NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Andai saja keyakinan kita sama, maka aku tidak perlu alasan untuk tidak jatuh cinta sama kamu.

****

Naomi membaca buku IPS yang ia pinjam di perpustakaan kemarin. Ujian tengah

semester satu tinggal satu bulan lagi. Naomi ingin mendapatkan hasil maksimal. Ia ingin membuktikan kepada ayahnya yang sudah pergi jika ia bisa dibanggakan.

Nara yang baru saja datang mengurungkan niat untuk menyapa Naomi. Ia tahu jika Naomi sedang serius gadis itu tidak bisa diganggu sedikitpun. Bahkan Naomi tidak akan menoleh sedikitpun saat sedang membaca.

Baru saja Nara hendak menaruh tasnya di meja. Tiba-tiba sebuah tangan mengambil tasnya lalu membuangnya. Nara terkejut kemudian ia menatap tajam orang itu. Ternyata orang itu adalah Leo.

"Minggir sekarang gue duduk sama Naomi."

"Apa-apaan sih lo dateng-dateng bikin masalah! Ini kursi gue, dan gue nggak mau pindah."

"Gue nggak nyuruh lo pindah, tapi gue ngusir lo." Terjadi adu debat antara

Nara dan Leo membuat anak-anak penasaran. Namun anehnya Naomi mengabaikan mereka.

"Gue nggak mau!"

"Bodo amat! Kalau lo nggak mau tas lo gue gantung di tiang bendera."

"Sekarang gue duduk sama Naomi, kalau ada yang mau protes siap-siap pulang tinggal nama."

Nara akhirnya memilih untuk mengalah. Ia cemberut duduk di kursi Leo. Ada apa sih dengan cowok itu karena tiba-tiba ingin duduk dengan Naomi. Nara merasa ada yang aneh dengan Leo.

Naomi menutup bukunya bersamaan dengan bunyi bel. Ia tadi sudah menandai dan mencatat beberapa hal yang ia anggap penting. Mungkin bagi orang matematika sangat susah namun bagi Naomi kebalikan. Ilmu sosial lebih

menyusahkan dari pada ilmu pasti. Mungkin karena ia lemah dalam mengingat.

Ketika ia menengok untuk menyapa Nara. Ia terkejut mendapati Leo di sampingnya. Kenapa cowok ini bisa duduk di sampingnya?

"Dimana Nara?"

"Dibelakang." Otomatis Naomi menengok ke belakang melihat Nara yang duduk dengan Anton. Nara menatap Naomi dengan tatapan minta tolong.

"Kamu ngapain duduk disini?"

"Belajar."

Leo masih kesal dengan sikap Naomi kemarin yang meninggalkannya sendirian. Jadi ia berniat membuat Naomi tergila-gila padanya. Harga dirinya terluka diabaikan gadis itu.

"Terserah kamu mau ngapain, tapi jangan ganggu aku dengan hal yang tidak penting." Sialan! Leo mengumpat tidak habis pikir dengan perkataan Naomi yang menganggapnya sebagai pengganggu. Seharusnya gadis itu bangga bisa

duduk dengan cowok paling ganteng di sekolah ini.

Ketika pelajaran dimulai Naomi sibuk dengan materi. Ia sama sekali tidak menengok ke arah Leo sekalipun bahkan tidak menanyakan apakah ia kesulitan atau tidak. Leo merasa tertantang dengan Naomi karena mengabaikannya.

****

Saat ini Yudistira berada di markas bersama Pandawa dan teman-temannya. Mereka juga kebetulan tim inti sepak bola disekolah. Pandawa adalah sebutan untuk dirinya dan adik-adiknya. Karena mereka memiliki nama yang

sama dengan anggota Pandawa, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Umur mereka juga hanya beda satu tahun.

"Mau kemana lo, kak?" Tanya Bima penasaran dengan Yudistira yang ingin cepat pergi.

"Mau ke cafe."

"Lo tuh masih SMA udah serius aja nyari duit. Memang lo mau nafkahin siapa coba?"

"Padahal jomblo hahahahaha." Semua orang di ruangan itu tertawa mendengar balasan Nakula.

Yudistira menahan amarahnya. Ingin sekali ia menjitak adiknya yang bernama Bima itu. "Dari pada lo suka bawa kabur gara anaknya om Arga. Pengen punya anak lo, eh lo kan juga jomblo mau bikin anak sama siapa coba." Sindir Yudistira balik. Bima langsung terdiam. Ia jadi malu.

"Gue cabut dulu." Yudistira mengambil jaket hitamnya kemudian keluar dari rumah kecil tersebut.

Yudistira menghidupkan mesin motornya kemudian pergi menuju cafe. Sejak kehadiran

Naomi di cafe membuat Yudistira ingin selalu datang kesana. Padahal dulu ia hanya mengecek beberapa kali saja. Melihat kerja Naomi yang bagus ia ingin menambah beberapa menu dessert di cafenya. Gadis itu

begitu pandai membuat makanan.

