NovelToon NovelToon
BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

BOS MAFIA LOVE WITH SECRETARY

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / CEO / Persahabatan / Romansa
Popularitas:21.1k
Nilai: 5
Nama Author: Popi Susanti

Kejadian yang tidak di sangka di sebuah kelab malam itu berhasil membuat Aletta terjebak pada kehidupan seorang Maxim Millionaires Jasper yang mengharuskannya ikut terjebak ke dalam kehidupan gelap pria itu.

Mau tau kelanjutannya, Kuyyy di intip ke dalam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Popi Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

****

"Kau tau betul apa tujuanku memanggilmu datang ke sini, apa kau sudah setuju dengan tawaranku, Mr. Maxim?" Suara berat terdengar jelas dari mulut pria yang terkenal kejam bak iblis bagi setiap orang yang pernah berurusan dengannya bahkan yang tidak berurusan sekalipun.

"Kau tau, tuan William yang terhormat, saya sangat menghargai tawaranmu tetapi sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan usahaku kepadamu walupun nyawa taruhannya, apa kau tau aku mendirikan semuanya dari nol dan sekarang kau dengan gampangnya menawar"ujar Maxim menatap mata hitam pekat kematian itu tanpa takut.

William menampilkan senyuman khasnya "bahkan kau tau tanpa persetujuanmu, tidak membutuhkan waktu lama aku bisa menghancurkan perusahaanmu dalam sekejab" ujar William "dan sekarang aku menawarkan dengan baik-baik padamu, Mr. Maxim"

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan tuan William, maka jangan salahkan aku jika berani melakukan hal yang tak kalah menyenangkan untukmu" ujar Maxim menantang pria itu.

"Maksudmu?"

"Putrimu" ujar Maxim membuat William menatap nyalang pada Maxim, ya, sampai detik ini pria itu tidak menemukan keberadaan putrinya, dia benar-benar sangat menyalahi dirinya yang sudah lalai melindungi putrinya dan bodohnya sampai sekarang dia tidak menemukan jejak putrinya itu.

"Kau jangan menipuku" ujar William tidak ingin kecolongan, ia tau semua orang akan mempermainkannya dengan menyangkut pautkan dengan putrinya, benar saja William sangat lemah jika berhubungan dengan putrinya, ia akan melakukan apapun jika berhubungan dengan putrinya hingga tak sedikit yang berhasil mengecoh nya dengan membawa-bawa putrinya.

"Aku tidak perduli kau percaya atau tidak" balas Maxim.

"Beritahu di mana putriku?"

Maxim tertawa remeh "jangan tergesa-gesa seperti kau akan mati sebentar lagi dan tidak akan menemui putrimu lagi tuan William" ujar Maxim melirik pria itu "aku akan membawakan putrimu, dengan syarat kau tidak ikut campur urusan Bisnisku yang sebentar lagi akan menyaingimu"ujar Maxim.

"Sekali kau menipuku tanganku sendiri yang akan menghantarkanmu menuju neraka, kau tau?" Kecam William tidak ingin ini hanya sebuah tipu muslihat dari Maxim untuk menghindari aksinya.

"Tidak usah khawatir, dalam waktu beberapa bulan ini aku akan membawa putrimu ke hadapanmu andai saja kau tidak terlebih dulu mati" ujar Maxim melirik pria itu lagi.

Wiliam menyeringai "bahkan aku berfikir kau lebih dulu menemui ajalmu dibandingkan denganku"kata Wiliam menatap wajah Maxim mengejek.

"Kita lihat saja nanti, yang terpenting sekarang aku akan membuktikan bahwa aku akan membawa putrimu nanti ke hadapanmu" kata Maxim yakin dengan ucapannya.

"Baiklah, jika kau tidak menepati perkataanmu bersiap-siaplah untuk menjadi seorang gelandangan atau mungkin orang gila" kekeh William meremehkan Maxim.

