NovelToon NovelToon
Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Lari Saat Hamil / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Btari harus menjalani pernikahan kontrak setelah ia menyetujui kerja sama dengan Albarra Raditya Nugraha, musuhnya semasa SMA. Albarra membutuhkan perempuan untuk menjadi istru sewaan sementara Btari membutuhkan seseorang untuk menjadi donatur tetap di panti asuhan tempatnya mengajar.
Sebenarnya Btari ragu menerima, karena hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Apalagi Btari menikah hanya untuk menutupi skandal Barra dengan model papan atas, Nadea Vanessa yang juga adalah perempuan bersuami.
Perdebatan selalu menghiasi Btari dan Barra, dari mulai persiapan pernikahan hingga kehidupan mereka menjadi suami-istri. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan kedua manusia ini?
Bagaimana jika keduanya merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing?
Hingga peran Nadea yang sangat penting dalam hubungan mereka.
Ini kisah tentang dua anak manusia yang berusaha menyangkal perasaan masing

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RASA NYAMAN

Semenjak percakapan mereka saat malam pertama itu, Barra dan Btari tidak lagi secanggung pertama kali mereka bertemu. Btari pun tidak lagi memakai kata 'saya' atas permintaan Barra dan itu disetujui Btari. Walaupun awalnya hal itu sulit untuk Btari lakukan namun sekarang ia sudah mampu beradaptasi dengan hal itu.

Barra awalnya ingin meminta Btari untuk tinggal di apartemennya. Namun tanpa Barra ketahui, sang papa ternyata sudah mempersiapkan rumah untuk mereka sebagai kado pernikahan. Walaupun awalnya enggan menerima, namun atas desakan keluarga dan sahabat mereka akhirnya mereka setuju.

Kini disinilah mereka menghabiskan waktu sebagai suami-istri. Sebenarnya tidak ada yang berubah. Btari tetap sibuk dengan beragam kegiatannya. Sementara Barra sibuk di kantor mempersiapkan proyek besarnya. Keduanya hanya bertemu saat malam hari.

Salah satu kesepakatan mereka berdua adalah harus saling mengabari jika pulang di atas jam 9 malam. Dua minggu setelah pernikahan, kini mereka bersantai di rumah. Btari masih sibuk dengan laptop dan kameranya. Sementara Barra sibuk di dapur mempersiapkan makanan.

Satu hal yang Btari baru ketahui adalah lelaki itu sangat suka memasak. Masakannya bahkan lebih enak dari Btari. Barra juga ahli dalam membersihkan dan merapikan barang. Hal yang sangat sulit Btari lakukan.

"Bi, makan dulu!" Seru Barra yang kini sudah menata aneka masakan di meja makan.

Btari melepaskan kacamatanya. Aroma masakan Barra sangat harum. Btari menghampiri Barra.

"Waah kalau nggak jadi arsitek kayaknya kamu cocok jadi chef." Puji Btari.

"Kalau nggak fotografer kamu cocok jadi content creator mukbang." Sindir Barra karena nafsu makan Btari ternyata sangat kontras berbeda dengan tubuhnya yang kecil.

"Karena aku perlu makan yang banyak. Apalagi besok aku harus ke hutan di pelosok Malang." Ujar Btari santai.

Barra menghentikan makannya. Ia sama sekali tidak tahu kalau Btari akan pergi besok. Jika sudah kesana untuk keperluan foto, rasanya tidak mungkin jika hanya butuh waktu satu atau dua hari.

"Kenapa nggak bilang?" Suara Barra terdengar dingin.

"Ini aku bilang." Btari menjawabnya dengan santai. Amat sangat santai malah. Tanpa menyadari bahwa wajah Barra berubah.

"Kenapa baru sekarang? Kamu bahkan punya waktu dari kemarin-kemarin untuk memberitahuku."

Btari mengernyit heran. Ia menyadari bahwa suara Barra tidak sesantai biasanya. Raut wajah lelaki itu seperti sedang marah.

"Sekarang atau kemarin sama saja, Bar. Toh aku akan tetap pergi."

Nafsu makan Barra hilang. Lelaki itu meninggalkan makanannya begitu saja. Btari yang sedang makan pun heran. Sikap lelaki itu terlihat berlebihan. Lagipula Btari rasa ketiadaan dirinya nanti beberapa hari akan menguntungkan Barra. Lelaki itu akan sering bertemu Nadea, kekasih gelapnya itu.

