FIKSI karya author Soi. Hanya di Noveltoon.
Ganti judul (Alter Ego) 》PERSONA.
Berawal sebagai gadis biasa yang menghadapi diskriminasi, Clara membuktikan dirinya dengan bekerja di perusahaan besar. Di saat Clara menjadi orang kepercayaan sang Bos konglomerat, dirinya menyadari adanya keterkaitan antara kasus yang ditanganinya dan bahaya yang mengancam nyawa orang-orang tak bersalah.
Di satu sisi, memiliki pekerjaan sangatlah penting bagi Clara yang kurang beruntung dalam mencari pekerjaan selama 30 tahun. Namun, pertemuan kembali dengan sahabat semasa remajanya membuat Clara lebih memahami siapa dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon soisoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Rahasia
Keesokan harinya, Clara sudah berada di kantor CV Harianto dan bertemu dengan Kris.
"Silahkan masuk," ucap Pak Kris kepada Clara.
Seketika melewati pintu, Clara langsung berpapasan dengan Stefan Harianto. Karena telah melihat foto wajah dan informasi pribadi mengenai orang itu, Clara dapat mengenalinya.
"Bapak Stefan Harianto? Saya Clara dari L-Group," sapa Clara sopan.
"Duduk sana," suruh Stefan, sambil mengarahkan Clara ke arah sofa di ruangan pribadinya.
Clara melangkah hampir bersamaan dengan pria itu hingga duduk berhadapan.
"Langsung saja. Katakan apa yang ingin kau bahas denganku," ucap Stefan.
Walau ekspresi wajah pria itu biasa saja, Clara dapat merasakan penekanan pada nada bicaranya.
"Maaf mengganggu. Tujuan saya kemari adalah membahas tentang kerugian sebesar 500 juta rupiah yang digugatkan terhadap L-Group. Menurut informasi dari pihak kami, L-Group hanya menyediakan solusi keuangan terbaik untuk semua kalangan. Bisakah saya meminta keterangan dari Bapak mengenai prasangka tersebut?" tanya Clara terus terang.
"Huh. Rupanya kau anak baru. Mengapa bosmu mengirim anak ingusan sepertimu?" olok Stefan.
"Maksud Bapak?" respon Clara sedikit kesal.
"Kamu tidak tahu bosmu itu seperti apa. Dari luar dia memang nampak luar biasa. Mungkin dia menjanjikan sesuatu yang besar untukmu dan kau menjadi budaknya," tambah Stefan acuh.
Menyebalkan sekali! Aku bukan kemari untuk bertengkar.
Clara menggeram dalam hati, namun mampu menguasai emosinya.
"Maaf, saya kurang tahu. Memangnya seperti apa Bapak Presdir Linardi menurut Anda?" sahut Clara, dengan nada bicara santai.
Melihat reaksi Clara, orang itu sedikit terkejut lalu terdiam sejenak. Pria itu meminta segelas air kepada pesuruhnya sebelum berbicara lagi.
"Lintah darat."
Jawaban pria bernama Stefan itu tidak berhenti membuat Clara kesal.
"Beliau adalah Presdir dari perusahaan kami. Hukum akan selalu membela yang benar," tegas Clara.
Sang pemilik CV memandang remeh Clara, kemudian mengusir gadis itu keluar dari ruangan pribadinya.
"Dia sama sekali tidak mau menjelaskan apapun. Apa kasus ini harus diurus secara hukum?" desah Clara.
Sore harinya Clara membaca kertas yang dibawanya, lalu berangkat menaiki Grab menuju ruko bernomor unit 32 yang nampak kosong. Di lantai 2 pojokan gedung itu Clara menemukan loker, lalu mengambil barang di dalamnya, dan terakhir menelepon Presdir. Dalam waktu singkat, mobil sedan hitam mewah menjemput Clara dan ia bepergian bersama Presdir.
Sementara itu, pertarungan hidup dan mati antara Kent dan Rendra masih berlangsung. Mereka saling memukul meski telah berdarah dan terluka-luka.
"Mati kau!" seru kencang Rendra dan Kent bergantian.
Dering suara HP Rendra menghentikan tinju pria itu, lalu dia memberi sinyal umpatan kepada Kent untuk menyudahi perkara mereka.
Dari nada berbicara Rendra, Kent bisa mengartikan bahwa ayah angkatnya baru saja mendapatkan pekerjaan baru. Walau pastinya semua orang yang berurusan dengan Rosario adalah penjahat, Kent sedikit curiga dengan sebutan 'Bos' atau 'Bos Besar' yang kadang bertelepon dengan mafia sejenis Rendra.
Di antara para bawahan Rendra, ada beberapa orang yang memiliki latar belakang dan ciri khas khusus. Kent telah mengamati pergerakan setiap pria sok perkasa yang keluar masuk markas berinisial R pada pagar besi luar.
Ada seorang mantan tentara yang terjebak dalam komplotan Rosario selama bertahun-tahun dan sudah di brain-washed untuk melakukan pekerjaan mafia. Kebanyakan dari para berandal andalan Rendra mengalami kesulitan ekonomi pada awalnya, lalu bersumpah setia sebagai keluarga Rosario yang bertahan hidup dengan mengikuti perintah Rendra. Bagi Kent, perintah Rendra adalah sampah, dan semua pendukung konyol orang itu membuatnya tertawa. Begitulah Kent selama ini, menolak diberi perhatian dan perlakuan khusus sebagai putra penerus Rendra.
