Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Gebrakan Pertama
***
Sherin keluar dari ruang ganti pakaian setelah
selesai bersiap. Sementara Devan sedang duduk
tumpang kaki di sofa yang ada di sisi ruangan,
tepat di samping dinding kaca sambil mengecek
ponselnya. Pria itu tampak sudah siap dengan
setelan kerjanya yang senantiasa terlihat gagah
dan mempesona.
Mata Devan yang tadi fokus di ponselnya, kini
beralih pada sosok Sherin yang berdiri di depan
meja rias, mematut dirinya di depan cermin, dan memastikan segalanya sempurna. Aneh..
matanya tidak mampu berpaling dari wajah elok istrinya itu. Saat ini Sherin sudah siap dengan
setelan manis nan elegan. Rambutnya yang indah, tergerai lurus di bawah pundaknya, di lengkapi
sebuah kalung mutiara cantik yang menghiasi
leher jenjangnya.
"Kau yakin tidak butuh pengawal pribadi.? "
Devan bertanya sambil beranjak dari duduknya
kemudian menarik pinggang kecil Sherin. Tangan Sherin kini berada di bahu Devan. Keduanya saling pandang dengan wajah yang sama-sama cerah
penuh bunga bermekaran.
"Tidak perlu Dev, itu hanya akan membuat mata
orang-orang semakin memicing aneh terhadapku. Biarkan aku berjalan sendiri dengan tenang."
Sherin menyahut sambil mengelus lembut wajah
Devan yang semakin menajamkan matanya.
"Kau adalah istri Devan Kanigara Elajar.. Sudah
sepantasnya mendapatkan fasilitas premium."
"Tapi aku lebih nyaman begini Tuan Dev.."
Keduanya terdiam, tatapan mereka semakin lekat, Devan mendekatkan wajahnya. Sebenarnya,
tubuhnya saat ini masih belum bisa di dinginkan.
Keinginannya yang tidak terpenuhi membuat
aliran darahnya seolah tersumbat.
"Kapan tamu bulanan mu pergi.?"
Desis Dev sambil menyusurkan bibirnya di pipi
bening mulus Sherin sambil merapatkan tubuhnya membuat Sherin langsung berjingkat tegang saat merasakan ada sesuatu yang menekan kuat di
bagian bawah tubuhnya. Devaann...apa suaminya
ini masih menahannya, sampai setegang itu..
Sherin menatap Devan dengan raut wajah tidak
nyaman dan sedikit bersalah. Keduanya saling pandang dengan sorot mata yang tidak terbaca.
"Dev sayaang... baru semalam juga. Kau masih
harus lebih bersabar lagi. Sudah ya, kita turun sekarang. Bukankah kau ada meeting penting
pagi ini.?"
Tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih kacau lagi, Sherin segera melepaskan dirinya dari rengkuhan Devan, kemudian menyambar tas miliknya, juga
yang biasa di pakai oleh Dev. Pria itu mendengus kasar sambil menatap lemah ke arah Sherin.
Huhh..wanita memang ribet ! Akhirnya keduanya
turun ke lantai bawah. Hari ini mereka akan
cukup sibuk dengan berbagai kegiatan.
Beberapa waktu kemudian..
Sherin melajukan mobilnya menuju sebuah
tempat. Hari ini dia akan melakukan pertemuan dengan seorang sutradara handal terkait tawaran
kerja yang di berikan padanya. Devan sudah memberikan izin padanya untuk mengambil
tawaran ini karena tidak akan terlalu
menghabiskan waktu.
Nanti malam dia juga memiliki jadwal yang
sangat penting, tampil sebagai model pembuka
di gelaran acara penting dunia modelling.. yakni fashion week.. Kontrak kerja ini seharusnya batal
saat dia di keluarkan dari Starlight Management. Namun, ternyata pihak panitia tetap melanjutkan kontrak kerjasamanya.