Dari jauh Cafe Moment terlihat ramai bisa di lihat dari beberapa motor yang terparkir didepan. Senyum Yudistira mengembang, sepetinya ia akan memperluas beberapa cabang cafenya. Ia memiliki moto jika bisa sukses diusia muda kenapa harus menunggu tua.

Yudistira masuk ke dalam cafe masih dengan menggunakan seragam putih abu-abunya.

Mungkin orang-orang tidak akan pernah menyangka jika dirinya pemilik cafe. Ia melangkah ke dapur. Pandangan pertama yang ditangkap oleh matanya Naomi yang sedang sibuk memotong bawang.

"Rajin bener bos ke sini." Riski tiba-tiba menganggu Yudistira.

"Cafe ini punya gue, jadi nggak masalah kalau gue dateng kapanpun yang gue mau."

"Santai bos, saya kira ada maksud dan tujuan lain." Kemudian Riski menunjuk Naomi. Yudistira tidak bodoh mengartikan maksud Riski. Pasti pria itu mengira ia tertarik pada Naomi. Padahal tidak sama sekali. Ia hanya

penasaran dengan kehidupan gadis dibawah umur tersebut hingga harus bersusah payah bekerja di cafe. Seharusnya gadis seusia Naomi itu bersenang-senang.

"Kerja sana Lo! Gue gaji lo bukan buat ngobrol sama gue." Riski cemberut lalu pergi meninggalkan Yudistira.

"Aww.." Suara jeritan Naomi membuat Yudistira terkejut. Reflek ia melangkah mendekati gadis itu.

Yudistira memegang tangan Naomi yang terkena pisau. Ia dengan cepat membawa gadis itu ke

wastafel lalu mencucinya. "AMBILKAN KOTAK P3K CEPAT!" Teriakan Yudistira membuat seisi dapur kaget. Ela yang kebetulan sedang tidak banyak tugas mengambil apa yang Yudistira inginkan.

Naomi terdiam dengan perilaku bosnya. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin menolak dan mengatakan jika ini hanya luka kecil, tapi ia takut. Karena wajah Yudistira begitu seram saat ini. Bahkan ia hanya diam ketika

jarinya dibersihkan dan diobati bahkan dipasangkan plaster. Ia menelan ludah gugup merasa sikap Yudistira terlalu berlebihan.

"Masih sakit?"

"Enggak Pak Bos." Lagi-lagi Naomi dibuat terkejut ketika Yudistira meniup lukanya. Matanya tak henti berkedip.

"Lain kali hati-hati." Ucap Yudistira kemudian meninggalkan Naomi yang terpaku menatap kepergian Yudistira. Naomi tanpa sadar memegang dada kirinya. Kenapa ia merasakan hal aneh ini?

Naomi menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh seperti ini. Cinta hanya akan menghambat cita-citanya. Ia harus berhasil meraih impiannya agar bisa keluar dari jeratan keluarganya.

Naomi memiliki cita-cita tinggal di negara Amerika dan mengganti kewarganegaraan. Ia rasa Amerika cocok dengan orang sepertinya. Ia akan mendapatkan kebebasan disana. Selain itu ia juga akan bahagia.

"Naomi, kayaknya bos suka sama kamu." Suara Elen menyadarkan lamunan Naomi.

"Sepertinya enggak, Pak Bos hanya refleks karena khawatir."

"Len lo ngomong kayak gitu mana ngerti Naomi. Diakan masih kecil masih SMP. Mana ngerti cinta-cintaan. Emang kayak lo yang bucin. Tapi yang di bucinin oppa-oppa Korea." Balas Tunjung membuat Elen melotot marah.

Naomi terdiam mendengar perkataan mereka. Ia tidak bodoh untuk mengerti apa itu cinta. Ia juga pernah membaca novel tentang cinta. Bahkan ketika kecil ia sering menonton cerita-cerita putri kerajaan seperti

Cinderella, putri salju dan lain-lain yang isinya tentang cinta.

Bagi Naomi dunia dongeng sangat indah. Dulu ia berpikir ia bisa memiliki kehidupan seperti itu. Namun nyatanya dunia dongeng hanyalah fiksi belaka bualan belaka. Bahkan dongeng-dongeng yang ia kira indah ternyata

kisah aslinya mengerikan dan tragis.

Sejak saat itu Naomi berhenti mengharapkan hal konyol seperti Pangeran yang akan datang menyelamatkan hidupnya. Namun sekarang berbeda, kehadiran Yudistira membuat hidupnya yang kelam berubah. Ia sedikit memiliki harapan untuk hidup lebih baik.

"Naomi biar aku bagian potong, kamu yang masak aja." Suara Tunjung menyadarkan Naomi dari lamunan. Ia tidak boleh berpikir seperti tadi. Ia tidak boleh berharap lebih pada Yudistira. Bagaimanapun ia dengan Yudistira

sangatlah berbeda baik dari kasta, usia dan agama. Ia tidak pantas untuk mengharapkan hal yang lebih kepada Yudistira.

"Iya kak." Jawab Naomi. Ia bergegas memasak makanan pesanan pelanggan.

Sekarang ia harus fokus mencari uang. Jangan sampai ia berbuat ceroboh

seperti tadi.

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!