"Aku yakin ucapanmu itu tidak akan pernah terjadi tuan, William"

****

"Maxim apa-apaan kau" teriak Aletta memasuki ruangan Maxim meminta penjelasan kepada pria itu, kenapa tiba-tiba semua orang yang ada di sini mengucapkan selamat kepadanya karena sudah menjadi kekasih dari bos mereka. Padahal Aletta belum menyetujui namun pria itu malah terang-terangan mengakui.

"Yeah, ada apa, honey?" Tanya Maxim menghampiri Aletta yang tampak menahan amarah.

"Sejak kapan aku menyetujui menjadi kekasihmu? Apa kau gila?" Hardik Aletta tidak terima.

"Ya, aku gila karenamu, honey" ujar Maxim merangkul pinggang Aletta membuat gadis itu menepis tangan Maxim yang sudah tidak sopan menyentuhnya seperti itu.

"Sebutkan, apa yang kau inginkan sebenarnya?" Tanya Aletta.

"Apa kau masih tidak mengerti" tanya Maxim mengangkat alisnya.

"Sebutkan, Maxim?"

"Tubuhmu"

Aletta membelalakkan matanya, apa pria itu benar-benar gila, kenapa ia sangat mesum sesuka hatinya, bahkan sudah Aletta tolak tapi tetap saja pria itu tidak mengerti, harus pakai bahasa apa Aletta agar pria itu mengerti.

"Jangan pernah berharap!"

"Kau terlalu jual mahal, honey"

"Ya benar, aku sangat jual mahal tidak seperti dirimu yang murahan meniduri setiap wanita di luar sana, apa kau pikir kelakuanmu itu tidak menjijikkan? Sangat menjijikkan kau tau? Pergilah jauh-jauh dan cari wanita yang mampu memenuhi nafsu sialanmu itu jangan pernah mengangguku, karena aku akan tetap pada pendirian ku, tidak akan memberikan tubuhku kepada siapapun yang bukan menjadi suamiku nantinya meskipun nyawa taruhannya" terang Aletta sudah muak dengan iblis mesum itu.

Maxim lagi-lagi terdiam mendengar penjelasan Aletta, gadis itu sangat benar ia sangat murahan meniduri banyak wanita di luar sana, tidak banyak wanita yang memiliki pemikiran seperti gadis ini, hal itu berhasil membuat gejolak itu makin menggelora di dada Maxim, ia semakin yakin untuk menjadikan Aletta sebagai pelabuhan hatinya.

"Tetap pada keinginanku, kau milikku, honey" ujar Maxim tersenyum manis.

Bukannya luluh, Aletta yang ada jijik menatap pria itu, apa ia benar-benar tidak punya sedikit rasa malu begitu atau apalah yang berhubungan dengan sikap seorang manusia normal, sangat di sayangkan bos seperti dia hidup di dunia ini.

"Terserah padamu, Maxim" pasrah Aletta.

"Ya, memang begitu, dan untuk sekarang sampai nantinya kau dan semua yang ada pada tubuhmu miliki, tidak akan aku biarkan siapapun memilikinya" jelas Maxim terang-terangan.

Aletta membulatkan matanya "kau gila! Jangan berbuat seenak benakmu!"

"Aku punya hak atas dirimu"

"Terserahmu iblis mesum, aku benar-benar muak melihatmu, wajah tanpan mu tidak membuatku betah berlama-lama di sisimu melainkan rasanya aku ingin cepat-cepat pergi darimu" cerocos Aletta mengatai Maxim.

Maxim tersenyum tipis "caramu memujiku cukup unik" ujarnya.

Aletta membulatkan matanya mendengar respon pria itu "Argh!!! Sudahlah, melihat wajahmu rasanya aku ingin memakannya agar aku tidak lagi melihatnya esok" ujar Aletta lelah menghadapi pria mesum di hadapannya itu.

"Ahhh kau membuatku menginginkannya, aku akan membalas dengan menyantap dirimu" balas Maxim dengan otak mesumnya meladeni ucapan Aletta.

"Maxim anjing!"umpat Aletta pergi meninggalkan Maxim di sana sementara pria itu senyum-senyum menatap kepergian gadis yang ia klaim sebagai miliknya itu, wajahnya sangat menggemaskan saat Maxim menjahilinya rasanya ia semakin ingin menidurinya dan.... Merasakannya.

****

Di ujung sana tepatnya di sebuah kelab malam seorang pria tengah terduduk dengan pandangan mengikat seorang gadis di depan sana duduk sendirian dengan pandangan kosong. Justin, pria itu mendatangi kelab malam sendirian tanpa Maxim di sebelahnya, semenjak pria itu mengatakan dirinya mencintai Aletta dia tidak lagi datang ke kelab malam untuk menuntaskan hasrat nya yang berlebihan itu. Justin menduga jika bos nya itu sudah mendapatkan kesadaran setelah mengenal Aletta. Baguslah jika begitu agar pria itu tidak sembarangan lagi meniduri wanita di luar sana, karena penyakit HIV belum ditemukan obatnya.

Justin sendiri datang ke sini hanya untuk menenangkan dirinya yang banyak pikiran dengan sedikit meminum alkohol tidak seperti Maxim yang selalu berlebihan, intinya semua tentang Maxim tidak luput dari yang berlebihan termasuk paras pria itu, terlalu berlebihan bak malaikat pencabut nyawa, ya benar, tampan dan mematikan.

Justin beranjak dari duduk tenangnya menghampiri gadis yang sedari tadi menjadi objek fokusnya. Pria itu ikut duduk di sana tetapi sang gadis sepertinya tidak menyadari akan kedatangan Justin karena terlalu mendalami lamunannya, entah apa yang ia lamunkan, sepertinya masalah yang sedang di deritanya teramat dalam terlihat dari tatapan kosong yang terpancar di matanya.

"Sepertinya kau butuh seseorang untuk melampiaskan masalahmu" ujar Justin menyadarkan lamunan panjang gadis itu.

Sang gadis menoleh seraya mengerutkan keningnya menatap pria yang kini duduk di sebelahnya entah dari kapan pria itu ada di sana "sepertinya aku mengenalmu" ucapnya mengingat sesuatu "kau sahabat karib Maxim?" Tanyanya menduga, rasanya ia pernah melihat laki-laki itu beberapa kali.

Justin mengangguk tipis "ya, dan kau sahabat Aletta" ujar Justin ikut menebak.

"Iya, aku Jouvia, kau bisa memanggilku Jo" ujar gadis itu mengenalkan dirinya.

"Aku Justin" balasnya.

Jouvia mengangguk.

"Kau boleh menjadikanku tempat berbagi masalahmu jika kau mau, aku rasa bebanmu sangat berat" ujar Justin prihatin dengan gadis itu.

Jouvia tersenyum simpul "aku rasa masalahmu juga berat, lebih baik kau selesaikan saja masalahmu tidak usah menambah beban pikiranmu dengan mendengarkan masalah yang ku punya" balas Jouvia.

"Jangan menganggapku orang lain jika kau sungkan untuk bercerita, anggap saja aku temanmu, silahkan untuk berkeluh-kesah, siapa tau aku bisa membantumu" balas Justin meyakinkan gadis itu untuk mau berbagi masalahnya pada Justin.

Jouvia menarik nafas panjang "baiklah, aku akan bercerita" ujar gadis itu"ayahku lebih tepatnya ayah sambungku mengancamku" ujar Jouvia menatap Justin sekilas.

"Dia seorang penjudi, setiap ia kalah dalam berjudi maka ia akan menghantuiku meminta agar aku mengiriminya uang. Dan kau tau dia mempunyai hutang di mana-mana sampai-sampai ia menjadi buronan depkolektor. Semua uang gajiku selalu di rampas habis olehnya" jelas Jouvia menceritakan masalah yang sedang ia pikirkan.