Tiba di lokasi, sudah ada puluhan wartawan yang menunggu nya di tempat itu. Aneh, mereka selalu
saja tahu kemana dirinya pergi. Sherin berjalan
tenang dan anggun menghampiri para wartawan
di kawal oleh para security yang menyambutnya
begitu dia keluar dari mobil.
"Mbak Sherin.. bagaimana tanggapan anda soal
isu yang sekarang sedang menerpa Starlight.?"
"Iya Mbak Sherin.. tolong beri kami penjelasan,
apakah anda tahu tentang semua ini.?"
"Kami juga ingin mendengar secara langsung pernyataan Mbak Sherin mengenai kebersamaan Mbak dengan Presdir El di pesta kemarin."
Itulah sebagian pertanyaan yang di lontarkan oleh
para pemburu berita tersebut. Sherin hanya bisa
tersenyum sambil mengangkat tangannya untuk menenangkan mereka. Tapi sayangnya, dia sedang
tidak ingin berbicara apapun saat ini. Dia hanya
memberi kesempatan kepada mereka untuk bisa
mengambil gambar dirinya, tidak apa-apa, sebagai
sedekah saja.
Tidak lama kemudian, muncul Vincent bersama beberapa orang kru produksi. Mereka langsung menghalau kerumunan para wartawan tersebut sehingga Sherin bisa lolos dari serbuan para
manusia haus berita itu.
"Selamat datang Miss Sherin.. susah ya kalau
jadi orang yang paling di buru oleh wartawan."
Sambut sang sutradara saat Sherin tiba di lokasi
yang sedang mengambil setting di dalam sebuah rumah besar, tepatnya di tengah ruangan, dan saat
ini sedang ada adegan perkelahian.
"Selamat siang Pak Yos.. Entahlah, mungkin
mereka merasa..saya cukup menarik untuk jadi
objek pemberitaan."
Sahut Sherin dengan senyum tenang dan sedikit
geli mendengar gurauan sutradara berusia 45
tahunan itu, sang sutradara ikut tersenyum.
"Jangan panggil Bapak lah, panggil saja Abang,
Mas..atau apapun yang membuatmu nyaman."
Sambung pria itu sambil mempersilahkan Sherin
untuk duduk di sebelahnya setelah seorang kru
membawakan kursi untuknya.
"Baiklah.. Bang.. Yos.."
Sahut Sherin sambil tertawa ringan bersama pria
itu. Kelihatannya keduanya langsung klop. Karena
tidak lama, mereka sudah terlibat percakapan
serius mengenai peran yang akan di mainkan oleh Sherin. Ada banyak hal yang di perhitungkan di
sini, mengingat Sherin adalah seorang model
yang masih sangat aktif di panggung runway.
Para bintang utama yang sedang melakukan take, tampak menatap datar kearah Sherin yang sedang berbincang dengan sang sutradara. Ada senyum
ragu dan tatapan remeh yang terlihat dari raut
wajah mereka. Apa model secantik itu bisa
bermain dalam sebuah adegan film yang penuh dengan kekerasan.??
Begitu take selesai, Bang Yos memanggil para
pemain utama untuk berkenalan dengan Sherin.
Dan, mata mereka ternyata tidak bisa di bohongi.
Nampak jelas kalau mereka sangat terpesona
begitu melihat rupa dan wujud asli dari seorang Sherinda Maheswari yang selama ini selalu jadi
topik panas pemberitaan dan isu miring tersebut.
Gila.! ternyata aslinya seelok ini, pantas saja
banyak pengusaha besar berebut untuk menjadikannya wanita semalam mereka.
"Baiklah, kalau begitu kita deal ya.. Sebelum anda
melanjutkan kompetisi di Universal.. kita akan
melakukan take pertama besok di tempat lain."
Bang Yos tampak semangat, berjabat tangan
dengan Sherin yang tersenyum manis. Para kru produksi juga terlihat antusias walau sebenarnya
masih banyak yang meragukan kemampuan
akting Sherin, mengingat ini adalah debut
pertama nya di dunia film.
