Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Keesokan harinya Chatlea terbangun ia mulai melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Setelah menyiapkan sarapan, ia berjalan menuju kamarnya.
"Tok.. tok.. tok.."
Chatlea mengetuk pintu kamarnya.
"Mas, makanan sudah siap." Panggil Chatlea.
Tidak ada sahutan.
"Mas." Panggil Chatlea kembali.
Karena tidak ada sahutan, Chatlea mulai berpikir Hendra tidak pulang.
"Hikss.. hikss.. apa kamu benar-benar menikahi wanita itu mas?" Cemas Chatlea.
Chatlea memutar kenop pintu kemudian masuk ke dalam. Hatinya mulai gelisah mengingat kata-kata Hendra. Tubuhnya lemas, tangannya dingin dan kakinya sudah gemetar.
Ia menutup mulutnya seolah tidak percaya. Penglihatannya mulai buram ingin segera berpegangan namun tidak ada tempat untuk bertumpu. Pandangannya kosong dan buram.
"Brukhhh."
Chatlea terjatuh di lantai.
"Mommy." Teriak Zidan, dia sedang mencari Chatlea untuk sarapan sedangkan Zarah menunggu di meja makan.
"Hikss.. Mommy bangun, hikss.. Mommy! Panggil Zidan.
Zidan segera berdiri kemudian berlari memanggil Zarah.
"Zarah Mommy pingsan, cepat ambilkan obat di kamar." Teriak Zidan.
Zarah segera berdiri kemudian berlari menuju kamarnya mengambil kotak obat.
"Ini kak." Zarah menyerahkan kotak obat.
"Mommy, hikss.. Mommy bangun jangan tinggalin Zarah."
Zidan mengambil minyak kayu putih kemudian mendekatkan di hidup Chatlea.
"Hikss.. hikss.. hikss.. Mommy ayo bangun." Zarah menggoyangkan lengan Chatlea.
"Gosok telapak tangan Mommy biar hangat." Perintah Zidan.
Zarah melakukan perintah Zidan sambil menangis.
"Hikss.. Mommy bangun." Panggil Zarah.
Perlahan-lahan Chatlea membuka matanya. Ia kasihan melihat anak-anaknya sedang menangis.
"Maafkan Mommy sayang, Mommy buat kalian khawatir." Gumam Cathlea.
"Kenapa Mommy bisa pingsan?" Tanya Zidan.
"Mungkin karena Mommy kurang istirahat sayang. Kalian jangan khawatir, Mommy baik-baik aja." Ucap Chatlea kemudian memeluk anak-anaknya.
"Daddy sudah berangkat Mom?" Tanya Zidan.
"Daddy keluar kota sayang, ada pekerjaan yang harus di selesaikan di sana." Chatlea berbohong agar anaknya Tidak bertanya lagi.
Zidan dan Zarah saling melirik.
"Ayo kita sarapan, mulai hari ini Mommy yang akan antar kalian ke sekolah." Ucap Chatlea.
"Kenapa bukan Daddy?" Tanya Zidan.
"Daddy kan di luar kota." Cathlea berjalan menuju meja makan bersama anak-anaknya.
Setelah sarapan Chatlea memesan taksi online lalu mengantar Chatlea dan Zidan ke sekolahnya. Setelah sampai di sekolah mereka di sapa oleh kepala sekolah.
Disinilah Zidan dan Zarah sekolah, di salah satu sekolah international elementary school.
Awalnya Chatlea ingin menyekolahkan anaknya di TK namun semua TK menolaknya karena mereka terlalu pintar, jadi Chatlea mendaftar kan mereka di Sekolah dasar yang biasa, namun di tolak kembali karena umur mereka belum cukup. Akhirnya Chatlea meminta Ririn mencarikan sekolah untuk anak-anaknya, dan kebetulan Ibu Ririn adalah kepala sekolah yayasan itu, jadi Ririn meminta ibunya untuk menerima mereka sekolah di sana.
"Good morning Zidan, Zarah, Chatlea boleh kita bicara sebentar?" Sapa Ibu Ratna kelapa sekolahnya Zidan.
Ibu Ratna sudah menganggap Chatlea anak sendiri seperti Ririn, karena saat kuliah Chatlea sering ke rumah Ririn mengerjakan tugas-tugasnya.
"Good morning Miss." Sapa Zidan dan Zarah.
"Boleh Bu. Zidan, Zarah kalian masuk kelas ya?" Ucap Chatlea.
Ibu Ratna dan Chatlea berjalan menuju kantor kepala sekolah, kemudian duduk berdampingan di sofa.
"Begini nak Lea, kamu jangan tersinggung ya nak, Ibu tahu kamu kaya dan banyak uang, tapi di sekolah ini juga ada aturannya." Ibu Ratna ragu-ragu untuk bicara.
Chatlea mulai cemas, mungkin kepala sekolah akan menagih uang sekolah anak-anaknya yang menunggak 3 bulan.
"Saya akan segera membayar uang sekolah mereka Bu." Ucap Chatlea.
