NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Move On.

Kekasihku menangis seusai bercerita tentang rencana pernikahannya dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Laki-laki dewasa yang sudah mapan, berbeda denganku yang masih dianggap kekanak-kanakan oleh orang tuanya. Hatiku terluka, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mahasiswa miskin sepertiku memangnya bisa apa? Aku tidak bisa memberikan apa-apa untuk menjamin Berta bisa hidup berkecukupan denganku.

Aku tahu kalau aku seharusnya menyerah, tapi aku tidak ingin menyerah. Aku terlanjur mencintai Berta, kekasihku. Sampai kapan pun rasanya aku tidak akan rela milikku menjadi milik laki-laki lain. Tapi aku tidak tahu bagaimana harus mempertahankan Berta. Keras hati saja tidak bisa membuat Berta bahagia di sisiku. Aku harus punya modal untuk membahagiakan Berta, tapi sebagai mahasiswa nyaris abadi harapan macam apa yang kupunya. Lulus tahun ini saja syukur.

“Kita harus apa, Sayang?”tanya Berta terisak.

“Keputusan ada ditangan kamu,”jawabku datar.

“Jangan gitu. Bantu aku juga buat mikirin semuanya. Keputusannya ada di tangan kita berdua, Han.”

“Aku bisa apa emangnya?! Kamu nggak sebanding sama aku! Aku miskin, Ta! Bisa bayar uang kuliah aja aku bersyukur! Kita jalan aja kamu yang bayarin! Kalo kamu mau hidup susah sama aku, pilih aja aku! Kamu sanggup?!”bentakku.

“Aku cinta kamu, Han. Uang yang kukeluarin nggak usah di hitung. Bahagiamu bahagiaku juga. Toh uang itu kita habisin berdua. Nggak masalah buatku harus ngeluarin uang buat kita berdua.”

Aku diam. Mendengarnya bicara begitu membuatku merasa harga diri ternoda sebagai laki-laki. Makan saja dia yang bayari, bagaimana mungkin aku bisa berbangga diri sebagai pacarnya.

“Ngomong, dong, Sayang,”mohon Berta.

“Aku nggak tau harus bilang apa. Sorry.”

Berta menangis lagi dan aku cuma bisa diam.

Ketika membuka pintu kamar kosku, aku mendapati adikku Lando sedang berciuman dengan pacarnya, Nita. Gadis SMA itu merona saat aku melotot mendapati kejadian tidak senonoh itu. Lando menatapku tajam. “Ketuk dulu kalo mau masuk, Bang! Ganggu aja lo!”bentaknya.

“Lo yang salah! Ngapain lo bikin mesum gitu di kamar kita! Gue aja yang udah bangkotan nggak pernah bawa cewek ke sini!”balasku.

“Jangan sama-samain lo yang cupu itu sama gue! Kita beda kasta!”

Aku mendengus. Lahir saja dari perut yang sama, bagaimana ceritanya kami bisa beda kasta. “Anterin cewek lo pulang. Gue mau tidur.” Aku lalu membaringkan tubuhku di kasurku lalu aku memejamkan mata.

“Ye! Kelarin tuh skripsi. Ini udah tahun kelima lo kuliah. Nggak mau lulus lo?”

“Diem, deh! Mau lo mulut bego lo itu gue sumpel pake kaos kaki?”

Lando diam saja, tapi aku mendengarnya saat ia membuka dan menutup pintu kamar. Aku mengintip dan benar saja, Lando dan pacarnya sudah keluar dari kamar. Aku mendesah lega. Baguslah aku tidak tahan melihat mereka berdua bermesraan saat aku sedang patah hati seperti sekarang. Aku butuh istirahat saat ini.

Aku memejamkan mata tapi bayangan Berta langsung muncul menggantikan kegelapan yang harusnya kulihat. Aku mendecak. Cinta benar-benar hanya membuat hidupku semakin rumit saja. Tidak bisakah aku istirahat sesaat saja dari bayangannya?

Aku menjentik rokokku agar abunya turun lalu menghisap panjang sampai rokok yang sudah pendek itu jadi semakin pendek. Aku membuang puntung rokokku ke asbak lalu memutuskan untuk focus lagi pada bab akhir skripsiku. Bab ini tinggal diedit sedikit seperti kata dosen pembimbing skripsiku. Tinggal selangkah lagi menuju sidang, aku tidak ingin lalai seperti biasanya. Aku harus lulus semester ini.

Pintu kamar kosku terbuka lalu Lando masuk ke dalam kamar bersama Nita. “Bang Nita bawain makan siang buat kita. Makan dulu, yuk,”ajaknya.

“Bentar. Gue lagi fokus, nih.”

“Itu skripsi, ya, Bang?”tanya Nita.

“Iya,”jawabku singkat.

“Kuliah susah nggak, sih, Bang?”tanyanya lagi.

