Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Viona Tau
Di pagi hari, Viona sudah bersiap keluar rumah dia ingin menemui teman-temannya dan akan mengklarifikasi kenapa dia bisa sampai pulang duluan saat acara kemping sehingga menyebabkan semua teman-temannya ikut pulang dan membatalkan acara tersebut. Seperti biasa, rok pendek, kaos ketat dengan belahan leher yang terbuka, Viona kena kan sehingga membuat belahan dadanya terlihat jelas sehingga membuat siapapun yang melihatnya akan memandangnya berbeda termasuk kaum pria. Dia dengan acuh melewati Steven yang sedang menantinya di meja makan.
"tunggu, Viona! kita sarapan dulu!" ucap Steven begitu Viona melewatinya seakan gadis itu tidak melihat keberadaannya. Padahal ia dengan susah payah telah menyiapkan segalanya untuk gadis itu.
Viona hanya menoleh sebentar, kemudian kembali melanjutkan langkahnya acuh.
Steven menjadi kesal, perintahnya tak di hiraukan anak tirinya.
"Viona tunggu!" pekik Steven dengan suara yang lebih meninggi. Dia pun segera bangkit dan mendekati Viona.
Steven berada tepat di hadapan Viona dengan tatapan tajam. Keduanya saling menatap, sama sama menatap dengan tatapan penuh arti. Kemudian, tatapan Steven turun bagian depan dada Viona. tangan Steven menarik cardigan yang membalut kaos dalam Fiona kemudian memasangkan kancingnya sehingga Fiona terlihat lebih rapi tanpa belahan dada yang terbuka. "berpenampilan lah yang sopan jika mau ke luar rumah!" ucapnya.
"kenapa?" tanya Viona.
Steven hanya mendengus, tanpa harus menjawabnya.
"jika kamu saja tidak tertarik dengan penampilan ku, lalu bagaimana teman temanku bisa tertarik?"
Viona menatap tajam ke arah Steven, masih ingat dengan jelas penolakan ayah tirinya semalam. Rasa sakit hati masih menggelayuti hatinya.
"Dengar Viona, aku ini ayah dirimu Jangan berpikiran yang tidak tidak mengenai hubungan kita, karena aku diminta ibumu untuk selalu menjaga dan mengawasi pergaulanmu selagi ibumu tidak ada di rumah." kata Steven dengan suara pelan namun terdengar tegas.
"apa kamu tidak memiliki pekerjaan lain selain mengurus hidupku?" sergah Viona semakin kesal.
"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Steven.
"bukan urusanmu!" sahut Viona.
"kalau begitu aku tidak akan mengijinkanmu pergi. Hari ini adalah hari Minggu, sebaiknya kau di rumah saja, lagi pula aku rasa kondisi fisikmu belum sepenuhnya stabil setelah kejadian kemarin." kata Steven.
"tidak, aku baik-baik saja dan aku masih bisa pergi kemanapun yang aku suka."
"Viona! Dengarkan Aku! kau masih belum sepenuhnya sembuh, lihat saja pergelangan tangan dan kakimu masih luka! istirahatlah biar nanti temanmu yang datang ke sini untuk menjengukmu." nasehat Steven yang akhirnya berhasil membuat Viona kembali masuk ke dalam rumah meskipun itu dengan perasaan kesal.
Didalam kamar, Viona membalas pesan teman temannya tentang kebatalan pertemuan mereka di sebuah kafe.
Sisil sang sahabat, langsung menelpon Viona, gadis itu tampak cemas dengan Viona.
"iya halo!" kata Viona setelah ia mengangkat panggilan dari Sisil.
"Vio, lo baik baik saja, bukan?" Suara Sisil di seberang tampak cemas.
"iya, gue baik baik aja." sahut Viona serak.
"terus, kenapa tiba-tiba lo batal buat ketemuan sama kita?" tanya Sisil.
"Suami mama yang melarang gue pergi." sagut Viona dengan suara kesal.
"what?"
