Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyembunyikan Barang Bukti
Rivai mengikuti mobil di depannya menuju ke sebuah perkantoran. Sambil memantau mobil yang diikutinya ia mengirimkan alamat pada Firman yang juga tengah menuju kearah tujuan bersama.
Mobil yang diikuti Rivai memasuki jalaman parkir sebuah gedung. Rivai menghentikan motornya di depan gedung. Dia menunggu Firman datang.
Ketika melihat mobil Firman datang segera Rivai mendekat.
Firman keluar dari mobilnya mendekati Rivai, "Bagaimana?"
"Mereka masuk halaman parkir gedung itu,"
"Ya sudah kita tunggu di sini," ujar Firman
"Apa benar mereka itu diutus oleh Yanuar?" Rivai mengawasi gedung di depannya.
"Bisa jadi," angguk Firman.
Kedua lelaki tadi keluar dari gedung mengiringi Yanuar, lalu masuk ke dalam mobil.
Rivai yang cekatan segera mengambil foto Yanuar untuk ditunjukkan pada Adi, benarkah lelaki yang berkulit putih itu benar seorang Yanuar.
Mobil Yanuar keluar dari tempat parkir lewat di depan Firman dan Rivai yang mengawasi mereka.
Segera foto itu dilanjutkan ke Adi.
(Di ini Yanuar bukan?)
Rupanya Adi langsung membalas.
(Ya.dia anak Pak Sunyoto)
Firman langsung memberi info.
(Kami mau mengikuti dia)
Adi langsung merespon.
(Semoga lancar kerja keras kalian Saudaraku)
Kecurigaan Firman benar adanya. Mereka memang tengah menjalankan tugas dari Yanuar.
"Maaf Bos perempuan itu sudah beberapa hari bebas," ujar salah seorang dari dua lelaki itu.
Yanuar menampakkan kekecewaannya.
"Aku mau ketemu Sipir Penjara," setelah itu memerintah supaya mobil meluncur ke penjara.
"Kita ikuti, tapi jaga jarak, kamu di depan jangan kehilangan jejak,"
"Oke," angguk Rivai.
"Jangan lupa kirim berita padaku," pesan Firman.
"Jika mereka masuk jalur Tol kamu yang ikuti, jangan lupa kabari aku," balas Rivai.
"Oke," angguk Firman.
Sudah mereka atur, Rivai menggunakan motor untuk mengikuti di jalur luar tol. Dan firman bermobil untuk mengikuti jika mereka masuk jalur Tol.
Ternyata benar buruan mereka masuk jalan tol.
"Giliranmu mengikuti mereka," ujar Rivai pada Firman
"Oke," dan Firman pun mulai meninggalkan Rivai dan memasuki jamur Tol mengikuti dua mobil yang diikutinya.
Di depan penjara wanita kedua mobil memasuki halaman parkir. Mobil Firman pun berhenti di tempat yang agak jauh.
Yanuar dan kedua lelaki utusannya keluar dari mobil dan menuju ke gerbang penjara yang tertutup.
Ada dua satpam yang bertugas.
Firman memperhatikan gerak gerik mereka dengan teropong jarak jauh ia bisa melihat kegiatan Yanuar dan dua lelaki utusannya.
Yanuar bercakap cakap dengan salah seorang Satpam penjaga gerbang. Satpam meminta mereka menunggu di luar gerbang. Lalu salah seorang dari mereka masuk ke dalam.
Rivai memarkir motonya tak jauh dari mobil Firman. Sejenak mereka terlibat percakapan di ponsel. Hanya Firman yang mempergunakan teropong, sedangkan Rivai hanya duduk menunggu. Ia tak mau gerak geriknya jadi perhatian orang. Makanya yang dilakukannya adalah menghubungi Idam dan Gani. Ketiganya terlibat saling membagi kabar lewat pesan singkat tentang apa yang sedang dilakukannya hari ini.
Tentu saja Idam dan Gani sangat senang dengan penemuan pada tugas Rivai pada di hari pertama itu.
Yanuar memasuki gerbang penjara untuk menemui ibu sipir penjara.
Firman dan Rivai pura-pura mau besok ikut masuk.
"Itu Ibu Sipir penjara " karena
tak mau kehilangan momen, segera mengambil foto Sipir penjara yang sedang bercakap cakap dengan Yanuar.
Sudah cukup jelas apa yang didapat hari in.
Maka Firman menghubungi teman temannya untuk kembali bertemu di kantor. Tak lupa pula menghubungi Adi supaya datang ke kantornya.