"Kalau begitu saya permisi sekarang ya Bang..
ada banyak hal lain yang harus saya lakukan."
"Owhh.. nanti malam ada show ya.?"
"Iya Bang.. fashion week.."
"Okay deh, sukses ya.. besok jangan telat.!"
"Baik Bang, terimakasih.. saya permisi."
Sherin menundukkan kepalanya sedikit ke arah
sutradara itu, juga pada para pemain lainnnya.
Setelah itu dia berlalu pergi dari ruangan itu.
"Abang yakin dia bisa akting.? wanita selembut
itu.? Sulit di percaya.!"
Sang bintang utama, seorang aktor tampan yang
sudah malang melintang di dunia film, terutama
film action tampak menatap sinis kepergian Sherin dengan sorot mata penuh keraguan.
"Ya.. kita lihat saja besok.! Biasanya insting ku
tidak pernah meleset.!"
Sahut Bang Yos santai sambil kembali duduk di
kursi kebesarannya. Sang aktor menyeringai tipis
dengan raut wajah terlihat benar-benar tidak
yakin. Wanita seelok itu..paling juga cuma jago
akting di atas tempat tidur saja.!!
***
Sementara itu di tempat lain...
Brian melempar semua benda yang ada di dalam
ruang kerjanya dengan tampang wajah yang
terlihat sangat kelam. Asisten pribadi dan dua
orang sekretaris pribadinya berdiri gemetar di
sisi ruangan, wajah mereka terlihat pucat pasi.
"Lacak terus sumber yang sudah berani bermain
dan coba-coba menghancurkan agensi kita.! Aku
tidak mau tahu, kalian harus membongkar dan menutup sumber berita nya hari ini juga !"
Bentak Brian menggelegar hingga menggema ke
seluruh ruangan atas. Pria yang masih mengalami cedera di beberapa bagian tubuh nya itu tampak murka. Matanya menyala bagai banteng yang
sedang terluka.
"Team peretas sedang melakukan nya sejak
semalam Tuan, kami akan segera mendapatkan hasilnya secepatnya."
"Jangan hanya bicara saja, aku butuh bukti saat
ini juga. Kita bisa hancur lebur kalau tidak bisa
menutup sumber berita itu sekarang juga !"
Brian kembali membentak sambil mengebrak
meja kerjanya membuat asisten pribadi dan para
sekretaris nya semakin menundukkan kepala.
Ada telepon masuk yang membuat Brian semakin
meradang.
"Hallo.. apa yang terjadi.?"
"Maaf Tuan, otoritas para pemegang saham akan mengadakan rapat darurat. Mereka mengancam
akan segera menarik modal secara besar-besaran."
"Shit.! brengsek ! Atur pertemuannya siang ini
juga. Kita lihat, apa yang mereka inginkan !"
Brian melempar ponselnya ke atas meja dengan
raut wajah yang semakin kelam. Dia menjatuhkan
tinjunya di atas meja hingga menimbulkan bunyi
yang cukup kuat.
"Aarghh.. sial.! Kacau semuanya...!!"
Teriak Brian kalap sambil kembali menendang dan
membanting kursi ke arah dinding ruangan hingga
hancur berantakan, membuat semua bawahannya
semakin bergetar ketakutan. Dalam keadaan itu,
di ambang pintu muncul Stella, wajahnya terlihat gusar. Brian melirik sekilas ke arah kedatangan
Stella, kemudian melangkah ke sisi ruangan yang
ada di bagian depan. Saat ini, di halaman depan
ada puluhan wartawan yang sedang mencoba merangsek masuk ke dalam gedung.
"Kalian keluar sekarang ! lakukan yang terbaik
untuk meredam semua berita-berita itu !"
Titah Stella sambil menepiskan tangannya. Dan
tiga orang yang dari tadi ingin keluar itu langsung
membungkuk kemudian keluar dari ruangan.
"Brian sayang.. kamu harus tenang. Kita tidak
bisa bertindak ceroboh untuk mengatasi hal ini. Sumber itu sangat professional. Mereka tidak
bisa di tembus sama sekali."
