Tugas seorang suamu adalah memberi nafkah lahir batin seorang istri. Namun pada kenyataannya tak sedikit lelaki yang menyempelekan kewajibannya itu. Jangankan memberi nafkah secara sukarela, tak jarang istripun bagai pengemis yang harus berkali-kali bahkan mengiba untuk meminta yang telah menjafi haknya.
Tak sedikit kita temui banyak lelaki yang belum menyadari posisi tanggung jawabnya ketika ia memutuskan menikah. Banyak yang abai atau malah masih asik dengan hobinya nongkrong serta bermain game.
Itu juga lah yang terjadi dengan Heru, ia begitu abai menafkahi Rena. Bahkan uang belanja perharipun jauh dari kata cukup, Rena istri yang penyabar selalu menurut dan patuh kepada kehendak Heru. Karna baginya sturganya ada pada lelaki yang telah menikahinya itu.
Namun kesabaran yang telah ia semai diinjak-injak oleh keegoisan Heru, Rena lelah dalam kesabarannya yang tak pernah dihargai akhirnya berontak.
Hal apakah yang akan dilakukan Rena? yuk baca kisahnya, jangan lupa like, vote and komennya ya readers💜.
Terima kasih 😊😇💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Afrianthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu Angkuh. (35)
"Tapi Bu ... Heru selingkuh sebab Rena tak bisa menjadi istri yang baik. Dia selalu menuntut uang belanja lebih padahal kalo saja dia gak boros seharusnya uangnya cukup buat belanja." Fitnah Heru.
"Apa kamu bilang Mas, aku menuntut. Aku menuntut masih hal wajar dan itu adalah hakku, yang tak lain adalah kewajibanmu. Kamu fikir uang 100 ribu untuk tiga hari dapat apa Mas? Aku tau kok berapa gaji yang kamu terima dan menurutku kamu mampu memberikam nafkah secara layak. Andai kamu gak pelit sama istri dan anakmu sendiri Mas?!" Balas Rena sengit.
"Cukup ya kamu bilang aku pelit terus! Kan udah pernah aku bilang uangnya aku tabung buat kebutuhan kalian juga,"
"Kebutuhan kami atau kebutuhan selingkuhanmu, kebutuhanmu untuk senang-senang dengan pacarmu itu. Iya kan Mas?!" Tak gentar Rena terus saja menangkis setiap serangan Heru.
"Kamu tuh ya jadi istri gak pernah bersyukur. Nyesel aku dulu nikahin kamu," Tandas Heru.
"Oh ya udah kalo kamu nyesel, aku dengan senang hati menyerah dan pergi dari kamu." Tantang Rena.
"Ya udah pergi sana, pulang kampung. Biar anak-anak sama aku disini. Kamu gak akan mampu ngebiayain mereka,"
Bapak dan Ibu yang menyaksikan perdebatan antara anak dan menantunya menjadi semakin geram. Terutama demi mendengar jawaban Heru. mereka tak habis fikir mengapa Heru malah tak terlihat merasa bersalah meski sudah jelas dimana letak kesalahannya.
"Cukup ....!" Bentak Bapak.
"Heru, Ibu gak pernah mengajarkan kamu menjadi manusia yang gak punya hati dan logika kayak gini ya. Ibu malu dengan kelakuan kamu, bukannya minta maaf malah kamu yang lebih nyolot!" Ucap Ibu.
"Si Rena si Bu yang mancing-mancing duluan. Ya Heru mah silahkan aja kalo dia mau pergi," Ucap Heru tanpa merasa bersalah.
"Diam kamu Heru! sampai kapanpun Rena dan anak-anakmu tidak akan keluar dari rumah itu. Kamu yang harus keluar dari rumah itu."
"Apa Bu ...! Ibu gak salah ngomong. Yang anak Ibu itu aku bukan si Rena. Kenapa aku yang harus keluar, lagi pula itu rumahku kan Bu?!" Tanya Heru, iya tak terima jika dirinya lah yang justru terusir dari rumahnya sendiri.
"Siapa bilang itu rumahmu, itu rumah Ibu. Dan akan Ibu berikan kepada cucu Ibu. Dalam hal ini juga kamu yang salah telah bermain api. Makanya Ibu berikan itu untuk Rena dan anak-anaknya," ucap Ibu yakin dengan keputusannya.
