NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Kisah Cinta Si Miskin Dan Gadis Pendiam

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Gangster / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.A

Percintaan antara gadis konglomerat dari ibu kota dengan pria miskin pinggir desa. Hidup di daerah yang memandang kasta dan mengelompokkan orang sesuai kekayaan yang mereka punya, bagaimana kah mereka berdua akan bersatu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04.Dinding Ibu Kota.

"Zami, apa lu gak bisa cepetan dikit?" Fahmi yang saat ini sedang berjaga di luar lorong terlihat menoleh ke arah Khazami. Sorot mata laki-laki itu terlihat menuntut sang teman yang sedang mengotak-atik sebuah laptop untuk melakukan hal itu lebih cepat.

Sementara di sisi Khazami. Laki-laki itu terlihat sedang sibuk dengan sebuah program di laptopnya. Sorot mata laki-laki itu terlihat sangat serius. Di matanya terlihat jelas barisan-barisan tulisan berwarna hijau berjalan dengan sangat cepat. Bahkan sepuluh jari milik pria 20 tahun itu juga tidak berhenti mengotak-atik keyboard laptopnya.

Jam 4 sore, mereka berdua sampai di pintu masuk ibu kota. Akan tetapi, saat ini dua pemuda itu masih terlihat sibuk di kawasan luar ibu kota, tempat para rakyat jelata tinggal.

Asal tahu saja ya. Ibu kota Costagon, Relimonic itu dikelilingi oleh tembok-tembok besar yang berfungsi sebagai pembatas antara daerah yang ada di luar. Padahal, daerah yang ada di luar ibu kota tidak terlalu jelata. Akan tetapi, para penghuni Relimonic sepakat menggolongkan orang-orang yang ada di luar tembok sebagai rakyat jelata.

Bahkan daerah Leonidas, salah satu kota paling dekat dengan ibu kota itu dikatakan tempat kumuh oleh orang-orang yang tinggal di balik tembok. Padahal, bisa dibilang peradaban di kota Leonidas ini terbilang cukup maju. Masyarakatnya pun berpendidikan dan laju ekonominya tidak buruk. Akan tetapi, itu sama sekali tidak bisa mengubah pandangan orang-orang ibu kota. Sekali dia mengatakan tempat kumuh, tempat itu akan tetap menjadi kumuh.

Saat ini, Fahmi dan Khazami sedang berada di kota Leonidas. Mereka tidak langsung ke ibu kota karena ingin menyusun rencana lebih dulu. Jika melakukan misi berdua, mereka sangat jarang bertindak gegabah. Semua karena Khazami, salah satu dari petinggi anggota penjahat yang melakukan misi dengan hati-hati dan penuh rencana.

"Berhasil. Gue sukses bobol keamanan mereka. Sekarang kita tinggal lihat cctv yang ada di perusahaan itu." Khazami langsung kembali bergerak melakukan apa yang tadi dia katakan. Dia mengecek cctv perusahaan ibu kota yang ingin mereka bobol dan kuras habis uangnya. Padahal di berkas misi itu, mereka hanya diminta mengambil sebuah projek yang diminta oleh klien yang menyewa jasa mereka.

Namun, anggota Kansas tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan memperkaya diri mereka. Dari pada hanya mengambil projek penting itu, bukankah akan lebih menguntungkan mengambil serta kekayaan perusahaan. Itulah pikiran mereka.

"Sudah?" tanya Fahmi yang sedari tadi melihat situasi jalanan kota yang hanya memperlihatkan lalu-lalang mobil dan motor. Untuk saat ini, dia masih tidak menemukan gerombolan polisi ibu kota yang berkeliling mengawasi area tembok.