Adi mendengar cerita Firman tentang hasil kerja hari ini. Semua bukti ia berikan pada Adi. Percakapan dua lelaki yang berhasil direkam Rivai sekaligus video sosok mereka. Lalu foto yang berhasil diambil Firman saat Yanuar bercakap cakap dengan Sipir penjara wanita itu.
"Jadi Tuan muda Yanuar, eh maksudku Mas Yanuar, masih penasaran pada Ibuku," Adi merasa cemas dengan kedatangan lelaki itu menemui Sipir penjara."Apa dia masih menaruh dendam pada ibuku?"
"Kita cari tahu lebih jelas lagi, Di" ujar Idam.
"Jika memang dia masih memburu ibumu dan juga dirimu, kita wajib lapor polisi untuk jaga jaga," usul Gani
"Ya hanya untuk antisipasi," sambung Rivai.
"Bisa," angguk Firman
"Ya Allah lindungi Ibu hamba," doa Adi sangat cemas akan keselamatan ibunya.
"Di kita harus bertemu si Ibu Sipir penjara," usul Firman.
"Ya boleh, kapan?" Adi sangat merespon."Sore ini juga"
"Memangnya kalian nggak ada keperluan yang lain?" Adi memandang keempat pengacara itu.
"Kami sudah berikrar untuk mengurus kasus Ibu Suryani secara tunggal sampai tuntas. Urusanmu ini yang terpenting bagi kami,"
"Terima kasih, kawan kawan kalian luar biasa," mengambang air mata Adi karena merasa terharu pada sepak terjang sahabatnya itu.
"Kita senasib sejak kecil. " Ujar Firman.
"Ya walau kamu nggak pernah ngemis, Di," tersenyum Idam.
Adi merangkul pundak Idam.
*
Yanuar merasa kecolongan. Dan merasa tak puas karena hukuman Suryani hanya dua puluh tahun. Itulah yang membuat Yanuar tak puas. Perempuan itu bersama anaknya telah membunuh papanya.
Yanuar segera berkunjung ke rumah mamanya.
Perempuan yang duduk di kursi roda itu mendengarkan keluhan ketidak puasan anaknya, tentang hukuman penjara yang dijalani Suryani.
"Sayang anakku," Ibu Sunyoto yang sudah berumur enam puluh lima tahun itu mencoba untuk menetralisir kekecewaan anaknya, "Sudah jangan buang waktu tentang itu. Biarkan dia bebas itu bukan urusan kita lagi. Dia sudah menebus kesalahannya mendekam di penjara selama dua puluh tahun. Berpisah dengan anaknya Penderitaannya sudah cukup Nak,"
"Tapi mereka menyebabkan Papa terbunuh, Mam!" Yanuar tetap tak terima. Di matanya Sunyoto seorang penyayang dan lelaki sabar dan setia pada mamanya walau mamanya sakit sakitan.
"Jangan pelihara dendammu, itu tak baik, hanya membuatmu tersiksa dengan emosi sendiri. Ikhlaskan sudah takdir Tuhan umur papamu sampai disitu,"
"Ma kenapa sih kok masih membela anak dan ibu itu?!" Yanuar menatap mamanya, "Ma bagi saya mereka adalah pembunuh Papa,"
Yanuar tak puas saat meninggalkan rumah mamanya. Dan sesungguhnya Nyonya Sunyoto menyembunyikan sesuatu dari Yanuar sampai saat ini.
Dua puluh tahun lalu dia tahu semuanya tentang kejadian itu. Dari.CCTV di ruang kerja suaminya dia melihat semuanya. Hatinya marah dan sedih saat ia menyaksikan rekaman CCTV itu.
Sunyoto yang salah karena dia mencoba untuk menodai Suryani. Itu semua akibat dirinya sakit berkepanjangan dan tak bisa melayani suaminya hingga suaminya almarhum nyasar ingin melampiaskan napsu lelakinya pada Suryani.
Nyonya Sunyoto langsung menyembunyikan rekaman itu. Ia malu jika sampai kelakuan suaminya diketahui orang lain.
Terlebih lagi pada Yanuar. Dia tak mau Yanuar kecewa dengan ulah papanya. Karena anak tunggalnya itu sangat dekat dan bangga dengan papanya. Dia tak mau Yanuar tahu soal kebenaran itu.
Jika aku terus menerus menyembunyikan kebenaran ini Yanuar akan terus dendam, dan mencari Suryani dan anaknya. Lalu aku harus bagaimana, batin Nyonya Sunyoto.
Lalu aku harus bagaimana?