Teringat akan rencananya untuk kabur, Kent masih memperhitungkan tingkat keberhasilannya membujuk beberapa orang suruhan Rendra. Bagaimana dengan mantan tentara itu?
"Pak Burhan," panggil Kent.
"Ada apa, Tuan Muda?" balas seorang pria paruh baya bertubuh paling kekar dan besar di tempat itu.
"Seperti sebelumnya, saya ingin belajar bela diri dengan Anda," ulas Kent.
"Tidak perlu terlalu sopan dengan saya. Baik, akan saya ajarkan kembali," kata orang itu.
Dilihat dari manapun tubuh pria itu sangat kekar, hampir tiga kali berat badan Kent. Apa Kent bisa menjatuhkan orang sebesar itu?
Kent memulai dengan kuda-kudanya, sementara orang raksasa itu hanya berdiri dan tidak bergeming.
"Sebelumnya, bolehkah saya memukul Tuan Muda?" tanya pria itu.
"Boleh, sedikit saja. Mengalah sedikit padaku, ok?" kata Kent, dengan bersemangat.
Keduanya sangat jago menghindari serangan, hingga Kent meluncurkan serangan pertama yang mengenai dada Burhan yang mirip besi.
DAAK!
Suara seperti tabrakan keras berulang kali membuat semua bawahan Rendra turut menyaksikan pertarungan tanpa senjata itu. Mereka mulai menyoraki keduanya, ada juga yang mulai bertaruh siapa pemenangnya.
Walau tubuh Burhan sangat sulit ditumbangkan, tinju Kent juga dikenal sangat kuat di antara mereka. Mungkin itulah kelebihan Kent, sehingga Rendra mau menjadikannya penerus dan kelak memimpin klan Rosario.
Kent mulai menjejakkan kakinya tiga kali dengan sangat cepat ke arah lawan, kemudian berganti serangan tinju. Semakin dihindari, semakin cepat gerakan Kent.
Kini pertarungan semakin sengit. Semua penontonnya menjadi serius dan antusias. Mereka sepakat jika salah satu tumbang maka pertarungan itu dianggap selesai. Untungnya Rendra tidak berada di tempat setelah menerima telepon. Semua yang berjaga di markas berasumsi Rendra telah pergi dengan membawa beberapa pengawalnya.
Dan benar, Rendra telah tiba di suatu tempat untuk menemui seorang Bos Besar.
"Kau sudah datang. Bagaimana dengan anak itu?" tanya sosok misterius yang berada dalam gelap.
"Anak? Maksud Anda siapa?" tanya Rendra.
"Jangan berpura-pura bodoh. Bukankah kau membawa lari anak yang seharusnya dilenyapkan 15 tahun lalu?"
Jawaban orang itu membuat Rendra terkejut dan terdiam sejenak.
"Anda siapa? Bukankah seharusnya saya bertemu dengan Bos Besar?" sahut Rendra.
"Huh. Untuk apa Bos kami menemui mafia rendah sepertimu? Kau tidak perlu tahu hal lain, langsung saja kujelaskan misi untukmu kali ini. Kau akan dibayar mahal oleh Bos, jadi jangan membuat kesalahan!" sanggah orang yang ternyata seorang pemuda bertato dimana-mana dan berambut pendek cepak.
Rendra mengumpat pelan, kemudian melirik tajam wajah pria yang jauh lebih muda darinya itu.
"Aku juga tidak berniat mendengarkan celotehan anak kecil. Cepatlah," ejeknya.
Pemuda itu tersenyum meremehkan, lalu melemparkan secarik kertas ke arah Rendra. Dengan tangkas, Rendra menangkap dan melihat tulisan pada kertas itu.
"Habisi Stefan Harianto?" baca Rendra.
"Dia adalah bajingan yang menuntut Bos kita semua. Sepertinya dia mengetahui sesuatu. Misimu hanya menculik, menyiksa, dan melenyapkannya. Jangan sampai ada yang membuntuti atau memergoki aksimu, maka kau akan selamat dan mendapatkan hadiah besar!" jelas pria itu.
"Siapa namamu, bajingan kecil?" sela Rendra.
"Huh. Jika kau berhasil melakukan sesuai yang diperintahkan, aku akan memberitahumu. Aku tidak suka mempunyai kenalan tua bau bangkai sepertimu!" olok pemuda itu.
"Brengsek..!" geram Rendra, hampir maju dan menonjok pemuda itu, namun dihentikan oleh para bawahannya.
"Orang mereka jauh lebih banyak, Bos," bisik salah seorang bawahan Rendra.
"Batas waktumu 3 hari, sampai Jumat ini," kata pemuda itu acuh.
"Tidak masalah!" sentak Rendra, berbalik meninggalkan tempat rahasia itu.
Pertarungan Kent dan Burhan berakhir dalam 20 menit, saat Burhan berhasil menangkap bagian kanan tubuh Kent dan menjatuhkannya ke depan. Ketika rombongan Rosario kembali ke markas, Kent terus memperhatikan suasana hati Rendra yang buruk.
- Bersambung -