"Tentu. Ada 20 cctv. 4 di basement, 2 di pintu masuk depan, 1 di gerbang masuk, 3 di lantai dasar, 4 di lantai 2, 3 di lantai tiga, dan 3 lagi ada di lantai empat. Ruang berkas mereka ada di lantai 4. Untuk penjaga, terdapat banyak sekali. Mereka berkeliling selama 30 menit sekali dan itu dilakukan secara bergantian." Khazami menerangkan dengan sangat rinci.

Fahmi yang mendengar penuturan itu, bergerak menjauh dari ujung lorong, "Apa hanya segitu?" tanya Fahmi dengan ekspresi yang terlihat meremehkan. Akan tetapi, entah kenapa laki-laki itu tetap terlihat sangat gagah. Entah seperti apa muka yang dia tunjukkan.

"Begitulah. Namnya juga perusahaan berkembang. Tapi, berdoalah semoga ada banyak uang di sana. Sekalian buat tambah-tambahan, 'kan? Terlebih lagi aku punya dua adik yang sebentar lagi akan masuk SMP. Jadi, aku butuh uang untuk membiayai mereka," tutur Khazami sembari menutup laptopnya. Laki-laki itu kembali memasukkan barang elektronik itu ke dalam tasnya, lalu dia menegakkan tubuhnya dari berdiri setengah duduk yang tadi dia lakukan.

"Ayo, kita beraksi sekarang," ajak Khazami yang di misi ini bertugas sebagai ketua.

Fahmi yang mendengar itu menyeringai, "Tentu," jawabnya dengan langsung bergerak kembali membawa tas gitarnya.

Dua orang itu terlihat keluar dari dalam lorong untuk pergi ke kota di balik tembok pembatas, Relimonic, sarang di mana para rubah licik menetap dengan damai.

***

Gerbang masuk Ibu Kota Costagon, Relimonic.

"Kau, sebutkan dari mana asal dan tujuanmu ingin masuk ke ibu kota." Polisi berbadan kekar terlihat bertanya dengan ganas. Padahal yang saat ini sedang dia hadapi adalah seorang ibu-ibu paruh baya yang terlihat menyedihkan.

"Saya Alice-"

"Kami tidak menanyai namamu, Rakyat jelata. Yang ingin kami tahu adalah kamu berasal dari mana dan tujuanmu ke ibu kota apa?" Polisi berbadan tegar itu kembali meneriaki ibu-ibu tersebut, membuat si ibu-ibu bergetar ketakutan.

"Saya dari Altaros, bagian timur provinsi Costagon. Tu ... tujuan saya ke ibu kota adalah bekerja. Kebetulan keluarga besar Ferdanham sudah menerima lamaran pekerjaan saya, Pak," jelas ibu-ibu itu.

Setelah mendengar itu, Pak polisi penjaga gerbang langsung memasangkan sebuah gelang karet warna hitam di lengan otot ibu-ibu menyedihkan itu.

"Masuk."

Si ibu-ibu itu menganggukkan kepala dan bergerak masuk dengan kaki yang gemetar takut. Fahmi dan Khazami, sangat jelas melihat itu semua. Dia bahkan tidak pernah berhenti menggelengkan kepala melihat tingkah orang-orang yang seharusnya menegakkan keadilan di seluruh negeri ini, tapi mereka malah terkesan lebih membela orang ibu kota.

"Selanjutnya!" teriak Pak polisi penjaga itu meminta seseorang yang ada di belakang ibu-ibu tadi untuk masuk.

Ternyata ada banyak orang yang ingin pergi ke ibu kota. Saking banyaknya, Fahmi dan Khazami saat ini berada di barisan paling belakang dan rela menunggu sesuai aturan yang berlaku.

Padahal, jika mau. Mereka bisa saja langsung masuk melewati tempat rahasia yang dibuat anggota kelompok Kansas, tapi ini adalah bagian dari rencana mereka berdua. Jadi, mereka tidak punya pilihan untuk menunggu giliran dengan orang-orang yang ada di sana.

