Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.
Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.
Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.
Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁
Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Kacau. Satu kata yang tengah di rasakan oleh Giska sekarang. Gara-gara terlalu memikirkan sang suami, ia sampai lupa pada Tokonya di bawah. Ia malah sibuk sendiri di lantai atas. Bukan sibuk bekerja, ia malah sibuk merenung. Merenungi nasibnya yang menyedihkan. Menikah, tapi seperti tak memiliki suami.
Giska akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Yang ternyata tengah ramai, terlihat ada beberapa orang yang antre di depan kasir yang di jaga Lisa. Juga Rere yang terlihat tengah mengambilkan keinginan pelanggan.
Giska lantas membantu Lisa, ia langsung permisi pada orang yang antre di depan Lisa dan membantunya. Hingga, akhirnya Toko kembali sepi, saat menjelang Dzuhur. Giska lantas menyuruh kedua karyawati nya istirahat, sementara dirinya tetap di sana. Ia belum merasa lapar, padahal tadi pagi ia tak jadi sarapan. Jujur saja, ia masih penasaran dengan sikap Mas Malik nya itu.
Seketika ide nya muncul, seperti nya ia harus mengintai sang suami, ia harus tahu apa penyebabnya sampai saat bersamanya bersikap dingin, namun saat bersama orang lain ia bersikap hangat. Giska menganggukkan kepalanya, bibirnya tersenyum smirk. Untung bercadar, jadi seandainya ada orang, tidak akan tahu kalau dirinya tengah berwajah sok misterius.
Sampai siang menuju sore, keadaan Toko sudah sepi. Giska lantas menyuruh Lisa dan Rere menutup Toko nya. Ia ingin menemui suaminya di Kedai, ia ingin tahu sedang apa suaminya itu. Bisa jadi 'kan? Dia punya wanita lain yang akhirnya dia dingin pada Giska? Begitulah, kira-kira pikiran Giska.
Begitu Toko di tutup dan dirinya menerima kunci Toko dari Rere. Ia langsung menjalankan motornya, meninggalkan Rere dan Lisa yang akan pulang dengan menaiki angkutan umum.
Jilbab putihnya berkibar-kibar, terbawa angin. Giska melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sembari menikmati waktu sore hari di Ibukota. Memperhatikan setiap jalan yang ia lewati, ia tersenyum saat matanya tak sengaja melihat sepasang suami-istri dengan anak mereka yang terlihat romantis. Saling suap, menyuapi.
'Ah, manisnya,' begitu ucapnya setelah melewati orang tersebut. Hingga sampailah motornya di depan 'Kedai Cilok Kekinian' milik suami dan adik iparnya. Tempatnya lumayan ramai, dan biasanya yang datang adalah kalangan anak muda pecinta jajan. Seperti dirinya. Setelah memakirkan motornya dan melepas helm nya, Giska lantas masuk ke dalam Kedai.
Ia bisa melihat suaminya di depan tempat cilok, tengah melayani pembeli. Lantas Giska mengalihkan pandangannya, ada Malik yang tengah mengelap meja. Mungkin baru saja ada pelanggan yang pergi.
Giska lantas membenarkan cadar juga jilbabnya, lalu melangkahkan kakinya ke arah sang suami. "Assalamu'alaikum," sapa nya.
Malik menoleh, lantas memperhatikan sekitar. Lalu tersenyum terpaksa, "wa'alaikumsallam," jawabnya seraya menyodorkan tangannya pada Giska.
Giska menatap wajah tampan suaminya itu, lantas menerima uluran tangan suaminya dan mencium punggung tangan Suaminya itu.
"Duduk," ucap Malik. Yang lantas kembali mengambil cilok untuk pelanggan berikutnya. Dengan mengembuskan napas kesal, Giska lantas duduk di kursi yang ada di belakang Malik. Tak lama dia duduk, sang adik ipar datang. Dengan gaya yang menyebalkan, cengengesan tak karuan.
"Assalamu'alaikum ... kakak ipar," ucap Mika yang lantas duduk di kursi yang lainnya.
"Wa'alaikumsallam, kamu sudah telepon Mama belum?! Kok tadi Mama bilang, nomormu tidak aktif?" tanya Giska.
Ya, tadi Mama Yuni telepon, menanyakan kenapa anak bungsunya yang masih jomblo itu tidak bisa di hubungi. Maklum saja, Mama Yuni pikir kehidupan Malik dan Giska akan sangat romantis setelah menikah, jadi setiap apa-apa, Mama Yuni tak pernah telpon ke Malik, lebih sering ke Giska.
"Hehe," Mika malah tertawa, "ponselku rusak lagi, Lik." katanya.
Giska melirik kesal, "kamu loh! Ponsel kok bolak-balik rusak." ujar Giska sembari menggelengkan kepalanya.
