NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Gendis

Cinta Terakhir Untuk Gendis

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Angst
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: 9irlpower

Sekuel ketiga, dari kisah cinta Gendis yang tragis, dan menyedihkan.

Setelah serentetan kejadian yang menimpa Gendis. Gendis pun sudah berusaha lagi untuk bangkit, dengan bantuan para power rangersnya dan teman-temannya yang lain.

Kali ini, Gendis dipertemukan dengan seorang wanita baik yang mau memberikan cintanya ke Gendis. Wanita itu berniat menjodohkan Gendis dengan putra bungsungnya.

Siapakah dia? yang akan menjadi tambatan hati Gendis. Dan apakah kali ini Gendis bisa mengakhiri serentetan kisah tragisnya? dan berakhir dengan dia—, yang nggak pernah Gendis sangka-sangka, akan ada di dalam kisah percintaannya yang terakhir.

Dan semua kisah pun akan terkuak di seri terakhirnya Gendis, dengan kemunculan orang-orang lama yang pernah ada di kesehariannya Gendis.

Yuk ... kembali ramaikan kisahnya Gendis.

Yang kepo sama kisah sebelumnya, baca dulu yuk [Cinta Pertama Gendis] dan [Mencob Jatuh Cinta Lagi] Karya 9irlpower.

Selamat Membaca 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 9irlpower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 3 [Dibikin Bete, Dan Bingung Secara Bersamaan]

Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Gendis sudah bangun, menyiapkan sarapan dan sudah mandi tentunya.

"Mau ke mana nih, anak gadisnya pak Bayu. Hari libur udah bangun pagi, udah mandi, udah cantik, udah rajin bikin sarapan sendiri." cicit pak Bayu, yang baru aja masuk ke dalam rumah setelah berolah raga.

Gendis tersenyum lebih dulu, sambil memberikan piring yang sudah diisinya dengan nasi goreng.

"Mau ke rumah bu Denayu, Yah," ucap Gendis, setelah memberikan sepiring sarapan ke Ayahnya.

"Terima kasih nak. Tapi, bu Denayu itu siapa ya?" sahut pak Bayu, sekaligus mengajukan pertanyaan.

Nggak lama, datanglah bu Ayu yang sama baru habis berolah raga dengan suaminya tadi, tapi duluan pak Bayu yang masuk ke rumah.

"Itu loh Yah, owner Line hotel tempat Gendis praktek kerja lapang. Dulu Gendis sama Gitta pernah bantuin ibu itu, waktu ibu itu dibegal." timpal bu Ayu, membantu menjawabi.

"Mau apa ke sana?" tanya pak Bayu, setelah ingat dengan kisah yang sudah Gendis jelaskan sebelumnya.

"Terakhirkan Gendis ketemu ibu itu lagi, waktu jemput Maya di stasiun. Terus bu Denayu kecopetan, berkas kantor dan laptopnya diambil dan Gendis bantuin. Tapi cuma bantu cari jambretnya aja, dan selebihnya udah ada supirnya bu Denayu yang bantu. Ekh ... masa Gendis mau dikasih hadiah Yah. Mana hadiahnya mahal banget, ada rumah, kendaraan, liburan, uang saku, biaya sekolah dan banyak lagi deh ..." seru Gendis, antusias menjelaskan pada Ayahnya yang memang jarang mendengar kesehariannya, dan kali ini Gendis baru bisa menceritakan semuanya.

"Baik banget ibu itu. Tapi Ayah nggak mau kamu jadi memanfaatkan ibu itu ya? Ayah masih mampu kok, untuk membiayai kamu." sahut pak Bayu, menasihati.

"Iya Yah ... Gendis juga udah nolak semuanya, tapi Gendis nggak tega sama bu Denayu karena lagi sakit." timpal Gendis, lalu menjelaskan alasannya menerima hadiah dari bu Denayu, tapi bukan berupa barang, namun melainkan jasa.

"Habis, Gendis bingung Yah. Yaudah aja, Gendis minta diajarin bahasa Inggris. Kebetulan jugakan, Gendis nggak terlalu mahir bahasa Inggris." timpalnya lagi.

Pak Bayu lalu tersenyum dengan puas, karena putrinya nggak rakus memanfaatkan orang lain yang sedang kesusahan.

...****************...

