Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 5
🍁🍁🍁
"Kamu kenapa?"
"Eh... tidak pa-pa Mbak! Terima kasih atas penjelasannya tadi."
"Sama-sama."
Sebelum Nayra keluar dari ruangan Tiara, kembali Tiara memanggil Nayra.
"Nayra..."
"Iya Mbak, ada apa?" tanya Nayra sambil membalikkan badannya.
"Aku mau kasih peringatan ke kamu untuk tak terlalu membuat masalah kedepannya, apalagi sampai bermasalah sama Pak Andrian maka tamatlah riwayat mu dari perusahaan ini."
"Memangnya kenapa Mbak?"
"Sini lebih dekat aku akan ceritakan."
Nayra lebih mendekat untuk mendengar cerita dari Tiara. Sebelum bercerita Tiara terlihat melirik ke arah kanan-kiri untuk memastikan tidak ada orang di sana.
"Kamu hati-hati dengan Pak Andrian, dia itu begitu galak. Bila kamu mempunyai sedikit saja keselahan maka kamu akan di pecat atau akan dipotong gajimu. Bahkan kamu ke 21 orang yang sudah menjadi asisten Pak Andrian."
"Terus asisten nya yang dulu kenapa sampai di pecat?"
"Bukan di pecat tapi mereka semua memundurkan diri untuk menjadi asisten Pak Andrian, sebab setiap yang mereka lakukan selalu salah di mata Pak Andrian. Dan lebih parahnya lagi Pak Andrian dirumorkan tidak tertarik dengan lawan jenisnya."
Seketika Nayra langsung melototkan matanya mendengar perkataan Tiara, mana mungkin Andrian tak suka lawan jenis. Kalau tak suka mana mungkin dia melakukan itu padanya dulu sampai menimbulkan mempunyai anak.
"Maksud Mbak kalau Pak Andrian itu gay?"
"Aku juga kurang tau, tapi kata orang-orang seperti itu, karena selama dua tahun saya menjadi sekretarisnya tak pernah melihatnya bersama dengan wanita ataupun mempunyai pacar."
Nayra hanya diam saja. Dia masa bodoh tentang Andrian gay atau tidak, karena tujuannya di sini adalah bekerja mencari uang.
"Kalau gitu saya pergi dulu Mbak, kayaknya Pak Andrian sudah datang."
"Kamu hati-hati berhadapan dengan Pak Andrian, semangat!"
"Terima kasih!"
Keasikan ngobrol membuat Nayra terlambat masuk ke dalam ruangan Andrian. Sedangkan Andrian sudah datang sejak tadi.
"Kenapa terlambat?" tanya Andrian langsung mengintimidasi Nayra yang baru masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf Pak saya tadi terlebih dahulu ke ruangan Mbak Tiara untuk menanyakan pekerjaan saya."
"Besok-besok kalau kamu terlambat seperti ini, saya tak akan segan-segan memotong gajimu 20%. Sekarang kamu buatkan saya kopi!"
Tanpa lama-lama Nayra langsung pergi membuatkan Andrian kopi. Nayra bernafas lega karena bisa lolos dari kesalahannya tadi.
"Syukurlah aku nggak dipecat tadi."
Tak lama kemudian Nayra datang membawakan secangkir kopi ke dalam ruangan Adrian.
"Ini Pak kopinya." Nayra menaruh kopinya di atas meja kerja Andrian.
"Kalau boleh tau di mana tempat duduk saya Pak?" tanya Nayra ragu-ragu.
Andrian langsung melirik Nayra dengan tajam, seperti Andrian tak suka mendengarkan Nayra bertanya padanya.
"Apa kamu tak punya mata sampai tak melihat ada meja di sebelah sana?"
Mulutnya seperti cabe rawit merah yang sangat panas didengar. Apa perlu harus menghina untuk memberi tahu. Nayra semakin kesal melihat wajah Andrian saat ini.
"Maaf Pak!" Nayra tertunduk lalu pergi duduk di mejanya.
Sedangkan Andrian mencoba mencicipi kopi buatan asisten barunya. Satu serut... dua serut... sampai tiga serut Andrian merasakan begitu nikmat kopinya, entah kenapa yang awalnya Andrian pemilih dalam rasa kopi menjadi langsung suka ketika asistennya yang buat.
"Lumayan! Tahap awal yang tak mengecewakan."