Ucap Stella sambil memeluk erat tubuh Brian dari belakang berusaha menenangkan nya. Tapi pria
itu masih tampak beku. Matanya menatap tajam
ke bawah sana.
"Aku yakin ini ulah wanita itu. Dia sudah mulai
mengibarkan bendera perang pada kita !"
"Aku juga yakin ini perbuatannya ! Apa mungkin
dia mendapat dukungan dari orang penting ?
Menurutmu..mungkin tidak, pria sekelas Devan
Kanigara Elajar, mau menjadikannya sebagai
wanita simpanan nya ?"
Raut wajah Brian semakin terlihat membesi,
kedua tinjunya terkepal kuat. Rahangnya tampak mengeras di sertai gigi yang gemeletuk hebat.
"Wanita itu sudah putus asa rupanya, dia berani
menjual dirinya pada pria penguasa itu hanya
untuk membalas dendam pada kita !"
Desis Brian sambil melepaskan pelukan Stella
dan melangkah ke sisi lain.
"Kita bisa menyerang balik dengan ini. Aku yakin,
keluarga besarnya yang terhormat tidak akan
membiarkan hal itu terjadi. Bukankah semua
orang tahu, siapa itu Nyonya Besar Anika Candra
Kanti !"
Desis Stella dengan seringai senyum licik dan
keyakinan penuh. Brian melirik ke arah Stella,
raut wajahnya kini berubah, bibirnya ikut
menyeringai sadis.
"Kau benar Stella sayang. Itu pemikiran cerdas.
Kita lihat saja..siapa yang akan hancur setelah ini !"
Desis Brian sambil kemudian melakukan satu
panggilan rahasia pada seseorang.
***
Malam ini gedung megah di Senayan City sudah
terlihat gemerlap oleh dekorasi yang serba glamor
dan futuristik. Ini adalah malam yang sangat
penting bagi insan yang berkecimpung di dunia
mode. Malam ini, mata dunia, khususnya para
pecinta modelling akan tertuju ke tempat ini.
Acara yang rutin di gelar setiap tahunnya ini akan
di ikuti oleh kurang lebih 60 perancang ternama,
baik lokal dan ada beberapa juga dari luar negri, khususnya negara di belahan Asia Tenggara.
Serta melibatkan ratusan model profesional yang memilki kesempatan untuk memperlihatkan kemampuan mereka di atas panggung runway.
Malam ini merupakan malam pembukaan yang
menjadi sentral dari gelaran acara bergengsi ini.
Saat ini suasana di dalam gedung sudah mulai
di padati oleh para pengunjung yang sudah di
seleksi dan di verifikasi terlebih dahulu di pintu kedatangan. Karena pada malam pembukaan
ini, hanya tamu dan pengunjung tertentu saja
yang di ijinkan untuk masuk.
Dan para model yang malam ini kebagian tugas
sebagai pembuka, saat ini sedang bersiap di ruang
khusus di belakang panggung. Sherin yang di
daulat sebagai model utama di acara pembukaan
ini, bersama dengan seorang super model yang
berasal dari luar negeri, tampak sedang melakukan briefing terlebih dahulu. Sementara Pamela, Stella
dan beberapa model lainnya yang akan tampil
setelah Sherin berada di ruang ganti.
"Apa kalian pikir..model yang punya reputasi buruk seperti Sherinda itu, pantas terlibat dalam acara
ini.? Apa itu tidak akan menghancurkan image
dari gelaran acara ini sendiri.?"
Pamela berucap gerah dengan intonasi kuat dan
raut wajah jelas terlihat tidak bisa terima kalau
Sherin tampil sebagai model pembuka.
"Tentu saja itu tidak bisa di benarkan. Itu akan
menodai dan merusak image acara ini ! Aku sih
yakin, ada sesuatu yang telah di lakukan nya agar
dia bisa menjadi model pembuka malam ini !"