Setelah sarapan. Jam 9 pagi, pak Toni supir bu Denayu sudah menjemput Gendis di rumahnya.

Gegas Gendis berpamitan dengan kedua orang tuanya, dan buru-buru pergi supaya nggak ketemu Jingga, yang ditakutkannya malah mau ikut juga.

"Selamat pagi non Gendis." sapa lelaki berbadan tegap yang nggak lain pak Toni, sudah menunggu di luar mobil, yang dipakainya untuk menjemput tamu majikannya.

"Selamat pagi pak Toni," balas Gendis, diakhiri dengan senyuman, lalu pak Toni mau membukakan pintu belakang.

"Pak, Gendis duduk di depan aja boleh nggak?" selanya, sebelum pintu dibuka lebar.

"Oh ... Boleh non," ucap pak Toni, lalu mau membukakan pintu, tapi Gendis sudah membukanya lebih dulu.

Pak Toni lalu masuk ke dalam mobil, setelah memastikan Gendis sudah duduk di samping kemudi.

"Sudah sarapan non?" tanya pak Toni, memulai percakapan dan sejak tadi memang beliau begitu ramah mengajak Gendis berkomunikasi.

"Sudah pak. Bapak sendiri, sudah sarapan?"

"Sudah juga non, tadi sarapan di mess." dijawabi pak Toni, sambil melajukan kendaraan.

"Oh ya pak, Gendis mau tanya boleh?" selanya, sambil kepalanya mengarah memperhatikan lawan bicaranya.

"Silahkan non," ucap beliau, membalas menatap Gendis dan kemudian fokus lagi ke jalanan.

"Pas kemarin kita ketemu, Gendis kayak pernah lihat bapak sebelumnya deh. Tapi Gendis lupa di mana."

Pak Toni masih fokus ke jalanan, wajahnya yang semula tersenyum, seketika berubah canggung.

"Kurang tau ya non? Seingat non, kita pernah bertemu di mana memangnya?"

Gendis juga sedang mengingat-ingat kejadian, dan saat ini yang teringat di benaknya, pun langsung disampaikan ke pak Toni. "Gendis pernah ditolongin, sama dua orang laki-laki gitu. Badanya besar, kayak bapak dan pakai jas hitam gini."

"Oh ... Mungkin non salah orang," ucap pak Toni, dengan senyuman yang begitu canggung.

"Memangnya, non ditolong karena apa?" imbuh pak Toni, kali ini mengalihkan dengan mengajukan pertanyaan.

"Kecelakaan pak, udah lama sih memang. Ya mungkin bener yang bapak bilang, Gendis mungkin salah orang. Hhhe hhhe ..." timpal Gendis, dengan diakhiri tawa.

"Kecelakaan? apa parah non?"

"Ya gitu pak, sempet nggak sadar 3 atau 4 hari gitu deh."

"Ya bersyukur sekarang non sudah baik-baik aja," ujar pak Toni, ikut senang setelah dibuat cemas karena mendengarkan kondisi kecelakan yang pernah Gendis alami.

Gendis mengangguk pelan, lalu kembali mengajak pak Toni berkomunikasi.

"Oh iya pak, Gendis punya permintaan. Boleh nggak, bapak panggil Gendis langsung nama aja. Kan Gendis bukan bosnya pak Toni, jadi bapak bisa panggil tanpa pakai non."

"Baik non, ekh ... hahaha ... Gendis maksudnya," ujar pak Toni, diakhiri dengan tawa karena belum terbiasa dengan perubahan sapaan, untuk memanggil Gendis tanpa embel-embel 'non'.

...****************...

Setelah perjalanan yang memakan waktu 45 menit, akhirnya Gendis tiba di kediaman bu Denayu yang begitu menyejukkan mata.

Saking fokusnya Gendis menikmati pemandangan di rumah itu, membuatnya baru sadar kalau asisten rumah tangga di rumah itu, membawa Gendis ke ruangan lain.

"Oh ya non, sebelum non masuk dan bingung. Ada yang mau saya sampaikan." wanita ini menjeda ucapannya, lalu mendekat dan kemudian berbisik ke Gendis. "Tadi waktu pak Toni jemput non, ibu dibawa ke rumah sakit karena kondisinya drop. Jadi, non nanti bertemu dengan anaknya bu Denayu."

Kedua netra Gendis langsung melotot, lalu tangannya reflek memegang tangan asisten rumah tangga di hadapannya itu.

"Tapi bu, kondisi bu Denayu gimana?"

"Kita doakan saja non, nyonya baik-baik saja. Saya juga belum mendapatkan kabar dari tuan Dimas, mengenai kondisi nyonya."

"Mari non, kita masuk. Den Daniel suka rewel, kalau menunggu lama." kata asisten ini, menyela agar Gendis segera masuk.

"Daniel?!" kaget Gendis, merespon ucapan pegawai bu Denayu.

"Non mengenal putranya nyonya?"

"Ekh, nggak. Itu, saya pikir anaknya bu Denayu perempuan." sahut Gendis, menjawabi pertanyaan pegawai bu Denayu.

"Semua anaknya laki-laki non, yang perempuan hanya menantunya saja," kata asisten ini, menjelaskan keluarga majikannya.

Gendis anggukan kepalanya, lalu masuk ke dalam kamar yang sama mewahnya, dan persis seperti ruang santai di kamar bu Denayu.

Pegawai yang mengantarkan Gendis, lalu mengetuk sebuah pintu dan menjelaskan alasannya mengetuk. "Den ... tamunya nyonya sudah datang.

"Iya bik ...," kata lelaki dari dalam ruangan itu.

Setelah memastikan ada jawaban, wanita tadi pun mendekati Gendis.

"Yang non butuhkan, sudah ada di meja. Jadi saya pamit ya non, nanti kalau non butuh apa-apa, sampaikan saja ke den Daniel."

Gendis anggukkan kepalanya, lalu berjalan mendekati ruang santai.

Setelah asisten tadi pergi, suara bariton pun terdengar di telinga Gendis.

"Janjian sama nyokap gue jam berapa?" tanyanya, disertai buku yang tiba-tiba aja mendarat di atas lantai, sempat membuat Gendis kaget dan mendongakkan kepalanya.

"Gue cuma bilang sebisa nyokap lo, jadi nggak memberatkan nyokap lo." sahut Gendis, lalu bergerak dari posisi duduknya, bermaksud memperkenalkan dirinya.

Tapi apa yang terjadi? Begitu Gendis bangkit dan tangannya sudah terulur, putra bu Denayu pun malah mengalihkan dan duduk sambil berucap. "Mulai besok, datengnya pagian ya? Jam 9 udah harus sampai di sini." tegas Daniel, dengan nada ketus sambil membereskan buku yang tadi sempat dilemparnya ke lantai.

Gendis langsung bete, karena sikap Daniel yang ketus.

"Iya, pastiin aja ke pak Toni. Kalau jemput gue berarti agak pagi." Gendis membalas Daniel, dengan nggak kalah ketusnya.

"Hmm ..." hanya dehaman yang terdengar, tanpa Daniel menatap Gendis sedikit pun.

"Kita langsung mulai aja deh," ucap Gendis, udah langsung bete karena ternyata anak bu Denayu nggak seramah Ibunya.

"Sebelum mulai, pemahaman lo udah sampai mana?" Daniel bertanya, dengan sikap sama tanpa melihat wajah Gendis, malah sambil menyentuh snack yang tersaji di atas meja.

"Mulai dari awal aja, anggep gue nggak ngerti apa-apa soal bahasa Inggris." dijawabi Gendis, sambil mengeluarkan buku tulis dan juga bolpoin, sekaligus Gendis membalas sikap nggak sopannya Daniel yang bahkan nggak mau berkenalan dengannya.

"Hah!" kaget Daniel, yang akhirnya mau menatap Gendis lalu kemudian Daniel mengajukan pertanyaan lagi.

"Di sekolah ngapain aja? Jangan-jangan, di sekolah cuma lo jadiin tempat sewa buat pacaran, makanya pelajaran nggak ada yang nyangkut!"

Gendis kepingin banget menyahuti sarkasnya ucapan Daniel, tapi Gendis melihat bu Denayu yang begitu baik. Dan juga mengingat kondisi bu Denayu yang sedang sakit, dan nggak mau membuat wanita baik itu kepikiran, kalau sampai tau Gendis dan putranya nggak akur di hari pertama mereka bertemu.

"Cowok tapi mulutnya kayak sambel mercon!" gumam Gendis, yang hanya disampaikannya di dalam hati.