Andrian tak henti-hentinya menyerut kopinya sampai habis, ingin Andrian kembali meminta dibuatkan tapi ia merasa gengsi untuk meminta dibuatkan, nanti asistennya merasa ke geeran menganggap kopinya enak walaupun kenyataannya memang enak tapi Andrian sangat sulit untuk mengakui itu.
Tapi di kejauhan Nayra mengintip Andrian terlihat menikmati kopinya, ia ingin tertawa mendengar gumaman Andrian yang gengsi untuk minta dibuatkan kopi olehnya.
"Syukurlah kalau dia merasa gengsi untuk dibuatkan kopi, aku jadi tak lelah bolak-balik membautkanya kopi," ujar Nayra di dalam hatinya sambil menahan tawanya melihat ekspresi bosnya yang ingin meminum kopi lagi.
Pagi sudah berlalu sekarang waktunya makan siang. Akhirnya Nayra bisa berdiri setelah beberapa jam duduk tanpa melakukan apa-apa, sungguh membosankan.
"Maaf Pak menganggu, ini sudah waktunya makan siang. Apakah boleh saya keluar untuk makan siang?"
"Hm..." cukup simpel jawaban dari Andrian membuat Nayra begitu senang.
"Tunggu! Jangan lupa bawakan saya makan siang."
"Memangnya Bapak mau makan siang apa?" seketika Andrian langsung melirik tajam wajah Nayra. Nayra langsung menundukkan kepalanya yang telah lancang bertanya.
"Maaf Pak, saya lupa bertanya apa makan siang Bapak."
"Pesankan saya telur mata sapi."
Mendengarkan itu membuat Nayra mengingat makanan kesukaan anaknya, Alden juga sangat suka makan telur mata sapi.
"Itu saja Pak?"
"Hm..."
"Baiklah kalau itu saja yang Bapak pesan, saya permisi dulu."
Nayra keluar dari ruangan Andrian lalu menuju kantin kantor. Sepanjang perjalanan ia masih sempat berpikir bahwa semua kebiasaan aneh anaknya apakah itu keturunan dari Pak Andrian. Nayra juga sempat berpikir bahwa wajah anaknya sangat begitu mirip dengan Andrian.
"Aku yang capek-capek ngelahirin dan ngebesarin Alden malah mirip sama laki-laki berengsek itu yang hanya numpang menaruh benihnya di rahimku, sedangkan aku tak ada mirip-miripnya dengan Alden," gumam Nayra sambil menghentakkan kakinya.
Tak terasa Nayra sudah sampai di kantin kantor. Nayra pun memesankan pesanan Andrian lalu kembali naik ke atas untuk membawakan makanan untuk bosnya itu.
Tok... tok... tok...
"Masuk!" seru Andrian lalu Nayra pun masuk ke dalam.
"Ini Pak pesanan Bapak."
Nayra menaruhkan nampan berisi makan siang itu ke meja kerja Andrian lalu secepatnya pergi untuk makan siang.
"Kamu mau ke mana?"
"Saya mau ke kantin Pak."
"Kamu belum makan siang?"
"Bagaimana bisa makan siang kalau di suruh dari tadi," batin Nayra di dalam hati.
"Belum."
Tanpa menangapi jawaban dari Nayra Andrian pun langsung saja menikmati makan siangnya tanpa lagi menangapi perkataan Nayra tadi. Nayra begitu kesal melihat sikap bosnya ini.
Di kantin kantor Nayra hanya sendirian makan karena Nayra belum mengenal semua karyawan yang ada di kantor ini. Untung saja Tiara sekretaris Andrian menghampirinya untuk menemaninya makan siang.
"Boleh duduk di sini nggak?" tanya Tiara sambil membawa nampan berisi makanannya.
"Silahkan Mbak!" Nayra mempersiapkan Tiara duduk di depannya.
"Ngomong-ngomong kok kamu makan sendirian? Kamu belum kenal orang-orang di kantor?" Nayra hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Eh tadi gimana kerjanya? Ada masalah?" tanya Tiara terlihat begitu antusias.
"Masalah sih nggak ada, tapi baru aja kerja udah dapat omelan, mana omelanya pedes kayak cabe rawit," seru Nayra dengan nada kesalnya, sangking kesalnya ia mencincang-cincang makanannya.
See you again...
typoo yaaaa