Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anggota Baru
"Kakak ... Cengeng," goda Sheva ke Abrahan yang masih sesenggukan.
"Sheva, jangan diganggu. Biar kak Brem-Brem tenang dulu." Shea lalu menatap Abraham. "Jadi kamu sudah tidak ada tempat tinggal?"
"Ti ...dak ada mbak Shea," jawab Abraham.
"Bagaimana kalau kamu bersama dengan mbak Lilis, mas Darussalam, pak Longga dan Pake Sakera? Ingat, panggilnya mbak Lillis ya? Biar tetap awet muda. Oke?" bujuk Shea.
Abraham mengangguk.
"Rumah kamu nanti disitu bersama dengan mereka," ucap Shea sambil menunjuk sebuah gazebo dimana para pengawal Shea tinggal.
"Baik mbak Shea."
"Mama ... "
"Apa sayang?" jawab Shea.
"Sheva imut. Mau hibur kakak Brem-Brem," ucap balita itu sambil memegang pipinya.
"Ya ampuuunnn, neng Sheva geemeeesssss!" seru mbak Lilis langsung memeluk Sheva yang cekikikan karena merasa dingin.
Shea menggelengkan kepalanya lalu dia mendengar ponselnya berbunyi. "Ya Ichi? ... Apa?"
***
Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
"Ya masa harus berbenturan dengan major crimes dan satlantas?" ucap AKP Steven setelah tahu dari Hana kalau Sasikirana sudah dipindahkan ke PRC Hospital dengan penjagaan dari Ramadhan Securitas.
"Aku bertanya-tanya, kenapa keluarga Shea begitu repot-repot melindungi Sasikirana?" tanya AKBP Victor.
"Karena Oom Aizen sudah terlalu geram saat bisnis PRC diutak-atik oleh dua BUMN. Katanya melanggar aturan lah dan hal-hal yang tidak penting. Tapi aslinya, dua BUMN itu yang berhutang ke PRC tapi tidak mau bayar !" jawab AKP Steven.
"Berapa hutang dua BUMN itu?" tanya Kombes Jarot.
"Hampir lima belas milyar."
Semua orang disana melongo. "Oke, kita tahu BUMN itu ladang basah untuk menarik uang dan korupsi. Orang-orang titel tinggi tapi SDM rendah kalau sama duit itu, memang susah!" ucap AKBP Nana.
"Tunggu, kalau PRC saja lima belas milyar, bagaimana dengan perusahaan lainnya?" AKBP Atikah melongo. "Apakah akan mencapai kuadriliun seperti yang sudah terjadi sebelumnya?"
"Itu cuma satu BUMN lho. Ini lima ! Hitung saja. Kalah kekayaaan klan Pratomo!" gelak AKBP Victor.
"Bang Victor, ingat ... Itu rupiah ya. Bukan dollar," cengir AKP Steven. "Itu setara dengan kekayaan PRC Group lho, tapi versi yang ini ... Merampok uang negara !"
"Haddeeeehhh ! Ini tidak hanya melibatkan pimpinan BUMN tapi juga pasti ada pemimpinnya dan dia yang memegang peranan penting." Kombes Purn Jarot yang sudah transisi pensiun masih datang karena dirinya juga gabut di rumah meskipun tidak tiap hari. Bagi Kombes Purn Jarot, keluarga divisi kasus dingin adalah keluarganya.
Suara pintu dibuka dan tampak Irjen Dean Thomas disana dengan wajah tegang. Pria itu lalu menutup pintu dan memberikan kode untuk diam dengan jari telunjuknya.
"Kalian mau melanjutkan penyelidikan jaksa Ammar Thahir? Jika iya, kalian diam-diam. Dik Victor, bilang sama Sandra untuk tidak kentara. Karena ... Lawan kita itu tidak hanya para petinggi BUMN tapi juga, Mentri - menterinya. Kalian cari tahu boleh, tapi hanya kita semua. Apa aku bisa mempercayai kalian?" tanya Irjen Dean Thomas dengan nada berbisik.
"Bang Dean, aku bersama kamu seperempat abad lho. Tidak perlu diragukan loyalnya aku dan Atikah. Begitu juga dengan pak Jarot." AKBP Nana menatap Irjen Dean Thomas. "Steven dan Victor aman. Arief dan Fariz, macam-macam, aku sendiri yang akan aku sunat habis !"