“Lumayan, Nit. Kenapa? Mau kuliah Fisika juga.”

“Nggak, deh. Lulus nanti Lando udah ngajakin nikah.”

Aku menoleh kaget. “Buset! Ndo, lo serius mau nikahan Nita habis lulus STM? Kata lo mau kuliah teknik mesin!”

“Nggak. Gue mau kerja di pabrik aja. Udah ada tawaran, jadi gue ambil aja. Gue nggak mau bebanin Mama sama Papa buat nyediain uang kuliah. Yang kuliah aja belum tentu dapet kerjaan apalagi kalo harus jadi mahasiswa abadi kayak lo, Bang. Ngeliat lo kesusahan nulis skripsi aja gue udah empet.”

Aku hanya bisa menatap mereka yang sedang bersiap-siap untuk makan siang. Mereka berdua sejak dulu memang mesra sekali. Nita selalu bersikap patuh pada kemauan Lando, nyaris seperti budak cinta adikku itu. Lando pun setia pada Nita sejak mereka pertama pacaran, selalu dibuat bahagia oleh sikap memuja Nita. Jika dibandingkan hubunganku dengan Berta, kami tidak ada apa-apanya. Saat ini rasa iri menggumpal di hatiku, membuatku terpaksa menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa sesak di dada.

“Mama sama Papa udah tau, Ndo?”tanyaku.

“Udah. Awalnya mereka nggak setuju, tapi setelah aku jelasin semua rencana kami ke depannya, Mama sama Papa mau ngerti.”

“Orang tua Nita gimana?”

“Mama sama Papa Nita juga ngerestuin, soalnya Nita berencana kerja juga selulus SMA. Di tempat kerabatnya gitu. Iya, kan, Sayang?”

Nita mengangguk sambil tersenyum.

“Terus gue gimana? Lo nggak ngerasa bersalah gitu, ngelangkahin gue?”tanyaku tidak terima. Aku merasa sedikit terhina dengan keputusan Lando untuk menikah lebih dulu dari pada aku. Seolah-olah aku sebegitu tidak lakunya sampai adikku berpikir untuk menikah lebih dulu.

“Ya mau gimana lagi. Emang lo mau nikah sama Kak Berta dalam waktu dekat? Kalo gitu ceritanya gue mau bersabar sebentar nungguin lo nikah lebih dulu sama Kak Berta.”

Aku mendecak. “Jangan sebut nama Berta lagi. Dia udah dijodohin orang tuanya.”

Lando menatapku dengan pandangan iba. Aku mengabaikannya. Aku tidak suka dikasihani. Ketidakberuntungan dalam hidupku tidak pantas dikasihani orang lain. Aku lebih memilih merasakan semua kesedihanku sendiri tanpa simpati orang lain.

“Bang, Kak Berta nyariin lo tuh,”kata Lando saat aku sedang sarapan di kamar kos kami.

Aku mendecak. “Suruh pergi aja. Males gue nemuin dia.”

Lando melotot. “Nggak sopan banget, sih lo, Bang! Kak Berta itu datang ke sini baik-baik! Masa lo nyuruh gue ngusir dia, sih!”omelnya.

Aku mendesah lalu menghisap lama rokok yang sedang kusulut. “Suruh dia nunggu bentar. Bilang gue baru bangun,”putusku akhirnya.

“Dih! Nggak sudi gue bohong demi lo. Gue bilang lo lagi sibuk ngerokok aja, ya.”

Berta benci melihatku merokok. Mungkin bagus juga kalau dia kesal. “Terserah lo, deh,”kataku.

Lando pun pergi dari kamar, tidak lupa menutup pintu.

Aku melamunkan kenangan manisku dengan Berta. Setiap senyum gadisku itu, setiap cemberutannya dan perhatiannya. Aku tidak ingin mengakhiri hubungan kami, tapi aku terlalu pengecut untuk menghadapi orang tuanya. Aku tidak punya apa-apa. Orang tuaku hanya petani, bukan konglomerat seperti orang tuanya. Aku tahu diri, karena itu aku memilih menyerah.

Apalagi Mama Berta sudah memintaku untuk menjauhi anak gadisnya yang akan ia jodohkan itu. Walau iming-iming uangnya kutolak atas nama harga diri, aku akan tetap menjauhi anak gadisnya itu. Aku tidak sudi di rendahkan oleh orang tua pacarku hanya karena aku orang miskin. Karena itu pulalah cintaku pada Berta berubah jadi benci.

Aku terus mengulur waktu. Satu batang rokok berubah menjadi satu batang lagi, lalu satu batang lagi, sampai sebungkus rokok yang baru kubeli hamper habis. Aku melirik jam dinding. Hampir satu jam kubiarkan Berta menunggu. Mungkin sekarang dia sudah pergi. Kuharap begitu.

