Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 4: Pendaftaran
Seminar telah usai, kini para pebisnis sedang berbincang dengan rekan bisnis masing- masing mendiskusikan apa yang baru saja mereka bahas.
Isa mengedarkan pandangannya mencari pria tampan yang sejak tadi jadi targetnya, hingga tatapannya jatuh pada seseorang yang tengah jadi pusat perhatian.
Willy di kelilingi para pengusaha tentu saja dia menjadi tujuan mereka saat ini, berlomba untuk mencari perhatian dan simpati dari pria itu.
Isa menelan ludahnya kasar, jika dia di tolak lagi, maka dia akan merasakan malu yang teramat karena di saksikan banyak orang.
Isa melangkahkan kakinya masuk ke dalam kerumunan pengusaha yang mengelilingi Willy.
"Hallo tuan Willy.." Isa menunduk hormat, menyapa seramah mungkin.
Willy menoleh dan mengeryit. "Ya, hallo.." Willy tidak bersikap ramah tapi setidaknya pria itu menjawab.
"Senang bisa bertemu lagi.." Willy mengangkat alisnya, ketika Isa mengulurkan tangannya.
"Apa kita pernah bertemu?" Isa menganga tak percaya, dia dua kali pernah bertemu dan pria itu dua kali menolak proposalnya, da sekarang dia juga tidak mengingatnya.
"Oh, anda lupa, aku.."
"Maafkan aku nona, aku sedang bekerja.. Jadi jika kau membuat trik.. Lain kali saja."
Isa mengeryit "Apa?" bermain trik.. Apa maksudnya.
"Tidak aku adalah.. Is.." Belum sempat Isa memperkenalkan diri Willy memanggil Piter.
"Ya, Tuan."
"Masukan dia ke dalam daftar." Piter melihat gadis di depannya lalu mengangguk.
"Mari Nona." Piter mempersilahkan Isa untuk mengikutinya.
"Tapi, tunggu aku ingin bicara dengan tuan Willy.."
"Anda akan mendapat giliran Nona.." Isa semakin bingung tapi akhirnya dia mengikuti Piter.
"Silahkan isi surat perjanjian ini.." Isa mengeryit saat melihat sebuah kertas berisikan data kosong dan beberapa poin penting.
"Apa ini..?"
Piter mengeryit "Bukankah anda ingin mendaftar untuk berkencan dengan Tuan Willy.."
Isa benar-benar menjatuhkan rahangnya karena terkejut "Apa maksudmu?"
"Tuan sedang menyeleksi para wanita untuk menjadi Istri sekaligus Ibu untuk tuan muda, bukankah kau juga ingin mendaftar."
Isa menggeleng "Tidak.. Tidak aku tidak melakukan itu." Piter kembali meneliti Isa dari atas ke bawah.
Isa yang merasa risi pun memeluk tangannya yang terbuka, tadi jasnya tak sengaja kena tumpahan minuman jadi Isa melepasnya karena nodanya yang melekat, dan mengganggu penampilannya, kini hanya dres tanpa lengan yang dia kenakan, apa ini alasannya mengapa Willy mengira dia ingin mendaftar menjadi istrinya, yang benar saja, pria itu bahkan tak menanyakan terlebih dulu, apa dia sangat percaya diri hingga mengira dirinya menyukainya dan mengejarnya begitu..?
"Anda hanya perlu mengisi data diri, menunggu anda di panggil dan pastikan anda merahasiakan ini dari publik."
Isa mengerjapkan matanya benar- benar tak percaya.
....
Isa meluruhkan bahunya lesu, dia sungguh tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini, susah payah dia datang tapi malah mendapatkan perlakuan konyol dari asisten pria itu.
Pendaftaran menjadi kandidat istri.. "Hahahaha.." tawa Isa pecah seketika, sontak saja orang- orang yang lewat melihat ke arahnya.
Isa sedang duduk di kursi taman di dekat hotel tempatnya menginap sekaligus tempat diadakannya seminar.
"Aku pasti sudah gila.." Isa mengacak rambutnya frustasi.. Dengan bodohnya dia juga mengisi formulir itu dan menyerahkannya pada Piter.
Isa menoleh saat mendapati Aldo duduk di sebelahnya "Kau.. Selalu mengagetkan aku, tiba- tiba datang begitu saja."
"Minum untukmu.." Aldo menyerahkan satu kaleng soda untuk Isa.
Isa membuka minumannya dan meneguknya sekaligus "Ah.. Segarnya." Isa mendesah lega saat merasakan tenggorokannya terasa segar.
"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang.."
"Kenapa memangnya?." Isa mengeryit.
"Bukankah kau gagal lagi..?"
"Sok tahu, tahu dari mana aku gagal.."
"Dari raut wajahmu." Isa berdecak, benarkah raut wajahnya bisa tertebak.
"Aku belum menyerah, aku punya cara agar bisa bertemu dengan Tuan Willy.."
Isa menatap tajam ke arah depan, nampak tekadnya yang kuat terpancar dari matanya, apapun akan dia lakukan agar membuat Tuan Willy setuju. Sudah Isa bilang harga dirinya di pertaruhkan saat ini.