"Bukan itu nak, aturan di sekolah ini, kami memberikan bea siswa untuk anak-anak yang berprestasi. Nah kebetulan Zarah dan Zidan masuk diantaranya, Ibu sangat bangga dengan anak-anak mu, mereka sangat pintar, IQ nya diatas rata-rata bahkan gurunya saja kewalahan saat memberinya tugas, semua tugas di kerjakan dengan cepat tanpa ada kesalahan. Apa kamu nggak keberatan kalau saya memasukkan mereka ke daftar anak yang menerima bea siswa?" Tanya ibu Ratna.
"Masya Allah Bu! Alhamdulillah... Lea mau Bu." Chatlea meneteskan air mata karena terharu.
Ibu Ratna mengerutkan keningnya.
"Kenapa sikapmu seperti ini nak? apa kamu ada masalah dengan keuangan mu?" Selidik ibu Ratna.
"Jujur saja, ia Bu. Tapi dengan adanya bea siswa ini saya merasa lega akan pendidikan anak-anak saya, terima kasih banyak Bu." Chatlea menghapus air matanya.
"Jika kamu ada masalah, bicaralah dengan Ibu atau Ririn jangan di simpan sendiri. Ibu sudah mengaggap kamu seperti anak ibu sendiri.
"Ia Bu, semenjak Lea kenal ibu, Lea selalu merasa ibu Lea ada di sisi Lea. Terima kasih." Cathlea memeluk Ibu Ratna penuh kasih sayang.
Setelah melepas pelukannya, ibu Ratna berdiri dan mengambil berkas-berkas yang harus Chatlea tanda tangani.
"Baca dulu nak, lalu tanda tangan, setelah ini anak-anak mu akan mendapatkan pendidikan yang terbaik dari sekolah ini tanpa harus membebani pikiran mu." Ucap Ibu Ratna.
Chatlea membacanya setelah itu tanda tangan.
"Terima kasih Bu, Lea nggak tahu bagaimana harus membalasnya." Ucap Chatlea.
"Husss, jangan bicara seperti itu, mereka juga cucu-cucu Ibu, jadi sudah sepantasnya Ibu memberikan apa yang mereka harus dapatkan." Ucap Ibu Ratna.
"Baiklah Bu, saya pulang dulu masih banyak yang harus Lea kerjakan." Ucap Chatlea.
"Hati-hati di jalan ya nak." ucap ibu Ratna.
Chatlea berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Terima kasih ya Allah, hari ini Engkau memberiku rejeki untuk anak-anakku." Gumam Chatlea meneteskan air mata.
"Sekarang aku harus cari kerja, lalu menjemput mereka kembali." Monolog Chatlea sambil melangkahkan kakinya.
Ia mencari pekerjaan di Cafe dan beberapa toko yang ada di pinggir jalan. Tapi sampai saat anak-anaknya pulang pun ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali menjemput anak-anaknya.
"Mommy!" Teriak Zidan dan Zarah saat melihat Chatlea di depan kelasnya.
Chatlea memeluk anak-anaknya.
"Ia sayang, bagaimana sekolahnya?" Tanya Chatlea.
"Baik, Mom." Jawab keduanya.
"Ayo, kita pulang!" Ucap Chatlea memegang mereka di tangan kiri dan kanan.
Setelah memesan taksi online, mereka pulang menuju rumah. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di rumah, anak-anak langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan Chatlea menuju dapur membuatkan makanan untuk makan siang.
Chatlea berjalan menuju kamar.
"Zidan, Zarah, ayo kita makan, makanan sudah siap." Ucapnya.
Zidan dan Zarah beranjak menuju meja makan, mereka menikmati makanan tanpa ada yang berbicara.
"Mom, Zidan mau telpon Daddy, Zidan rindu." Ucap Zidan setelah mereka makan.
"Sebentar sayang." Chatlea mengambil ponselnya lalu menghubungi Hendra.
"Speaker Mom, aku juga mau ngomong." Ucap Zarah.
Chatlea menekan loud speaker di ponselnya.
"Halo, jangan menelpon ku lagi, aku akan menikah." Bentak Hendra.
"Daddy." Serentak Zidan dan Zarah
Chatlea tertegun, Air matanya tumpah seketika.
"Daddy akan menikah?" Tanya Zidan.
"Kak, menikah itu apa?" Tanya Zarah pada Zidan.
"Kita punya Mommy baru." Jawab Zidan.
"Ia nak, kalian punya Mommy baru namanya Mommy Bella." Ucap Hendra.
"No Dad! Kami sudah punya Mommy." Tegas Zidan.
"Dimana Mommy kalian?" Tanya Hendra.
"Ada di samping kami." Jawab Zidan.
"Berikan ponselnya pada Mommy." Ucap Hendra.
Chatlea berjalan ke kamar meninggalkan Zidan dan Zarah.
"Halo mas, aku mohon jangan menikah, hissttt.. hisstt.." Ucap Chatlea.
"Tidak bisa, setelah ini jangan coba-coba menelpon ku lagi." Sentak Hendra.
"Kenapa mas? hikss.. hikss... kami butuh mas di sini, mereka sedang merindukan mu mas, sudah 2 hari kamu nggak pulang." Ucap Chatlea.
"Karena aku nggak mau di ganggu saat bersama istriku." Tegas Hendra lalu menutup telponnya.
"Mas" Chatlea masih ingin bicara.
"Tut.. Tut.. Tut.." Sambungan telepon terputus.
.
.
.
Bersambung...
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
.