Sementara Btari masih bingung dengan sikap Barra, lelaki itu kini duduk di ruang kerjanya. Raut wajahnya masih setegang tadi. Ia sendiri bingung dengan sikapnya yang aneh. Bahkan terlalu berlebihan. Padahal pernikahan sementara mereka baru berjalan dua minggu. Namun kehadiran Btari di rumah ini membuat Barra cukup senang. Apalagi Btari selalu menyambutnya ketika pulang kerja. Walaupun hanya sambutan ala teman kost.

Jangan harap ada pelukan atau sikap manis ala seorang istri kepada suaminya. Btari hanya membukakan pintu lalu ikut menemani Barra makan atau melepas lelah dengan menonton tv. Itupun lebih sering tertidur. Btari benar-benar bertindak seperti teman. Perempuan itu bahkan masih memakai jilbab dan kaos kakinya ketika di rumah. Namun ada hal yang membuat hati Barra menghangat yaitu penampilan Btari selalu rapi dan wangi ketika Barra pulang kerja.

Bukankah itu seperti suami-istri pada umumnya? Seulas senyum terbit di bibir lelaki itu.

Tok tok!

"Bar, kamu di dalamkah?"

"Iya. Masuk aja." Jawab Barra. Masih dengan rasa kecewa dan jengkel di hatinya.

Tidak lama kemudian, Btari muncul. Di tangan gadis itu ada sepiring makanan dan minuman. Perlu diketahui sikap Btari sekarang tidak sekaku dulu.

"Hai! Lagi banyak kerjaan, ya?"

Barra masih fokus dengan komputernya. Seolah enggan menatap Btari.

"Aku nggak sesibuk kamu. Sampai harus pergi berhari-hari." Jawab Barra dengan ketus.

"Makan dulu, ya." Btari mengalihkan pembicaraan. Lalu meletakkan makanan itu di meja kerja Barra.

"Aku lagi sibuk. Bawa saja makanannya lagi keluar."

"Nanti asam lambungmu kambuh."

Barra tersenyum sinis. "Biarkan saja asam lambungku kambuh. Biar sekalian kamu nggak bisa pergi. Kamu tahukan gimana Mama kalau tahu kamu meninggalkan suamimu yang sedang sakit?"

Btari menghela napasnya. "Tingkahmu membuat ku kesal setengah mati. Lantas aku harus apa biar kamu mau makan? Aku tidak mungkin menunda kepergianku kali ini."

Tiba-tiba terbersit ide untuk menjahili Btari. Meski Barra tahu Btari akan menolak permintaannya mentah-mentah.

"Aku mau, tapi kamu yang suapin." Kata Barra cepat.

"NGGAK!"

"Ya sudah. Jangan salahkan aku kalau nanti tiba-tiba Mama melarangmu pergi karena aku sakit." Ancam Barra.

"Ya sudah. Ayo!" Jawab Btari pelan.

Barra menggeser wajahnya dari layar komputer. Kini ia menatap wajah datar Btari dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu nggak taruh racun di makananku, kan?"

Btari berdecih. Mata bulatnya semakin membulat menatap Barra dengan kesal.

"Nggak. Aku lupa." Jawabnya asal dengan ketus. Tidak ada manis-manisnya.

"Ya udah sini. Kalau disitu nanti susah kamu suapin aku." Kata Barra memberikan space untuk kursi Btari. Barra pun berpura-pura sibuk dengan desain bangunan.

Btari pun menggeser kursinya dan duduk di sebelah Barra. Walaupun dilakukan setengah hati, Btari lalu mengambil sendok, menyuapkan nasi ke mulut Barra dengan ekspresi jengkel. Barra, di sisi lain, menikmati momen itu dengan senyum puas. Walaupun ia masih kesal dengan Btari yang besok turun ke lapangan.

"Ternyata kamu bisa juga, ya, perhatian. Kapan lagi bisa disuapin istri begini."

"Jangan terlalu sering berharap. Aku cuma malas berdebat." Sahut Btari ketus.

"Kalau begini, aku nggak keberatan kamu jadi istri kontrak seumur hidup."

Btari melotot tajam, "Makan saja, Bar."

Barra yang mengetahui Btari kesal sangat menikmati momen ini. Alhasil ia pun semakin menambah kekesalan Btari.

"Ayo, makan cepat. Aku masih banyak yang harus dikerjakan. Sejak kapan kamu makan begini lamanya." Keluh Btari. Barra memang sengaja mengunyah lama. Kapan lagi bisa diperhatikan Btari seperti ini.

Sembari mengunyah perlahan, Barra sengaja memancing amarah Btari. "Kamu harusnya lebih lembut, Bi. Suapanmu terlalu cepat. Bisa-bisa aku tersedak.

"Sekali lagi kamu banyak protes aku biarin kamu ya. Lagipula aku ini istri kontrak, bukan pengasuh bayi."