"Kamu bukan dokter, Nana," ucap Irjen Dean Thomas.
"Aku suruh Lucky lah!" balas AKBP Nana cuek membuat AKP Arief dan Iptu Fariz menggelengkan kepalanya.
"Pak Dean, insyaallah aku dan dik Fariz tidak membocorkan soal ini karena kami tahu, musuh kita buanyaaaakkk!" jawab AKP Arief.
"Oke. Kita diam-diam saja sambil menyelesaikan kasus kita yang sudah ada. Oke?" ucap Irjen Dean Thomas.
"Siap Ndan!"
***
"Maaf ya Oom. Shea harus minta tolong diantar ke bandara."
"Tidak apa-apa Shea. Lagipula aku juga kangen dengan cucu Opa yang comel. Ya nggak Sheva? Kangen sama Opa Rayyan nggak?" goda Brigjen Rayyan yang menyetir mobilnya ke Sheva sedang duduk di kursi bayinya.
"Iya Opa .... Sheva punya kakak cakep!" seru Sheva.
Brigjen Rayyan menoleh ke Shea. "Kakak cakep?"
"Ada arwah baru, anak bule berdarah Belanda Luntang Lantung karena rumahnya dibongkar. Terus dia ditemukan mas Darussalam ... Ya sudah, ikut kita saja deh! Namanya Abraham."
Brigjen Rayyan menggelengkan kepalanya. "Ya ampun Shea, kok tambah lagi sih?"
Shea menoleh ke belakang. "Tidak apa-apa, kayaknya Abraham juga bisa dekat dengan Sheva."
Tampak Sheva sedang mengobrol dengan Abraham didampingi mbak Lilis.
"Papamu dan mamamu masih di Palermo?" tanya Brigjen Rayyan.
"Masih. Kan Opa sudah pensiun demi fokus mengontrol diabetesnya. Alhamdulillah, baru stadium awal jadi masih bisa diobati sejak dini. Apalagi mama kan disana sekalian mengatur menu makanan yang disesuaikan untuk Opa," jawab Shea yang ibunya, Nareswari, adalah ahli gizi.
"Alhamdulillah Oom Michel langsung ada ahli gizi disana. Tapi ngomong-ngomong kenapa Ichi minta dijemput?" tanya Brigjen Rayyan.
"Karena Ichi diikuti arwah Sasikirana Thahir."
Brigjen Rayyan melongo. "Yang benar Shea!"
***
Seiya tertegun saat dirinya mendapatkan telepon dari Yudho untuk membantunya menolong seorang ibu yang mencari putranya.
"Kok mintanya ke elu? Bukan ke polisi?" tanya Seiya bingung.
"Soalnya dia sudah ke polisi, nggak ditanggapi. Hanya buat laporan kehilangan ya sudah. Kebetulan ibu ini kenalan aku," jawab Yudho.
"Ya sudah, aku kesana. Padahal aku mau ke Polda." Seiya mematikan panggilannya dan menyimpan ponselnya di dalam tas lalu menaiki motornya menuju kantor pengacara Blair and Blair.
***
Blair and Blair Advocate Jakarta
"Jadi putra ibu bernama Theo menghilang sejak seminggu lalu? Apa ini kebiasaannya?" tanya Seiya ke seorang wanita berdarah Chinese yang tampak bingung.
"Tidak pernah nak Seiya. Theo selalu bilang mau kemana karena aku hanya tinggal berdua dengannya sementara papanya dinas ke Hongkong dan cicik nya kerja di Singapura," jawab ibu itu.
"Apa dia tidak pergi ke Singapura?" tanya Yudho.
"Dengan koper dan paspor fisik di tinggal di kamar. Tidak nak Yudho. Ini bukan kebiasaannya Theo!" eyel wanita itu.
"Kemana terakhir dia bilangnya?" tanya Seiya.
"Katanya mau melayat."
Seiya dan Yudho saling berpandangan. Melayat atau dilayat?
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
Berkat didikan pak Hoshi bon cabe level 100 😝😝😝😝
Dulu sabrina sdh punya ardiona, skrg ji woo udh sama dr. Nadhif
Belajar sama ikan teri, fariz bkn rm
Meskipun per"dummy"an hanya punya terry seekor 😂😂😂😂