Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Flashback
"Jadi gimana, Dhipa? Rencana yang gue kasih... berhasil atau nggak?” tanya Bianca dengan tatapan serius. Ia baru saja tiba di apartemen Dhipa, dipanggil mendadak lewat telepon tengah malam yang terdengar panik.
Flashback On
Di ruang tamu yang sama beberapa minggu lalu, Dhipa menyodorkan ponselnya ke Bianca, menunjukkan sebuah foto hasil jepretan paparazi.
"Gimana? Menurut lo, cewek yang gue taksir, cakep nggak?” tanyanya dengan nada penuh harap.
"Dia mahasiswa semester enam. Emang masih muda, tapi beda tiga tahun doang, nggak masalah kan?” lanjutnya sambil tersenyum kecil.
"Bi, lo liatin doang! Respon dong, bego!” Dhipa melempar bantal kecil ke arah sahabatnya yang cuma bengong.
Bianca akhirnya merebut ponsel itu dan menatap layar lebih dekat. Ekspresinya berubah drastis.
"Lo gila ya?!”
"Cancel! Gue bilang cancel sekarang juga! Jangan pernah naksir cewek ini!” bentaknya histeris.
"Gue bisa cariin lo cewek lain yang lebih cantik, lebih seksi, lebih... semuanya!”
"Lebay banget lo. Dia cantik, Bi. Dia tipe gue!” balas Dhipa kesal.
Bianca berdiri, tangan my bertumpu di pinggang, matanya melotot menatap laki laki di hadapannya saat ini. “Dhipa, sebelum lo jatuh cinta, lo tuh harus investigasi dulu! Gali latar belakangnya, stalking medsosnya, cari tahu semua sisi gelapnya! Jangan naksir karena tampang doang!”
"Cewek polos gitu... yakin deh, dia single,” ucap Dhipa santai.
"Single mata lo!” celetuk Bianca tajam.
"Lo kenapa sih sensi banget sama Alea? Lo aja belum pernah ketemu langsung sama dia,” ucap Dhipa. "Dia tuh kalau dari asli jauh lebih cantik, gue yakin Lo suka sama dia. "
"Alea itu... udah punya pacar. Dan cowoknya sahabat gue,” ujar Bianca akhirnya.
"Jadi lo lebih dukung cowok lain daripada gue?”
Bianca menarik napas panjang. “Tapi... setelah gue pikir-pikir, kayaknya lo cocok sama Alea.”
"Berubah pikiran secepat itu ? "
"Gimana kalau lo coba deketin dia? Tapi jangan kelamaan. Jodoh itu dijemput, bukan ditunggu. Dan kadang... harus dijebak,” ucap Bianca dengan senyum tipis.
Dhipa mengernyit. “Maksud lo?”
"Bikin dia mabuk. Ajak dia ngopi, masukin sesuatu ke minumannya. Bikin dia linglung... dan lo ambil kesempatan itu. Cium dia. Deketin dia pelan-pelan. Kalau bisa... sampe dia hamil. Lo pikir aja, kalau udah hamil, dia pasti bakal ngejar lo balik.”
"Buset. Tadi lo nyuruh cancel, sekarang malah ngasih ide paling sinting yang pernah gue dengar.”
"Tadi tuh gue belum mikir. Sekarang udah. Dan percaya deh, ini bakal berhasil,” ujar Bianca dengan keyakinan penuh.
Flashback Off
"Gue yakin rencana dari gue itu berhasil,” ucap Bianca mantap, duduk di seberang Dhipa yang sedang memeluk segelas alkohol.
Dhipa tertawa pelan, getir. Lalu meneguk minumannya dalam satu tegukan.
"Berhasil darimana, Bi? Cowok sialan itu ngancurin semuanya,” desisnya, kesal.
"Gue udah hampir berhasil, ngerti nggak? Gue udah cium dia... bahkan udah mulai buka bajunya.” ucapnya. “Tiba-tiba, dia datang! Langsung tonjok gue tanpa ba-bi-bu!”
Dhipa melempar gelasnya ke meja. Dentingannya menggema di ruang yang mendadak sunyi.
"Lo Tahu nggak? Kalau aja gue gak segan sama dia... udah gue babat tuh orang!”
"Cowok? Siapa?!”
"Gio,” sahut Dhipa dengan rahang mengeras. “Bos gue. Yang selama ini nggak pernah muncul di kantor. Tiba-tiba nongol tengah malam! Gue aja sampe kaget.”
"Terus?” desak Bianca.
"Dia Langsung pecat gue. Di tempat. Tanpa tanya-tanya. Kayak gue sampah.” Dhipa tertawa sinis. “Dan sekarang, bukannya gue yang punya Alea... malah dia yang dapet momen itu. Sial!”
"Lo biarin Alea berdua sama Gio?”
"Gue pengen bawa Alea ke sini, ke apartemen ini. Gue pengen... lanjutin semuanya. Biar dia jadi milik gue. Tapi semuanya gagal total.”
"Udah, Dip. Kita masih bisa jalanin rencana lain.”
"Untuk sekarang, kerja aja di perusahaan bokap gue. Lo bisa sekantor sama gue. Urusan rencana lanjutan... gue yang atur.”
Bianca menatapnya tajam. “Gue cuma mau lo milikin dia. Sepenuhnya.”
"Gue bakalan bantuin sampai Lo dapetin dia,"
