Semua sudah diatur kita hanya menikmati alur yang sudah ditentukan dan juga ditakdirkan untuk kita.
Alisha seorang Dokter umum yang mengambil spesialis di salah satu rumah sakit. Wanita cantik yang sehari-hari menggunakan hijab yang memiliki wajah teduh yang menenangkan semua orang yang siapa saja melihat dirinya.
Siapa sangka calon pewaris rumah sakit itu dijodohkan pada dia.
Dalam usia yang sangat muda Alisha harus menikah dengan Adrian sang calon pewaris rumah sakit. Adrian sangat terpaksa menikah dengan Alisha. Karena tidak ingin hak waris rumah sakit jatuh kepada orang lain.
Pernikahan yang indah yang pernah menjadi impian Alisha yang ternyata tidak sejalan dan semulus itu. Bagaimana tidak dia harus menikah dengan laki-laki yang tidak menginginkannya.
Alisha harus menjalani rumah tangganya yang tidak seperti rumah tangga pada umumnya. Laki-laki yang dia nikahi bersikap tidak baik.
Lalu apakah Alisha akan bertahan dalam pernikahannya atau justru akan mundur?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Melamar
Alisha yang sekarang sedang berada di ruangan Eyang yang memeriksa Eyang dengan menyuntikkan sesuatu ke dalam infus Eyang yang mungkin saja vitamin.
"Eyang banyak pikiran?" tanya Alisha yang melihat kondisi itu sedikit menurun.
"Saya bertengkar lagi dengan cucu saya," jawab Eyang menghela nafas.
"Perdebatan masalah pilihan?" tebak Alisha. Eyang menganggukkan kepala.
"Eyang harus menjaga kesehatan dan jangan terus memikirkan hal yang berat," ucap Alisha menyarankan.
Eyang hanya mengangguk. Bagaimana dia bisa menjaga kesehatan. Jika orang yang dia harapkan tidak bisa di harapkan.
"Ini sudah malam dan hampir jam 11.00 malam. Kamu masih tetap bekerja?" tanya Eyang.
"Benar Eyang," sahut Alisha.
"Apakah kamu ada shift malam?" tanya Eyang.
"Tidak Eyang," jawab Alisha dengan santai.
"Lalu kenapa kamu masih berada di rumah sakit?" tangan Eyang heran.
"Kebetulan saya menggantikan rekan saya yang lain. Jadi saya masih bertugas," jawab Alisha dengan singkat.
"Mengambil Dokter spesialis adalah pekerjaan yang sangat sulit dan juga pasti dipenuhi dengan beban. Apakah kamu juga mengalami kesulitan yang sama?" tanya Eyang.
"Dalam suatu pekerjaan pasti ada sulit dan tidak dan insya Allah kesulitan itu akan mudah dihadapi, jika kita ikhlas menjalankannya," jawab Alisha dengan santai.
Eyang tersenyum yang terlihat semakin suka dengan jawaban yang diberikan Alisha. Bagaimana tidak dia semakin mengagumi Dokter tersebut.
"Alisha keluarga kamu juga adalah seorang Dokter?" tanya Eyang.
"Tidak Eyang. Hanya saya saja sebagai seorang dokter dan kebetulan papa dan juga kakak saya bekerja di Perusahaan," jawab Alisha.
"Iya saya tahu itu," sahut Ambar yang membuat Alisha menoleh.
"Eyang tahu?" tanya Alisha.
"Maksud saya. Kebanyakan Dokter itu pasti orang tuanya pengusahaan," sahut Ambar yang tiba-tiba meralat jawabannya.
"Begitu," sahut Alisha yang tidak berpikir apapun.
"Jadi kamu punya kakak?" tanya Eyang yang memang tiba-tiba saja begitu ingin tahu lebih lagi tentang Alisha.
"Benar sekali Eyang!" jawab Alisha.
"Apa mereka sudah menikah?" tanya Eyang.
"Belum Eyang, kakak kedua saya belum menikah yang ikut membantu papa mengurus Perusahaan, karena jika bukan beliau maka siapa lagi," jawab Alisha.
"Begitukah," sahut Eyang tersenyum. Di balik senyum itu seperti ada sesuatu yang ingin dia lakukan dan entahlah apa itu. Tetapi Alisha hanya menggapai santai saja. Walau ini pasien pertamanya yang mempertanyakan tentang keluarganya.
**
Alisha yang menuruni anak tangga seperti biasa pagi-pagi yang mengikuti sarapan bersama dengan keluarganya.
"Pagi, Ma, Pa, Kak Mike," sapa Alisha.
"Pagi Alisha, ayo kamu cepat sarapan, nanti kamu telat!" ucap Riana.
Alisha mengangguk yang langsung menuju ke samping kakaknya dan juga langsung mengambil setangkap roti yang langsung memberi selai Nutella seperti biasa.
"Alisha Papa ingin membicarakan hal penting dengan kamu," ucap Agam tiba-tiba.
"Apa itu Pah?" tanya Alisha heran
"Apa kamu sudah siap untuk menikah?" tanya Agam tiba-tiba yang membuat Alisha kaget sampai tidak jadi makan dan begitu juga dengan Mike yang langsung melihat ke arah sang Papa. Pertanyaan itu tampak sangat serius.