Cukup lama Fahmi dan Khazami berbaris di sana hingga tepat di jam 5 sore, mereka mendapatkan giliran pemeriksaan. Tadinya mereka mengira kalau merekalah yang terkahir, tapi ternyata ada orang yang datang lagi dan berbaris di belakang.

"Hey, apa yang kau lakukan? Maju satu-satu," tegur pak polisi yang wajahnya terlihat berbeda dari yang tadi bertugas.

"Kami satu kelompok, Tuan. Jadi, dari pada menunggu bukankah lebih baik langsung memeriksa kami berdua?" jawab Fahmi dengan nada bicara dan ekspresi wajah yang tenang.

Pak polisi terlihat berpikir dan setelah menimbang-nimbang cukup lama, dia akhirnya menganggukkan kepalanya, "Tidak buruk juga. Kalau begitu kau juga maju."

Fahmi maju dan memposisikan dirinya untuk berdiri di sebelah Khazami. Pak polisi yang baru bertugas itu, terlihat mulai memindai mereka dari atas hingga bawah.

"Kami pemusik. Datang dari Belancos, bagian barat provinsi Costagon. Tujuan kami ke ibu kota karena mendapatkan sebuah undangan langsung dari keluarga besar Ballard untuk memeriahkan pesta mereka. Asal tahu saja, kami diundang secara VIP oleh mereka," jelas Khazami dengan senyum sombong.

Pak polisi yang mendengar itu terlihat menatap penuh selidik ke arah mereka, "Baiklah. Kalau begitu kami akan memeriksa badan dan barang bawaan kalian."

Fahmi bergerak menurunkan tas gitarnya, membukanya dengan santai, lalu mengeluarkan sebuah gitar yang ada di sana, "Hanya gitar. berhentilah menatap kami dengan mata merendahkan seperti itu," protes Fahmi karena merasa kesal dengan tatapan merendahkan milik si Polisi.

Khazami juga ikut mengeluarkan isi tasnya. Dari sana dia hanya mengeluarkan baju dan celana untuk mereka pakai di sana. Agar si polisi semakin percaya padanya, dia bahkan membuka lebar-lebar tasnya, "Tidak ada apa-apa lagi selain pakaian. Jadi, berhenti menatapku seperti itu."

Si polisi terdengar mengeluarkan tawa kecil, "Ternyata ada juga rakyat jelata angkuh seperti kalian. Setidaknya sadar dirilah kalian sedikit. Rakyat jelata seperti kalian tidak berhak mengeluarkan sikap sombong seperti itu," ujarnya dengan menggerakkan tongkat deteksi ke tubuh Khazami dan Fahmi.

"Masuk!" teriaknya setelah tongkat pendeteksi tidak mengeluarkan reaksi apapun.

Khazami dan Fahmi hanya bisa menahan amarah mereka. Sungguh, jika bukan karena sedang menjalankan misi, mereka jamin kalau polisi tadi tidak akan bisa mengatakan apa pun lagi dengan mulut angkuhnya.

1
nova sari
asalamualaikum kak. aku vote pake kopi yah🥲🙏soal nya udah aku pake tadi vote nya gagal fokus soal nya
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Anonymous
Lanjut kak
Novie Achadini
lily meninggalnya knp thor penasaran akj
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Kasihan Fahmi n Lily. Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: Siap, kak. terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
bagus bgt critanya. karya lain dari othor judulnya apa? kadih tau dong
Call Me A: ada kak. besok aku rilis.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih.
total 1 replies
Novie Achadini
kasian lily klo nggak dpt restu dari kel nya
Novie Achadini
bagus bgt critanya tapi agak swdih mikirun lily
Call Me A: makasih, kak. iya sedih banget + miris
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih, kak.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, makasih kembali
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, makasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap kak, terima kasih.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih 😁
Call Me A: siap, terima kasih kembali.
total 1 replies
Lydia
Lanjut Author... terima kasih
Call Me A: siap, terima kasih kembali
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!