Zeyn /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Bagus..lumayan lah seorang Zeyn bisa jujur dikit 😁😁
Kyurincho: terpaksa /Joyful/
total 1 replies
wiwik
Tumben Zeyn ceroboh 😁😁👋
Kyurincho: /Facepalm/
wiwik: 😁😁😁 jodoh
total 3 replies
wiwik
Hahahaaaa...eng ing eng
Kyurincho: /Curse/
total 1 replies
wiwik
Achhhh yg bener Zeyn masa' buat pencitraan doang..cemburu bilang boss 😁😁
Kyurincho: gengsi dong /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Emang slama ini hidupmu agak sedeng ya Zeyn..😁😁😁 seolah klo sama Sienna kayak nemu mainan baru..hiburan yg lucu 👍
Kyurincho: iyaa, kaya anak kecil dapet mainan baru /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Betul Sienna..Zeyn itu gengsian..
Kyurincho: /Grin/
total 1 replies
wiwik
Aahhhh zonk 🤦😁
Kyurincho: coba lagi ka /Chuckle/
total 1 replies
wiwik
Yeiiiii moga aja ada baby..Aamiin 🤲😁😁
Kyurincho: /Chuckle/
total 1 replies
Coffeeandwine
gemes /Drool/
Kyurincho: /Drool/
total 1 replies
wiwik
Yo salah mu sndiri to Ven..pergi tanpa pmt kok mau balik an lg..telat lu 😁
Kyurincho: /Facepalm/
wiwik: Judule tetep rasain lu 😁😁
total 3 replies
wiwik
Brsabarlah Sienna..ego Zeyn lagi d atas langit..tinggi" skali 😁😁
Kyurincho: perfect match /Chuckle/
wiwik: Sgede gaban 😁😁.. ya emang jodoh sih walo gaya d awal kayak Tom n Jerry tp itulah unik'y..saling mmbutuhkan n mlengkapi..gmn Kak 😁
total 3 replies
wiwik
duhh Zeyn kata" mu itu msk jleb banget..
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
wiwik
Akhir'y..makasih Kak..tetep smangat yaaa dtggu slanjut'y..🙋👍💪
wiwik: masama Kak 💪💪
Kyurincho: aku yang makasih kaaa, karena udah baca, like dan komen /Sob/
total 2 replies
wiwik
Ayoh Kak dtggu up'y..smangatttt
Kyurincho: /Heart/
wiwik: Iya Kak...bikin pnasaran ayoooo lanjut Kak👍💪🙏
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!