"Pah ada apa tiba-tiba mempertanyakan masalah kesiapan Alisha untuk menikah atau tidak," sahut Mike yang sepertinya lebih sensitif kepada adiknya.
"Alisha ada keluarga yang sangat baik yang melamar kamu," ucap Agam yang langsung menyampaikan hal penting.
"Perwakilan keluarga itu menemui papa dan menyampaikan niat baik beliau untuk melamar kamu dan beliau mengatakan sudah mengenal kamu. Dia ingin kamu berdampingan dengan cucunya," jelas Agam dengan singkat dan tanpa basa-basi.
Alisha terdiam yang mungkin begitu terkejut yang tiba-tiba saja ada yang ingin melamar dia dan padahal rencana pernikahan belum ada di benaknya. Tatapi Alisha tidak pernah menutup diri atau menargetkan kapan harus menikah.
"Papa mengenal baik keluarga mereka dan alhamdulillah beliau juga Papa kenal dengan baik dan kamu juga pasti mengenal beliau," ucap Agam yang membuat Alisha menyerngitkan dahi kebingungan.
"Bagaimana Alisha?" tanya Agam yang ingin meminta kepastian putrinya itu.
"Memang siapa Pah?" tanya Alisha.
"Kamu bertemu dulu dengan beliau dan berbicaralah dengan beliau. Kebetulan beliau juga memiliki sangkut paut dengan rumah sakit tempat kamu bekerja. Jadi akan memudahkan kalian untuk berkomunikasi," jawab Agam yang membuat penasaran saja.
Alisha mengkerutkan dahi yang semakin bingung dan juga sangat penasaran dengan siapa orang yang dikatakan Agam. Penuh teka-teki dan Agam bukan langsung saja memberi tahu.
"Bagaimana Alisha?" tanya Agam.
"Seperti apa yang dikatakan Papa. Alisha akan bertemu dulu dengan orang tersebut dan semoga Allah mempermudah segalanya," sahut Alisha yang selalu menanggapi segala sesuatu dengan positif dan dengan tenang.
"Jangan pernah memaksakan sesuatu Alisha. Jika kamu memang belum siap untuk menuju ke pernikahan, maka jangan melakukan hal itu! Karena apa yang di paksakan atau melakukan karena tidak enak, maka hasilnya tidak baik," sahut Mike yang memberikan nasehat kepada adiknya.
Alisha menganggukkan kepala yang memang dia pasti tahu apa yang terbaik untuk dia dan keluarganya juga pasti tahu apa yang menurut keluarganya baik. Tetapi tetap semua keputusan ada pada Alisha.
"Semoga semua berjalan dengan baik," sahut Riana.
**
Alisha yang baru saja sampai rumah sakit dan tiba-tiba sudah berhadapan dengan Dokter Katty. Alisha menundukkan kepala di hadapan Dokter tersebut.
"Apa lagi yang kamu lakukan hah!" Dokter Katty yang sepertinya sangat marah yang membuat Alisha dan tidak tahu apalagi kesalahan yang dia lakukan.
"Maksud Dokter Apa?" tanya Alisha bingung.
"Saya menyuruh kamu hanya 2 hari mengurus pasien kamar 127 dan kamu sudah membuat ulah," uca Dokter itu yang semakin marah.
"Tapi--- Saya tidak melakukan apapun," sahut Alisha yang memang merasa tidak melakukan kesalahan apapun.
"Argggghhh sudahlah, sekarang kamu temui pasien itu dan pertanggungjawaban semua yang telah kamu lakukan dan jangan dilibatkan saya. Saya tidak mau mendapatkan masalah karena kamu. Dia ingin berbicara serius kepada kamu dan kamu harus tahu pasien itu bukan pasien sembarangan dan jangan sampai gara-gara kamu saya jadi kena!" tegas Dokter Katty yang membuat Alisha jadi bingung sendiri.
"Kenapa kamu masih tetap diam di sini. Kamu tidak mau melakukan apa yang saya katakan?" tanya Dokter Katty dengan nada menekan.
"Ba-baik Dokter!" sahut Alisha.
"Apalagi yang aku lakukan!" batin Alisha dengan kebingungan yang tidak tahu apa kesalahannya. Tidak ingin mendapatkan masalah lebih banyak Alisha langsung menuju kamar 127.
Alisha yang sudah sampai di depan kamar itu dengan menarik nafas dan membuang perlahan kedepan.
"Assalamualaikum!" sapa Alisha yang membuka pintu kamar itu dan kali ini dia tidak ditemani oleh Suster. Alisha yang terlihat sangat buru-buru bahkan belum sempat ke ruangan istirahat untuk meletakkan tasnya dan juga tidak membawa alat medis apapun.
"Walaikum salam," sahut Eyang yang terlihat tampak biasa saja dan tidak terjadi sesuatu yang seperti dikatakan Dokter Katty.
Wanita paruh baya yang masih dalam perawatan itu bersandar di kepala ranjang malah tersenyum kepada Alisha. Alisha yang langsung masuk yang berdiri di samping Eyang.
"Apa Eyang mengalami sesuatu dan apa saya melakukan sesuatu kesalahan?" tanya Alisha dengan wajah yang tampak panik.
"Saya tidak kenapa-kenapa Alisha," sahut Eyang dengan tersenyum.
"Tapi tadi senior saya mengatakan Anda memanggil saya untuk membicarakan hal serius," sahut Alisha.
Bersambung
bukannya mama