Lamanya waktu bersama tidak menjamin sebuah ikatan langgeng dan bahagia. Bahkan meski hampir 20 tahun Elara Nasution menghabiskan hidupnya bersama sang suami Ares Dawson Atmaja. Semua terasa tidak berarti untuk pria itu. Ditambah dengan belum adanya buah hati di antara mereka membuat hubungan suami istri itu menjadi semakin renggang.
Kehadiran orang ketiga yang dibawa secara sadar oleh Ares menjadi awal dari keruntuhan rumah tangga yang telah susah payah Elara bangun. Elara pun menyerah, melepaskan cintanya yang telah mati dan tergantikan oleh sosok baru yang mengasihinya lebih dari siapa pun. Penyesalan selalu datang terlambat, dan itu semua dirasakan Ares saat Elara bukan lagi miliknya.
Apa yang akan dilakukan Ares untuk mendapatkan kembali cinta Elara?
Apakah Elara akan menerima Ares atau menjalin kasih dengan pria idaman lain ?
follow my ig @ismi_kawai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ismi Kawai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Warning 21++, harap bijak dalam membaca.
Elara POV
Waktu berlalu dengan cepat, senja pun tiba membangunkan ku dari mimpi indah. Aku menggeliat menggerakkan tubuhku yang terasa pegal, mataku pun membulat sempurna. Aku bangkit dari pembaringanku dengan cepat membuat kepalaku pening sesaat.
"Aduh..."
Aku mengedarkan pandangan pada setiap ruangan. "Dimana pria itu?"
Ups, dia suamiku sekarang, masa manggilnya pria itu? Aku terkikik geli memikirkannya.
Aku hendak menuruni ranjang namun rasa sakit pada intiku membuatku meringis. Sekelebat ingatan kejadian tadi siang muncul memenuhi kepalaku membuatku malu. Aku mempunyai suami yang sangat bersemangat, pandai merayu dan periang.
Charles membawakan energy positif padaku, semoga ini akan berlangsung selamanya dia tidak akan bosan padaku yang kaku menurut Ares. mendadak aku merasakan nyeri di dada. Aku takut, aku tidak mau sampai merasakan sakit lagi.
Suara pintu terbuka mengalihkan lamunanku, Charles menghampiri dengan sebuah nampan di tangannya. Suamiku itu telah berganti pakaian dengan polo shirt, aku bisa melihat otot tangannya diantara lengan baju. Charles memandangku dengan raut wajah khawatir.
"Ada apa?" Charles meletakkan nampan di nakas ranjang.
Aku yang ditanya kenapa, malah memberikan ekspresi bingung. "Aku? aku kenapa?" tunjukku pada diri sendiri.
"Iya, kenapa wajahmu pucat?" Charles mengusap pipiku lembut. Entah kenapa sikapnya membuatku terharu, tanpa terasa aku menitikkan air mata.
"Kau menangis?"
Aku terhenyak, mengusap pipiku yang basah dengan heran. Charles merasa ada yang salah segera memelukku.
"Ada apa, Ara? Mengapa kau menangis? Apa aku telah berbuat salah padamu?"
Aku membalas pelukannya dengan erat, air mataku tak terbendung lagi.
"Ara..." pria itu mengusap punggungku lembut.
"Aku merasa ini seperti mimpi, setelah aku begitu menderita dengan rasa sakit tak tertahankan kau datang membawa sejuta cinta, dan aku... tidak menampik jika aku takut kau akan meninggalkanku nanti," aku berkata dengan isak tertahan. Rasanya sangat sesak.
Charles terhenyak dengan semua kataku, dia mengurai pelukan lalu menangkupkan kedua tangannya pada wajahku. "Kau masih meragukanku?"
Aku menggeleng. "Aku meragukan diriku sendiri, aku takut kau akan bo-"
Charles membungkam ucapanku dengan bibirnya yang memangutku menuntut, aku merasakan emosi di setiap hisapannya. Aku sampai kehabisan nafas. Charles melepaskanku dengan bibir yang membengkak.
"Aku akan selalu mencintaimu dengan menggebu, Ara..." pria itu berdiri dan melepaskan polo shirtnya. "Dan aku akan membuatmu semakin terikat." Aku membelalakkan mata ketika Charles menanggalkan gespernya. "Dengan menghamilimu,"
🍁🍁🍁
Peluh keringat membasahi dahiku, tubuhku masih terguncang dengan gerakan teratur Charles. Pria ini, benar-benar tidak terlihat kelelahan. Aku menggigit bibir bawahku karena gelombang yang datang untuk kesekian kalinya. Aku meremas seprai menandakan aku akan mencapai klimaks.
"Charles..."
"Bersama... Ara..."
Hentakan keras berakhir dengan diiringi pekikanku. Aku merasakan sesuatu yang hangat memenuhi rahimku. Jika dihitung, Charles meniduriku sebanyak tiga kali... dan ini sangat menguras energiku. Aku belum makan dari tadi siang, dasar tirani!
Charles tersenyum senang melihatku yang terkulai lemas. Aku mengerucutkan bibir kesal, aku memalingkan wajah dan membelakangi dirinya. Charles mengeryit, dan meraih bahuku untuk menghadapnya.