"Ibumu tidak memarahinya?"

Jouvia tersenyum kecut "ibu? Aku tidak tau siapa ibuku" ujar Jouvia "sampai aku dewasa aku tidak mengetahui siapa ibuku dan ayahku, pria yang kini menjadi ayahku itu adalah orang yang menyelamatkanku, dulu dia sangat baik tetapi semenjak istrinya meninggal dirinya berubah menjadi iblis penjudi seperti sekarang, dan aku menjadi korbannya atas kesalahannya itu, dulu dia sangat baik, aku di besarkan penuh cinta biarpun aku hanyalah anak yang mereka temui tetapi sekarang berubah, ia memanfaatkan jerih payahku"

Justin mengamati cerita dari gadis itu "Kenapa kau tidak menghilang saja darinya?" Tanya Justin.

Jouvia menggeleng kecil "Itu tidak mudah, ujung-ujungnya dia juga akan mengetahui dimana keberadaanku" balas Jouvia.

Justin mengangguk-anggukan kepalanya, benar juga jika masih di kota ini"Yang kau lamunkan sekarang masalah uangmu yang sudah habis oleh ayahmu itu?" Tanya Justin lagi "aku bisa membantumu menganti uangmu yang di ambil ayahmu itu"

Jouvia menggeleng "aku tidak memikirkan itu tetapi aku memikirkan nasibku yang akan di jodohkan ayahku kepada seorang pengusaha tua, aku tidak mau, dia melakukan itu demi mendapatkan uang, sama saja dia mau menjualku, bukan?" ujar Jouvia sedih mengingat itu, beberapa hari lalu ayahnya menyampaikan itu padanya.

Justin sedikit kaget mendengar itu "ayahmu benar-benar sudah gila rupanya, kenapa dia sampai setega itu ingin menjualmu, apa dia tidak memikirkan bagaimana keselamatanmu" ujar Justin tidak abis pikir.

"Aku juga tidak mengerti, nasibku benar-benar sangat sial"

"Aku bisa membantumu" kata Justin membuat Jouvia melirik laki-laki itu penuh harap.

"Kau bisa apa?"

"Kau tinggal bersama ayahmu itu? Jika iya, kau pergilah dari rumah untuk sementara"

Jouvia menggeleng "aku tinggal di apartemen sendiri"

Justin mengangguk" aku rasa sebaiknya kau pindah untuk sementara waktu agar ayahmu tidak mengetahui keberadaanmu dan kau juga bisa pindah kerja supaya pria itu tidak menemukan jejakmu, " beritahu Justin.

"Untuk tempat tinggal aku sudah merencanakan akan tinggal di apartemen Aletta untuk sementara dan tempat bekerja, rasanya aku akan mencari lowongan baru di tempat lain masalahnya tempat kerja lamaku ayahku sudah tau" ujar Jouvia.

"Nanti akan aku bantu untuk mencari pekerjaan untukmu" jelas Justin.

Aletta menatap Justin mengamati pria itu "Kenapa kau bersikap baik? Bukankah kita sebelumnya tidak kenal" kata Jouvia tidak mengerti dengan sikap pria asing itu.

"Apa aku salah memperlakukan manusia yang sedang membutuhkan bantuan dengan baik?"

Jouvia menggeleng "kau benar, terimakasih sudah mendengarkan ceritaku dan juga memberikan solusi"

Justin mengangguk "lebih baik sekarang kau pulang, kau tau pasti bagaimana keadaan tempat ini jika semakin larut" ujar Justin mengingat sekarang mereka berada di kelab.

"Baiklah aku akan pulang sekarang" kata Jouvia berdiri dari duduknya hendak meninggalkan tempat ini.

"Aku akan mengantarmu"

"Tidak perlu" tolak Jouvia.

"Aku tidak menerima penolakan, kau tinggal menurut saja, aku akan mengantarkanmu" kata Justin ikut berdiri dari duduknya.

Setelahnya Jouvia menurut saja.

****

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!