"Ibu gak adil! Pak, Bapak bela Heru kan Pak! Heru kan anak Bapak?! lalu Heru akan tinggal dimana nanti?" Tanyanya mengiba pada Bapak.
"Bapak setuju dengan Ibumu. Kamu harus menanggung sendiri akibat perbuatanmu, Tapi jika Rena mau memafkanmu maka semua akan kembali seperti semula. Namun jika tidak ya siap siaplah kau angkat kaki," Jawab Bapak santai menanggapi kegelisahan Heru.
"Bagaimana Rena kamu mau memafkan Heru tidak?" Tanya Ibu.
"Maaf Bu, Pak. Untuk saat ini Rena masih butuh waktu untuk berfikir. Apa yang dilakukan Mas Heru sungguh menyakitkan, terlebih kata-katanya barusan yang malah balik menyerang." Rena menundukkan kepalanya, ia tak ingin melihat wajah Ibu yang kecewa dengan keputusannya.
"Dengar sendiri kan kamu Heru, Sekarang tugas kamu perbaiki diri. Jalin kamunikasi yang lebih baik dan mengambil hati Rena kembali. Mudah-mudahan masih tersisa sedikit pintu maafnya untuk menerima kamu kembali." Ucap Bapak.
Heru terdiam dalam bimbang, dirinya yang terlalu angkuh untuk meminta maaf terasa sangat mengoyak batinnya. Namun jika dia tidak meminta maaf dan kembali pada Rena, ia pun tak bisa membayangkan akan jadi seperti apa ia nanti.
"Minta maaf aja susah banget sih buat kamu," Ucap Ibu yang sedari tadi merasa jengkel karna Heru tak juga mengucapkan kata maaf kepada Rena.
"I-Iya ... A-aku minta maaf, aku sadar aku khilaf," ucap Heru dengan terbata.
"Nah gitu dong. Dari tadi kek ngomong begitu, bukannya malah berkelit aja kamu!" kali ini Bapak yang ikut geram.
"Aku masih butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku mau istiqarah dulu, berikan aku waktu setidaknya 1 minggu untuk memikirkan. Apakah pernikahan kita layak dipertahankan atau tidak," Rena menjawab dengan memalingkan wajahnya dari Heru, Ia tak ingin hatinya menjadi Iba dan luluh dengan menatap Heru yang tengah memelas.
"Baiklah silahkan kamu berfikir dulu, sementara menunggu mulai malam ini Heru kamu tinggal disini sama kami," Ucap Bapak.
Malam Itu Rena dan anak-anak memutuskan kembali kerumah mereka dengan menumpang mobil Bapak, ya walaupun itu mobil tua yang sewaktu muda dulu ia beli. Namun kondisinya masih sangat layak jalan.
Heru duduk di depan menemani Bapak yang sedang mengemudi, sedang Rena ada di kursi belakang. Tak ada obrolan apapun sepanjang perjalanan. Hingga akhirnya mereka sampai didepan rumah,
Rena dan anak-anak langsung masuk. Heru nampak terdiam sejenak di teras rumah.
"Hey, ngapain kamu malah bengong. Ato vepat kemasi barang yang akan kamu bawa." Tegur Bapak pada Heru yang malah diam mematung.
Untuk pertama kalinya dalam hidup Heru ia merasa canggung memasuki rumah yang selama ini ia tempati bersama Rena dan anak-anak mereka. Dikemasinya beberapa pasang baju dan keperluan lainnya kedalam sebuah koper kecil.
"Kamu yakin cuma mau bawa ini aja?" tanya Bapak yang Heran melihat Heru hanya membawa 3 pasag baju saja.
"Ia pak, Heru yakin kok besok juga Rena dah maafin Heru. Dan bakalan suruh Heru balik kerumah ini, ia gak bakalan bisa hidup tanpa Heru, Pak!" ucapnya yakin.
"Jangan terlalu yakin kamu Heru, jangan-jangan malah kamu yang gak bisa hidup tanpa istrimu itu!" Seru Bapak meragukan ucapan anaknya.
"Lihat saja nanti," ujar Heru begitu yakin.
Next...