Sayang, ketampanannya hanya diwajah aja, tapi nggak ada di sifatnya. Gendis juga curiga, apa benar Daniel anak kandung bu Denayu yang terkenal ramah, bahkan beliau begitu baik dan sabar menghadapi Gendis saat berkali-kali menolak hadiah yang bu Denayu berikan.

Kalau kalian penasaran dengan wajah Daniel, ini dia gambaran wajah Daniel.

Parasnya tampan, mirip dengan bu Denayu saat tersenyum dan terlihat wajahnya yang ramah. Tapi sayang banget, Gendis langsung ilfil dalam sekali ketemu.

"Kita langsung berdialog aja deh, coba lo dialog perkenalan diri dengan bahasa Inggris."

Tanpa menunggu lama, Gendis langsung mengikuti perintah Daniel.

"Hai!" sapa Gendis, meskipun malas menatap wajah Daniel. Gendis mau nggak mau harus menatap remaja sombong, yang akan menjadi gurunya selama bu Denayu masih dalam pemulihan.

"H .. hi!" balas Daniel, suaranya terdengar terbata-bata.

Tanpa jeda, tangan Daniel pun terulur, meminta Gendis untuk membalasnya. "Nice to meet you, my complete name is Greiven Daniel Rama. Rama is my surname, and you can call me Daniel."

Gendis berusaha menyembunyikan kekesalannya, saat mendengarkan perkenalan Daniel yang cukup panjang itu.

"Gue lebih kepingin manggil lo dengan sebutan sambel mercon, dan sama sekali nggak ada seneng-senengnya gue ketemu sama lo. Malah nyesel banget, gue ketemu sama cowok nyebelin kayak lo!" Gendis menggerutu, yang hanya disampaikannya dalam hati, saking dongkolnya sama cowok di hadapannya itu.

Daniel pun menimpali lagi, meminta Gendis memperkenalkan namanya. Dan membuat Gendis pun teralihkan, dari rasa kesalnya yang hanya bisa dipendamnya itu, lalu menyahuti Daniel.

"My name is Gendis Bayura." balasnya dengan singkat, bener-bener udah hilang mood karena pertemuan pertamanya dengan Daniel.

Ya ..., mau bagaimana lagi. Karena kondisi bu Denayu yang sedang sakit, hari ini Gendis akan seharian bersama dengan putra bungsu bu Denayu.

Setelah sesi pelajaran yang memakan waktu cukup lama itu, Gendis lalu menyudahinya karena udah nggak sabaran mau pulang.

"Udah 2 jam nih kita belajar, bisa dilanjut besok aja nggak?"

Daniel mengangguk, lalu berkomentar sambil memperhatikan jam di tangannya. "Iya, nggak terasa ya? Udah 2 jam aja."

"Sebelum pulang, itu dihabisin dulu. Minumnya juga jangan lupa dihabisin, dan kalau kurang nanti tinggal minta tambah aja."

Gendis langsung pasang tampang bingung, setelah Daniel kelar ngoceh.

Tadi sombong dan jutek banget. Ekh, sekarang malah tiba-tiba ramah dan baik banget, sampai nawarin makan dan minuman yang udah disuguhin di atas meja.

"Iya, makasih. Gue mau langsung pulang aja," ucap Gendis, langsung bangkit dari tempat duduknya, tapi nggak lupa Gendis menghabiskan minumannya, karena haus dan dari tadi Gendis tahan-tahan supaya nggak kembung minum dan bikin dia malah kepingin ke kamar kecil.

"Bawa aja kalau gitu, lo tunggu dulu di sini. Biar gue minta orang, untuk bungkus dan di makan di jalan." sela Daniel, tiba-tiba jadi ramah.

"Nggak usah, gue beneran nggak laper kok. Nanti gue juga mau main ..." belum selesai Gendis ngoceh, Daniel udah menimpali. "owh ... mau malam mingguan?"

Gendis langsung mengerutkan dahinya, mendengar komentar Daniel yang sok tau.

Karena udah malas, Gendis biarkan aja Daniel mengoceh. Lalu langsung pamit, dan nggak lupa berterima kasih.

Biarpun Daniel sempet nyebelin, tapi caranya mengajari Gendis tadi bisa dibilang sabar banget. Sama seperti cara Ade dan juga Bejo, kalau lagi ngajarin Gendis.

🔜 Next Part 🔜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!