"Aku lapar," cicitku membuat Charles terhenyak.
"Ya Tuhan, Ara kau belum makan!" pria itu segera bangkit dari ranjang tanpa perduli dengan tubuhnya yang telanjang bulat. Sepertinya aku akan terbiasa dengan pemandangan Ini, aku suka bokongnya. Seksi!
Dibawanya nampan berisi makanan dan ditaruhnya di hadapanku. Aku memalingkan muka.
"Bisakah kau menutupi tubuhmu, itu... sedikit mengganggu," ucapku pelan.
Charles baru menyadari sesuatu yang mengganggu itu, dia terkekeh lalu menutupinya dengan selimut.
"Sudah, sekarang kau makan," pinta pria itu sambil menyuapiku. Aku menerima suapan dengan lahap, Charles menyuapi sambil tersenyum. Dia senang makanan yang disuapinya habis tidak bersisa satu remah pun.
"Kau sangat lapar," ledeknya.
Aku tidak menjawab, aku memilih meminum susu putih hingga tandas. Aku menjilat sisa susu di bibirku. "Tentu saja, kau menyerap semua energiku hingga tidak tersisa," selorohku menaruh gelas di nampan. "Aku jadi sangsi... benarkah kau perjaka malam itu? Kau sangat lihai di atas ranjang, bahkan membuatku kewalahan," aku menatapnya penuh selidik.
Charles mengulum senyum, melipat tangan dan berkata. "Aku memang perjaka malam itu, hingga tadi siang..."
"Maksudnya?"
"Tidak apa-apa, ayo mandi... tubuhmu pasti lengket seharian main dokter-dokteran denganku," Charles mengulurkan tangan padaku dengan senyum mesumnya.
Aku memicingkan mata curiga. "Ada yang kau sembunyikan?"
Charles menggeleng. "Ayo Ara... kau harus mandi!"
"Aku... sendiri saja," jawabku berusaha berdiri. Aku menahan ngilu yang menjalar dari pusat tubuhku.
Jalanku tertatih-tatih. Charles segera membopongku dan membawaku ke kamar mandi. "Sekarang aku adalah suamimu, jangan malu atau segan meminta bantuan dariku... bergantunglah padaku, Ara..."
Aku yang sempat terkejut dan ingin meronta langsung terdiam, perkataan Charles menghangatkan hatiku. Aku melingkarkan tangan dan menenggelamkan kepalaku pada ceruknya. Charles mengecup keningku setelah ku berbisik.
"Terima kasih..."
🍁🍁🍁
Author POV
Kediaman Ares Dawson Atmaja
Keesokan harinya Ares terbangun dari tidurnya dengan nyeri di kepalanya. Ares mengeryit ketika melihat Sophie yang meringkuk di sofa. Sekelebat ingatan kemarin malam membuatnya tersentak, Ares meniduri Sophie yang dikiranya Elara. Dengan perlahan Ares bangkit dari ranjang dan berjalan menghampiri Sophie. Pria itu mengusap kepala Sophie hingga wanita itu terjaga.
"Tu... Tuan..." bisiknya tertahan.
Ares menarik tangannya yang tadi mengusap kepala Sophie. Dia mengepal menahan sesak karena telah berbuat kasar pada ibu dari anaknya.
"Maaf... aku telah berbuat kasar padamu," tampak sesal di raut wajahnya.
Wanita itu hanya mengangguk, Sophie takut Ares masih terpengaruh efek minuman beralkohol dan bersikap kasar lagi padanya.
"Aku tidak akan menyakitimu lagi, kita ke rumah sakit sekarang," pintanya menuntun Sophie agar berdiri.
Wanita itu merintih. "Aww... sakit," Sophie memegangi perutnya yang serasa melilit.
Wajah Ares mendadak pias. "Yang mana yang sakit?" Tampak cairan bening membasahi selimut yang dikenakan Sophie. Ares yang terkejut langsung menggendong Sophie dan berlari keluar kamar.
Mona yang melihat Tuannya berlari sambil menggendong Sophie segera menghampiri.
"Ada apa, Tuan?" tanya Mona khawatir.
"Perut Sophie sakit, lalu ada cairan yang keluar dari sela kakinya," Ares berkata dengan panik.
Mona mengamati rembesan cairan itu lalu memekik. "Ini air ketuban! Nyonya akan melahirkan!"
Mendengar hal itu menambah rasa khawatir Ares berkali-kali lipat.
"SIAPKAN MOBIL SEKARANG!!!" teriaknya pada bodyguard.
Ares pun segera melarikan Sophie ke rumah sakit.
Tbc.
Please rate, vote dan likenya yach!
Sertakan comment kalian agar aku lebih baik lagi, Enjoy!
Acha makin lengket... othor baper donk....
And... gimana tuh Sophie... pada kasian gak?? Doi kan kesakitan tuh... heuheuheu.
Bang Ares sebenernya care orangnya... hanya kamu care ke orang yang salah, poor Ares.
alur ceritanya jg Ter atur. love u thor 🥰🥰🫰
gita " tapi malu... "