Malik yang dari tadi sibuk, bolak-balik menoleh ke belakang, memperhatikan istri dan adiknya yang tengah ngobrol.
"Itu, keluaran lama, Lik. Ya, ampun. Patut lah kalau sudah rusak. Rencana nanti malam mau beli, minta ditemani Mas Malik, boleh 'kan?! Atau kamu mau ikut?" tanya Mika.
Giska tengah berpikir, lantas menggeleng. "Tidak deh, aku balik aja."
"Eh, boleh pinjam ponselnya ndak? Pengin telpon Bunda, suruh kirimin mangga yang ada di rumah Eyang," tangan Mika terulur meminta ponsel sang kakak ipar. "Pinjem punya Mas Malik, sudah ndak bisa, ada pin nya," sambung Mika.
Giska mengambil ponselnya dari dalam tasnya, ia lantas memberikan nya pada Mika, tanpa menyentuh pastinya. Mika lantas pergi ke ruangan yang ada di belakang Giska duduk, tempat untuk istirahat di sebelah dapur.
Sekilas dahi Giska berkerut, 'pin?' tanyanya dalam hati. Setau Giska, Malik dan Mika itu orang yang selalu terbuka. Tidak pernah memakai Pin untuk ponselnya. Lalu, kenapa sekarang jadi ada pin nya?! Tanda tanya besar untuk Giska. Ia benar-benar harus menyelidiki suaminya. Kenapa kiranya sampai berubah sedemikian rupa.
Giska lantas mengedikan bahunya, ia punya ide lagi sekarang. Lihat saja nanti, mungkin ia akan tahu alasan suaminya dingin padanya.
Malik selesai dengan kegiatannya, ia lantas duduk di sebelah Giska. Di tempat duduk yang tadi di pakai oleh Mika. "Mau, cilok?" tanya Malik tanpa melihat di mana istrinya berada.
"Enggak." jawab Giska.
Ia menarik napas kasar lagi, jujur saja. Walaupun di luar ia terlihat kuat dan biasa saja, namun hatinya merasa sakit. Keduanya bahkan diam, seperti orang yang belum kenal. Apakah seperti itu suami istri?!
Sampai akhirnya Mika kembali dan memberikan ponsel Giska pada Malik. "Bunda," ucapnya memberikan ponsel.
Ternyata layar masih nyala dengan menampilkan gambar Bunda di sana, tersenyum ke arah layar ponsel.
Malik buru-buru memasang senyum manisnya dam membawa ponsel ke ruangan belakang. "Assalamu'alaikum, bun," sapa Malik. "Lagi, apa?" tanya Malik pada Bunda Anugrah.
" Wa'alaikumsallam, Baik, lagi main di rumah Eyang Lik, Alika mana?! Kata Mika ada di sana," kata Bunda Anugrah.
Malik belum memanggil Istrinya, namun Giska sudah duduk di sebelahnya.
"Assalamu'alaikum, Bunda ku Sayang," ucap Giska dengan senangnya. Malik pun sama tersenyum, mengarahkan layar ponsel ke arah tengah-tengah mereka, bahkan Malik merangkul pundak Giska agar menempel padanya, membuat Giska menoleh dan menatap Malik dengan tatapan heran, dalam hatinya mengagumi kehebatan sang suami dalam memainkan peran.
"Wa'alaikumsallam Sayang, kamu mau juga 'kan mangga nya? Mau sekalian sama rambutan? Di rumah lama Bunda sudah pada merah-merah, dari pada beli di sana," ucap Bunda pada anak perempuan satu-satunya.
Wanita yang kini masih cantik walaupun usianya tak lagi muda itu tersenyum malu, saat mendapati anak dan menantunya saling pandang tak memperdulikannya. Namun, Malik yang menyadarinya lantas kembali melihat layar ponsel. "Kirim saja semuanya, Bund. Tahu sendiri Giska kalau sama buah rambutan udah kayak sama apa, tidak perduli sama yang lainnya." ujar Malik pada Bunda.
Bunda Anugrah terlihat mengangguk setengah tertawa. Namun, baru saja Bunda Anugrah akan kembali berbicara tiba-tiba ponsel di tangan Malik di rebut oleh Giska dan ia menutup sambungan telpon video itu. Membuat Malik menatap Giska dengan heran.
Giska pun sama, ia menatap Malik dengan mata yang berkaca-kaca. "Maksud kamu, apa Mas?" tanya Giska dengan lirih, ia tak mau Mika sampai mendengarnya. "Kenapa kamu berubah-rubah layaknya bunglon?" sambungnya dengan dada yang terasa semakin sakit, sesak dan tidak karuan. Rasanya sekarang ia ingin memukul dengan keras suaminya itu untuk sikap nya yang sangat menjijikan.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee