Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Datang Ke Rumah Pak Wijaya
Di dalam kamarnya, Ethan tertawa senang. Dia sangat senang bisa mengerjai sekretarisnya itu. Tampak senyumnya selalu mengembang seiring ingatannya pada wajah Riana yang cemberut kesal padanya, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan mengumpat saja tidak bisa.
"Hahah! Lucu sekali. Lain kali akan aku buat dia tidak betah denganku. Aku kurang suka gadis itu, terlalu dekat dengan papa. Apa papa menyadari kalau gadis itu bisa saja menipunya." ucap Ethan.
Ethan menarik nafas panjang, dia lalu menghubungi sahabatnya di Inggris. Jhonson, sahabat Ethan yang bekerja sama membuat kafe di sana. Dia bekerja sama dengan laki-laki itu sewaktu masih kuliah. Dan di teruskan sampai sekarang.
Hingga dia berkenalan dengan Gaby, gadis Inggris yang kini jadi kekasihnya selama satu tahun ini. Dia sangat mencintai Gaby, karena gadis itu sangat anggun dan selalu ada di dekatnya.
Hanya kali ini dia berpisah dengan kekasihnya itu. Dan tadi sore dia menghubunginya. Sekarang dia ingin menghubungi Jhonson.
"Halo bro, apa kabar?" tanya Ethan.
"Fine, semuanya baik-baik saja Ethan." jawab Jhonson.
"Hahah! Ya ya, semua baik-baik saja. Terima kasih ya, aku mungkin di sini hanya satu tahun. Dan nanti aku akan meneruskan kafe kita di sana." kata Ethan.
"Kamu tenang saja bro, aku bisa menjalankan kafe sendirian tanpamu. Dan juga di bantu oleh Gaby, semuanya berjalan dengan baik."
"Oh ya? Gaby membantu kafe kita?"
"Iya, dia ingin bergabung di kafe. Dan menanamkan saham untuk menambah ruangan baru di belakang bangunan kafe." kata Jhonsnon lagi.
"Kok dia tidak mengatakannya padaku? Padahal tadi sore aku menelepon dia." kata Ethan heran.
"Oh, mungkin dia lupa. Nanti aku bilang padanya untuk mengatakannya sama kamu. Dan oh ya, semua kebutuhan yang selama ini kekurangan sudah di penuhi juga oleh Gaby."
Ethan diam, dia baru beberapa minggu pulang ke Indonesia. Tapi sudah banyak yang berubah, apa lagi Gaby ikut menanam saham di kafe miliknya. Tapi dia tidak mengatakan apa pun padanya.
"Baiklah, nanti aku tanyakan pada Gaby. Aku baru pulang dari kantor papaku, sangat lelah." kata Ethan.
"Oke bro. Kamu jangan khawatir ya masalah kafe, aku bisa kok menjalankannya sendiri juga."
"Ya, thanks ya bro."
"You're welcome Ethan."
Klik!
Ethan meletakkan ponselnya di meja. Dia memikirkan apa yang di katakan oleh Jhonson. Kenapa Gaby tidak mengatakannya tadi masalah menanam saham di kafenya itu. Bukannya dia tidak mau Gaby ikut campur, tapi seharusnya jangan hanya pada Jhonson dia bicara. Lagi pula, Ethan adalah pacarnya selama satu tahun ini.
_
Riana sangat kesal sekali, malam ini dia baru sampai di rumahnya. Gara-gara dia salah bicara mengenai bosnya dan ayahnya, dia di berikan tugas menyalin beberapa berkas sampai selesai. Dan tidak boleh pulang sebelum selesai.
Dia bukannya tidak kompeten dalam semua pekerjaannya. Tapi sejak di gantikan oleh Ethan, kenapa jadi serba menyebalkan.
"Huh! Apa dia memang sengaja mengerjaiku. Kupikir lebih baik bekerja dengan pak Wijaya dari pada dengan anaknya. Terkadang dia seenaknya saja memberikan perintah, kadang juga suka lebih banyak diamnya. Apa aku harus bicara dengan pak Wijaya saja?" ucap Riana mengelap rambutnya yang baru saja keramas malam-malam.
Dia duduk di atas ranjangnya, menatap ke depan sambil berpikir. Bagaimana jika dia menemui pak Wijaya saja, meminta pendapatnya apakah sebaiknya dia mengundurkan diri jadi sekretaris Ethan dan menjadi karyawan biasa saja.
Riana pun membaringkan tubuhnya, dia sangat lelah sekali hari ini. Dari pagi jam tujuh kurang dia berangkat lebih cepat, tapi pulang paling terakhir jam sembilan malam. Apa lagi dia di tinggal sendiri di kantor oleh Ethan.
Esok harinya, Riana pergi ke rumah pak Wijaya. Karena Ethan tinggal di apartemennya sendiri, jadi Riana bisa leluasa datang ke rumah ayah dari bosnya hari Minggu ini.
"Semoga pak Wijaya menerima alasanku." ucap Riana.
Dia turun dari mobil taksi kemudian membayar ongkosnya. Dia melihat rumah besar itu tampak sepi dari luar. Tapi penghuni rumahnya pasti ada di dalam, meminta izin pada satpam agar bisa masuk dan bertemu dengan pak Wijaya.
"Masuk saja mbak, bapak ada di kebun belakang. Sekarang kesibukan bapak di kebun belakang." kata satpam.
"Pak Wijaya berkebun?" tanya Riana.
"Ya, sejak tidak bekerja di perusahaan lagi. Bapak dan ibu sering berkebun di belakang rumahnya." kata satpam lagi.
Riana bingung dengan ucapan satpam itu. Tapi kemudian dia baru ingat kalau dulu pak Wijaya mengatakan akan punya kesibukan sendiri jika tidak di perusahaan lagi.
Riana pun melangkah menuju pintu, dia memencet bel. Tak lama pintu terbuka dan tampak istri pak Wijaya, dia kaget dengan kedatangan Riana ke rumahnya.
"Riana? Kamu datang kemarin?" tanya nyonya Hana dengan senang hati.
"Iya bu. Saya ingin bertemu dengan pak Wijaya." kata Riana.
"Emm, ada di belakang. Ayo ikut ke belakang aja." kata nyonya Hana.
"Iya bu. Kata satpam bapak punya kebun dan sibuk di kebun juga?" tanya Riana.
"Iya, sejak keluar dari kantor memang rencananya mau mengurus kebun saja di belakang rumah. Kan ada lahan lima ratus meter persegi di belakang rumah itu, jadi di manfaatkan untuk kebun saja. Ya, ibu pikir sih enak juga punya kebun sendiri." kata nyonya Hana.
"Waah, senang juga ya bu."
"Iya, mas Wijaya juga sangat senang bisa berkebun. Oh ya, aku kira kamu kemari mau bertemu Ethan." kata nyonya Hana.
"Ngga bu, ada yang ingin saya birakan dengan pak Wijaya." kata Riana.
"Mengenai apa?" tanya nyonya Hana.
"Emm, masalah pekerjaan di kantor sih. Dan juga masalah pak Ethan juga." jawab Riana.
"Waah, kamu sudah beradaptasi dengan anakku itu? Dia bagaimana di kantor?" tanya nyonya Hana dengan tersenyum senang.
Riana hanya tersenyum saja, justru dia datang ke rumah bosnya itu untuk mengadu masalah anaknya yang terkadang membuatnya kesal. Bukan pekerjaan yang di pentingkan, tapi justru dia lebih banyak di kerjai oleh Ethan.
Riana dan nyonya Hana sampai di halaman belakang yang sangat luas, tampak di sana pohon-pohon buah dan juga sayuran. Dia senang melihat itu, nyonya Hana menyuruh Riana untuk duduk di bangku lebih dulu. Dia memanggil suaminya dan masuk lagi ke dalam rumah mengambil minuman untuk Riana.
Riana menyibukkan diri dengan membuka pesan singkat di aplikasi watshap. Membalas pesan singkat dari beberapa teman dan juga dari ibunya di kampung yang meminta di kirimi uang.
"Kamu kemari Riana, ada perlu apa?" tanya pak Wijaya melepas sarung tangannya yang kotor setelah mencangkul tadi.
"Ooh, saya mengganggu kesibukan pak Wijaya ya." kata Riana tidak enak hati.
"Tidak juga. Saya senang kamu kemari, niatnya mau memanggil kamu datang ke rumahku. Tapi kamu datang sendiri kesini." kata pak Wijaya.
"Iya, saya ingin bicara masalah di kantor pak." kata Riana.
"Masalah kantor? Memang ada apa di kantor? Bukankah masalah kantor itu masalah Ethan." kata pak Wijaya.
"Iya tapi ....."
"Ooh, jadi kamu pagi-pagi datang menemui papaku hanya untuk bertemu dengannya?!"
"???"
"Ethan?!"
_
_
*******************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