Terlahir dari keluarga kaya raya dan terpandang, anak bontot yang seharusnya selalu mendapat kasih sayang, namun itu tidak berlaku bagi Rangga Guitama.
Rangga Anak bungsu dari tiga bersaudara, namun tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, karena Rangga tidak jenius seperti kakak kakaknya, dia tak mampu menyamai akademis sang kakak, dia anggap bodoh oleh keluarganya, menurut keluarga nya Rangga hanya anak pembawa sial.
Mau tau ceritanya yukkk ikuti...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Pi Mi...?!" ujar Rangga saat mereka sedang makan malam.
"Hmmm..." ujar Sang Papi tanpa melihat Rangga sedikit pun dan Maminya hanya acuh sibuk dengan makanannya begitu pun ke dua abangnya, sudah biasa bagi Rangga di acuhkan seperti itu.
"Rangga mau izin, Rangga mau berangkat ke bogor" ujar Rangga minta izin.
"Pergi ya tinggal pergi, ngak pulang sekali pun juga ngak masalah, ngapain juga minta izin segala, seperti orang penting saja" ketus sang Mami.
Sakit....
Itu rasanya hati Rangga mendengar ucapan Mami kandung nya itu.
"Dan Rangga minggu depan mau nikah juga, Rangga harap kalian datang ujar Rangga.
Papi nya terkekeh mendengar ucapan rangga itu.
"Perempuan idiot mana yang mau sama anak dungu seperti kau itu, apa matanya sudah rusak, atau kau pelet anak orang, sampai mau dengan kau!" ujar sang Papi meremehkan Rangga.
"Tuhan...." gumam Rangga menahan sesak di dadanya, begitu kejam orang tuanya menghinanya seperti itu.
"Apa kau sudah buntingi anak orang, sampai sampai kau menikah duluan, sementara kami yang tua dan pintar saja belum ada yang menikah, pintar lah sedikit jangan asal pilih calon istri, masa kau sudah bodoh di tambah istri juga dungu, lalu anak kau mau jadi anak idiot" hina Randi.
Tes....
Jatuh sudah air mata Rangga mendengar hinaan demi hinaan dari keluarganya itu.
"Ngak usah pakai menangis segala, kau pikir kami akan tersentuh dengan air mata tak berharga kau itu, menikah ya tinggal menikah, ngak usah bawa bawa kami, waktu kami terlalu berharga dari pada mengurusi adik bodoh seperti kau itu" ujar Radit.
"Kalau kau menikah, jangan pernah ajak istri bodoh kau itu kerumah ini, keluarlah dari rumah ini, karena rumah ini bukan penampungan" ujar Mami Inge.
"Baik lah, terimakasih sudah melahirkan Rangga Mi, dan terima kasih sudah mau mengurus Rangga sampai saat ini, hari ini Rangga keluar dari rumah ini" ujar Rangga dengan hati yang pedih.
"Ohhh... Silahkan, jangan lupa bawa barang barang tak berguna kau itu" ujar Sang Mami.
Rangga hanya diam, pergi ke kamarnya mengambil barang barang yang tidak seberapa itu, memasukan ke sebuah ransel besar.
Rangga melangkah keluar kamar tanpa memandang kamarnya itu, hatinya sedih harus meninggalkan kamar tempat ternyaman dia di rumah besar itu.
"Kalau kau sudah keluar dari rumah ini, dan jangan pernah ingin kembali kerumah ini lagi" ujar sang papi.
Rangga hanya mengangguk tanpa mau berpamitan dengan baik kepada keluarga nya, hatinya sudah terlalu sakit oleh keluarganya itu.
"Rangga melajukan motornya ke sebuah kontrakan yang sedikit jauh dari pemukiman penduduk, namun tempat itu sangat nyaman untuk dia seorang pelukis dengan udara sejuk pemandangan indah, tentu dia sangat betah, dia berharap yang punya rumah mau menjual rumah itu, agar bisa dia beli.
Di sini pun dia bisa berlatih beladiri dengan sangat fokus.
Rangga menata pakaiannya di lemari kamar yang biasa dia tempati, di sana juga ada pakaian Rania yang sengaja dia siapkan, takut saat kekasihnya itu main di sini bajunya kotor atau basah, bisa di ganti di sini.
Rangga menghempaskan tubuhnya di kasur yang lumayan empuk, kasur itu dia beli saat pindah ke rumah kontrakan itu lengkap dengan perlengkapan rumah lainnya.
Rangga tidak habis pikir dengan keluarganya itu, bagaimana bisa keluarganya begi itu meras dia cuma aib keluarga, dia hanya tidak baik di akademis bukan bearti tidak mempunyai prestasi, dia pelukis muda berbakat lukisanya saja sampai di jual ke luar negeri, dia atlet taekwondo, dan juga bisa memodifikasi motor dan mobil, bahkan dia sama sekali tidak pernah meminta uang jajan atau uang sekolah dari keluarga itu.