Ditinggal Sang kekasih begitu saja, membuat Fajar Rahardian Lee Wijaya pergi ke sebuah kota kecil untuk menenangkan diri dari rasa kecewa,terluka dan tentunya malu pada keluarga besar yang sudah melakukan segala persiapan pernikahannya.
Tapi tak di sangka, disana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang membuat ia lupa niatnya untuk datang. Alih alih ingin tenang, Fajar justru kembali pulang membawa seorang Janda perawan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #05
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Dia bilang --, Nomer yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silahkan mencoba beberapa saat lagi," jawab Lintang dengan santai dan polosnya, ia wajar bersikap seperti itu karna memang itulah yang di dengarnya dan Lintang memang tak berbohong akan hal tersebut.
Plak.. plak.. plak..
Tak hanya sekali Angkasa memukuli adik bungsunya itu tapi juga berkali-kali hingga Lintang terus meringis menahan sakit. Berhubung Bubunnya juga sangat kesal jadi ia biarkan saja dua anaknya itu saling pukul karna memang Lintang sudah sangat menyebalkan.
"Sakit, Buuuuuuun!" rengek Lintang dangan raut wajah kesal.
"Kabur sana ke Culuga," bukan di bela, anak itu malah di usir oleh Nyonya besar Lee.
Dan itu membuat Angkasa sangat senang, adiknya tersebut memang harus di asingkan karna makhluk Bumi tak punya kesabaran yang luas seperti Phiu nya.
Bubun Embun yang pusing dengan hilangnya satu anak dan bertengkarnya dua anak meski tak sungguhan memilih naik lagi ke lantai atas, kali ini ia menggunakan Lift yang bentuk dan suaranya tak di rubah sama sekali, masih mirip dengan yang asli dimana Papa Singa membuatnya khusus untuk sang menantu yang tak lain istri dari Si Gajah, ibu dari Buaya, anak Bawang dan Ratu shopping.
Triiiing..
Bunyi yang sangat khas itu terdengar lain di telinga Embun yang seolah bayangan Amma terlintas di pelupuk mata, entah itu senyumnya dan juga napas terakhirnya.
Tujuan wanita cantik paling beruntung itu kini kearah Kamar Sang Tuan besar Rahardian, pria itu pasti tahu dimana Fajar berada sekarang.
Tok.. tok.. tok.
Berkali-kali mengetuk pintu, akhirnya benda bercat coklat itu terbuka. Kini, pasangan baya tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di kamar terkecuali sedang ada kumpul keluarga ataupun acara.
"Phiuuuuuu--," panggil Bubun Embun saat masuk, hatinya sedih saat tau satu anaknya tak ada di rumah, tak ada satupun juga yang tahu kemana Fajar.
"Ta Buy, kenapa?" tanya Phiu, ada rasa luar biasa dalam hati Embun saat mendengar panggilan dari Phiu nya barusan, Bul-Bul adalah nama kesayangan dari Appa namun Rain dengan celoteh nya malah menggantinya hingga semua memanggilnya menjadi Ta Buy.
"Aa gak ada, Phiu pasti tahu? hujan gede kalau Phiu gak tau tentang ini?" tanya Embun dalam pelukan Sang Tuan besar.
"Hey, MiMoy emang segede apa? di cubit PaPay loh, mau?" ledek Phiu.
Awalnya Bubun Embun, kaget namun saat ia paham malau tertawa. Nama keluarga yang unik satu sama lain kadang membuat mereka tak bisa bicara sembarangan.
"Katakan padaku, Phiu. Aku ingin tahu dimana Aa," mohonnya lagi masih dalam pelukan pria cinta pertamanya yang terbukti hingga detik ini tak pernah memberi luka.
"Aa pergi sebentar, mungkin ia ingin menenangkan diri. Jangan khawatir, semua baik baik saja," jawab Phiu sambil mengusap dan muncium pucuk kepala Embun.
"Benarkah, tapi perasaanku tak enak."
Embun hanya mengangguk pelan, ia berusaha tak khawatir seperti yang di pinta Phiunya. Tapi rasa keibuannya tak bisa begitu saja sirna.
Cemas dan takut karna ini bukan kebiasaan Fajar pun terus menyelimuti hati Embun.
"Doakan saja yang terbaik untuk Aa, beri dia waktu untuk dirinya sendiri," ucap Phiu.
"Memang Aa kenapa?" tanya Embun bingung.
"Nanti kita akan tahu, biar Aa yang cerita ya."
.
.
.
Lain di rumah utama, tentu lain juga dengan yang di alami Fajar yang kini sedang di antar oleh Si Ucil ke tempat orang yang sudah mengambil barangnya atau yang biasa di sebut sebagai penadah barang curian.
Dengan langkah pasti, Fajar dan Ucil terus mendekat ke arah rumah yang nampak sepi.
"Kamu yakin ini tempatnya?" tanya Fajar yang tak mungkin begitu saja percaya pastinya, bagaimanapun ia harus tetap waspada dengan apa yang mungkin terjadi.
"Iya, Bang. Ini emang rumahnya, saya tadi emang kasih setoran di pasar, terus dia langsung pulang," jelas Ucil, dari mata dan ekspresi wajahnya seperti orang yang jujur karna ia begitu polos menjelaskan, apalagi Ucil langsung menjawab tanpa berpikir lebih dulu, apa yang dikatakannya pun sama dengan yang awal.
"ini rumanya? rumah penadah apa yang sudah kamu curi?" tanya Fajar.
"Iya, Bang. Ini rumahnya, tapi saya cuma tahu, kalau masuk belum pernah."
"Dengan siapa ia tinggal? keluarganya?"
Ucil menggeleng, ia benar-benar tak tahu soal ini sebab baru terjun ke dunia permalingan.
Fajar yang kesal karna Ucil tak tahu apa apa hanya bisa membuang napas kasar, remaja tanggung itu benar-benar tak bisa di andalkan untuk menggali informasi. Sedangkan ia juga juga harus bersiap jika ternyata begitu banyak orang di dalam sana yang mungkin menyerangnya.
.
.
.
Ya Tuhan, kenapa aku senekat ini ? apa kata Si Buaya dan Si kuncen Akherat jika aku berpulang pada-Mu dengan keadaan PERJAKA