"iya, lo aja yang kemari. Gue gak bisa soal nya jika keluar." sahut Viona. "maafin gue ya Sil. gara-gara gue kalian jadi batal buat camping." suara Viona sedih seperti sedang menahan tangis.
"its oke, gak apa apa. Yang penting elu baik-baik saja." kata Sisil di seberang.
"ya udah, gue tunggu, lo di rumah, banyak yang pengen gue ceritain sama lo tentang kejadian gue kemarin pas gue tersesat." ucap Viona.
"Oke gue tutup ya? gue OTW sekarang." Sisil menutup panggilannya begitu pula dengan Viona.
Viona menarik nafas dalam, rasa kesal masih saja menyelimuti hatinya. Tiba-tiba Viona kepikir tentang mamanya, Viona kembali mengambil ponsel yang sempat ia letakkan di atas kasur kemudian memencet nomor Mamanya.
Panggilan pun tersambung, "Halo, Mama. Mama kapan pulang sih?" Desah Viona merengek dalam panggilannya.
"Iya halo, dengan siapa?" kata suara di seberang.
Viona mengernyit, ia Menatap layar ponselnya kembali, memeriksa apakah ia salah memanggil orang. Tidak, Ternyata itu memang nomor Mamanya. Tapi, kenapa yang menerima di seberang sana seperti bukan suara mamanya dan juga tidak mengenali suaranya?
"ini Vio, ini nomornya mama kan?" tanya Viona merasa heran.
"halo iya, ini memang nomornya Bu Rosa. Bu Rosa saat ini sedang menjalani pemeriksaan karena baru saja kondisinya tiba-tiba drop." sahut suara perempuan di seberang.
"apa Mama drop? Apa maksud Anda? siapa Anda? dan bagaimana nomor ponsel Mama saya bisa berada di tangan anda?" tanya Vio bertubi-tubi seolah tidak memberikan jeda untuk penerima telepon di seberang menjawab semua pertanyaannya.
"maaf Nona, saat ini Ibu Rossa sedang berada di rumah sakit beliau saat ini sedang menjalani pemeriksaan, baru saja beliau tiba-tiba drop, dan saya adalah perawat yang menjaganya." kata suara di seberang.
"apa? Mama saya berada di rumah sakit? dan sedang menjalani pemeriksaan? Maksud anda apa? Mama saya kan sedang bekerja ke luar kota, Kenapa Anda bisa mengatakan Mama ada di rumah sakit? mama sakit apa?" tanya Viiona, raut wajah kebingungan sangat terlihat di wajah gadis itu. Bagaimana bisa sang Mama berada di Rumah Sakit dan sedang menjalani terapi sedangkan kata suami baru mamanya, Rossa saat ini sedang bekerja ke luar kota. Mana yang benar?
"maaf, tolong jelaskan dengan sejelas-jelasnya. Apakah mama saya benar-benar di rumah sakit?" tanya Viona dengan suara tercekat menahan kekhawatiran di hatinya.
"Begini, nona. saat ini Ibu Rossa sedang menjalani pemeriksaan, kanker leukimia yang di derita bu Rossa tiba-tiba kambuh, beliau mengejang. Dan suatu kebetulan tidak ada yang menunggui pasien di sini dan suatu kebetulan juga ponsel beliau berbunyi jadi Saya memutuskan untuk mengangkat panggilannya dan untuk memberitahu keadaan bu Rosa saat ini" sahut suara di seberang.
"di rumah sakit mana Mama saya dirawat?" tanya Viona semakin cemas.
"di rumah sakit Besar Kota!" sahut suara di seberang.
Viona segera memutuskan panggilannya Dia memutuskan untuk menuju ke kamar mamanya untuk bertanya tentang keadaan mamanya pada Ayah tirinya. Dia harus mendapatkan kejelasan tentang kabar yang baru saja ia dengar, jika memang benar Mamanya di rumah sakit dan sedang bertahan melawan maut, kenapa pula harus disembunyikan? Bukankah Viona juga berhak tahu tentang keadaan mamahnya, satu-satunya keluarga yang Viona miliki saat ini.