"Iya, tapi sekarang kamu sedang jadi pengasuh suamimu. Itu beda, Bi."

Maya melotot tajam, tapi tetap menyuapkan nasi lagi ke mulut Barra.

" Kalau bukan karena aku nggak mau lihat asam lambungmu kambuh, aku nggak mau nyuapin kamu kayak gini."

Barra masih mengunyah dan menahan tawa. "Kamu sebenarnya perhatian, kan? Jangan pura-pura nggak peduli."

"Ini karena aku nggak mau mendengar ceramah Mama kamu kalau kamu sakit gara-gara nggak makan."

"Mama memang suka cerewet, tapi sekarang aku lebih suka melihat kamu cerewet."

Btari melotot tajam. "Albarra, aku serius. Makan cepat atau aku akan taruh piring ini di meja dan pergi."

Mendengar Btari yang memanggilnya dengan nama depannya itu, Barra semakin suka. Sebab itu tandanya Btari sedang marah dan itu terlihat lucu di mata Barra.

Menghindari amarah Btari lebih parah, Barra pun memasang wajah serius."Baik, baik. Tapi kalau kamu pergi, aku nggak mau makan lagi. Nanti aku lemas, nggak bisa kerja, terus Mama salahin kamu."

Btari menarik napas panjang, menahan diri agar tidak membalas lebih keras.

Perempuan itu menyuapkan makanan ke mulut Barra. Wajahnya masih saja terlihat jengkel. Ia menyesal sudah menyusul Barra ke ruang kerjanya. "Kamu ini benar-benar menyebalkan. Aku nggak tahu kenapa aku mau membuang waktuku begini."

Lelaki itu terus mengunyah. Sambil menatap Btari yang kesal ia pun berkata, "Karena kamu sebenarnya mulai terbiasa sama aku."

"Mimpi saja" Seru Btari galak.

Raka tertawa kecil, menikmati ekspresi Maya yang kesal namun tetap menyuapi dirinya.

"Kamu tahu, Bi, kalau setiap hari seperti ini, aku nggak keberatan kita nikah lebih dari sekadar kontrak." Ujar Barra setengah bercanda.

Wajah Btari kembali ke mode serius. "Albarra, makan saja. Jangan banyak bicara."

"Baik, tapi suapan berikutnya harus lebih penuh. Aku lapar." Barra menampilkan senyum jahilnya.

Meski jengkel, Btari tetap melanjutkan tugasnya. Dalam hatinya, ia tahu Barra sengaja membuatnya kesal, tapi ia juga mulai menyadari bahwa momen ini, walau menjengkelkan, terasa lebih hangat daripada yang ia duga.

Hingga tiba-tiba dering telepon Barra terdengar. Barra langsung meraih telepon itu. Wajahnya berubah serius ketika melihat Nadea menelpon.

"Aku keluar." Barra tidak menjawab. Ia segera menjawab telepon itu tanpa memperhatikan wajah kesal Btari.

1
jen
aku nunggu bgt update nya Thor... ini dibikin penisiriiin /Sob/
Mundri Astuti
iiiihhhh othor bikin pinisirin aja

next thor
jen
aku suka karakter Btari /Good/
jen
mengecewakan. ngapain mau SM cwo ga punya prinsip
jen
kayak nyata kak ... cm suka bingung sm namanya kak.
ceritanya kayak beneran, jd senyum" sendiri
Mundri Astuti
semangat kk author, jangan sampai luluh btari, bisa"nya barra ngomong gitu, kelakuannya semaunya sendiri ngga menghargai
Mundri Astuti
nah bagus btari kamu harus punya sikap dan mesti tegas ke barra
Mundri Astuti
si barra bener" ngga punya hati, dah lah btari jangan percaya bualan barra lagi, bodoh banget barra masih ngarep sama pacarnya aja, bener" ini yg namanya cinta itu buta, ... kucing berasa coklat .
Mundri Astuti
barra baru begitu dah cemburu, gimana perasaan betari saat di tlpnan ma kekasihnya, saat dia perhatian dan khawatir sama kekasihnya
Mundri Astuti
si barra kelaguan, biar aja betari dilirik org noh, dah ada yg mo nadangin, blingsatan" dah
Mundri Astuti
cuekin aja btari jangan diangkat, ngga usah diladenin si bara
Arsène Lupin III
Saya terhanyut dalam dunia yang diciptakan oleh penulis.
Oscar François de Jarjayes
Cinta banget sama karakter-karaktermu, thor. Mereka bikin ceritamu semakin hidup! ❤️
Aishi OwO
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!