Aku keluar dari kamar lalu berjalan lambat menuju ruang tamu. Saat kulihat sosoknya berurai air mata di ruang tamu sendirian, aku mendesah keras. Dia memang terlalu baik dan sabar. Entah kenapa aku bisa lupa.

“Kenapa nangis?”tanyaku sarkas. Aku menghempaskan tubuhku di sofa, menatapnya yang menatapku terluka. “Ngerasa kecewa karena karekter buruk pacarmu ini?”

“Aku nggak mau berantem,”katanya. Ia menyusut hidung. “Aku ke sini mau bilang, aku terima calon yang orang tuaku pilih.”

Rasa sesak di dadaku terasa sangat menyakitkan. “Baguslah,”kataku pelan.

Berta memaksakan senyum. “Aku pamit. Sampai ketemu di resepsi. Aku akan kirim undangannya. Jangan jadi pengecut. Datanglah.”

Aku membiarkan Berta pergi. Tidak ada gunanya mencegahnya melangkah menjauh. Walau dadaku terasa perih, aku membiarkannya berlalu. Aku kembali ke kamarku, menyelimuti tubuh lalu membiarkan air mataku luruh. Cintaku sudah pergi. Dan sepertinya dia tidak akan kembali.

Aku menghembuskan asap rokok ke udara malam. Di temani Lando yang hanya diam, aku meratapi kisah cintaku yang berakhir sore tadi. Halaman belakang kos memang tidak menarik. Hanya ada tali untuk menjemur pakaian dan semak-semak yang belum dipangkas. Meski pun begitu, aku lebih suka berada di sini sekarang. Aku bisa menangis di sini dan tidak akan ada yang tahu selain kami berdua. Aku dan rahasia patah hatiku aman di sini.

“Rugi lo Bang, ngelepas cewek kayak Kak Berta. Dia mau terima kekurangan lo, Bang. Dia ngajak lo susah-senang bareng-bareng, tapi lo malah campakin dia,”kata Lando.

Aku mendesah. “Gue nggak tau bisa bertahan berapa lama lagi di kampus, Ndo. Mana mungkin gue mau bergantung hidup sama Berta. Masa depannya lebih cerah tanpa gue.”

“Pesimis amat lo, Bang.”

“Emang harapan apa yang gue punya?”

Lando diam. Aku meliriknya. Aku mendapatinya sedang menatapku dengan pandangan iba. Aku mendengus lalu kembali menghisap rokokku. Aku hanya ingin mengobati luka patah hatiku dengan cara mengobrol dengannya. Aku tidak butuh di kasihani.

“Gue juga awalnya nggak punya harapan apa-apa, Bang. Tapi karena Nita ngajak mikir bareng-bareng, gue jadi bisa mikirin solusi buat masalah kami. Kak Berta pernah ngajak lo buat mikir bareng-bareng juga nggak?”

“Pernah. Tapi gue nggak mau.”

“Kenapa?”

“Mamanya Berta udah ngasih notis buat ngejauhin anaknya. Gue bisa apa coba? Tanpa restu, harapan apa yang gue punya?”

Lando mendesah. “Emang nggak ada solusi kalo gitu,”katanya.

“Itu lo tau.”

“Tapi kan bisa kawin lari, Bang. Kak Berta pasti mau, kok.”

Aku mempelototi Lando. “Minta gue gampar, ya, lo!”

Lando cengengesan. “Cuma bercanda. Serius amat lo.”

“Becanda lo nggak lucu!”

“Sorry, Bang,”katanya lunak.

Aku mengalihkan pandangan ke arah semak-semak. Aku menatapi rumpun rimbun itu, tapi pikiranku melayang ke masa lalu. Kenangan saat aku menyatakan perasaanku pada Berta muncul, membuat air mataku terbit. Aku menghela nafas berat. Semua harapanku dari masa lalu ikut terkenang, membuat patah hatiku semakin parah.

“Emang nggak gampang, Bang. Gue tau lo sayang banget sama Kak Berta. Tapi lo harus kuat. Kalo kalian sama-sama nyerah lo harus terima kenyataan kalo kalian emang nggak ditakdirin buat bareng-bareng. Cari yang lain. Pasti ada cewek yang ditakdirin buat dampingin lo,”kata Lando bijak.

Lando benar. Aku harus move on. Aku harus menghadapi kenyataan tidak menyenangkan ini. Pasti akan ada nasib baik yang menunggu untuk kujalani bersama perempuan yang bisa membuatku berpikir untuk menetap lagi.

“Gue bakal perjuangin kuliah gue dulu, baru cari cewek lagi,”putusku.

“Gitu, dong!”

Aku tersenyum. Aku harus jadi laki-laki yang pantas untuk dipertahankan dulu, lalu aku akan mencari pengganti Berta. Pertama aku akan lulus kuliah lalu cari kerja. Nasibku akan baik kalau aku mau berusaha. Aku yakin.

~Selesai~

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!