Timpah Stella dengan senyum sinis dan wajah
yang terlihat sangat tidak senang.
"Aku rasa, panitia lebih tahu yang terbaik untuk
acara ini. Kita sebagai pengisi acara hanya bisa
nurut aja. Mungkin dia memang layak.."
Sambung seorang super model yang berasal dari
Universal Models..dia memilki level yang sama
dengan Pamela.
"Hehh.. layak apanya.? Jelas-jelas dia itu model
kotor, memanfaatkan apapun untuk ketenaran
dan karir model nya !"
Debat Pamela sewot. Para model lain saling lirik.
Mereka sebenarnya enggan berkomentar. Sudut
mata Pamela melihat sekilas ke arah ruangan
dalam, tempat penyimpanan semua busana yang
akan di kenakkan oleh para model. Malam ini
Sherin akan tampil dengan mengenakan busana
rancangan seorang designer pria kondang yang
berkonsep unique cultural..dengan segala
perangkat dan aksesoris tambahan nya.
Ada seseorang yang keluar dari ruangan itu dan
mengedipkan matanya pelan ke arah Pamela.
Bersamaan dengan kemunculan Sherin dan para
panitia acara serta model partner yang akan
tampil sebagai pembuka bersama Sherin.
"Okay guys.. setengah jam lagi acara di mulai.
Come on.. lakukan persiapan akhir sekarang !"
Tegas ketua panitia sambil bertepuk tangan
memberi semangat untuk seluruh model. Sherin
dan model partner nya masuk ke dalam ruang
ganti, kemudian segera mengenakan busana
masing-masing di bantu oleh 5 orang asisten kru.
Tidak lama sang desainer masuk ke dalam
ruangan bersama para penata gaya dan hair
stylist. Mereka semua mengelilingi sosok Sherin
dan mengerjakan tugasnya masing-masing.
"Woow.. you are amazing woman..Miss Sherin."
Puji sang perancang, seorang pria dengan gaya
yang sangat eksentrik dan penampilan perfect
setelah semua persiapan selesai di lakukan. Dia
berdiri tegak di hadapan Sherin, menelisik semua
detail keindahan yang terpampang nyata dari
sosok super model itu. Semua orang yang tadi membantunya pun kini menatapnya kagum dan meleleh..
"Thank you Oppa.. semua ini berkat busana dan
aksesoris mu yang sangat luar biasa ini."
Sahut Sherin sambil tersenyum lembut dan puas.
Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin
besar, matanya sendiri tampak tak percaya saat
melihat penampilannya saat ini. Dari ujung rambut sampai ujung kaki..nampak..woow.. amazing..!
Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba.
Lighting yang ada di atas panggung runway kini
bermain dengan cantik sesuai dengan gema
irama lagu klasik yang mengalun indah. Semua
orang sudah tidak sabar menanti. Terutama para
pengamat dan pecinta dunia modeling.
Tidak lama dua pembawa acara naik ke tengah
panggung. Melakukan pembukaan acara dengan
sangat meriah. Layar monitor besar di belakang,
menampilkan kaleidoskop perjalanan gelaran
ajang bergengsi ini dari waktu ke waktu.
Dan tidak lama irama lagu berganti, lebih ceria
namun dengan hentakan yang menggetarkan.
Semua mata kini terfokus ke ujung panggung,
dimana saat ini tirai penutupnya terbuka.
Wooowww...
Terdengar decakan kekaguman dari mulut semua
orang secara bersamaan yang terdengar seperti
paduan suara. Mata mereka tampak terkesima.
Sherin yang berjalan duluan, tampil bak seorang
ratu. Dia mengenakan busana yang teramat
memukau, bercorak unik dengan potongan merak
dan berekor panjang. Di lengkapi hiasan kepala
yang terbuat dari bulu-bulu indah, menjulang ke
atas dan mekar ke samping. Di bagian lengan
dan punggung nya ada semacam sayap tipis
yang semakin membuat dia tampak bak ratu peri.
Dari sudut ruangan yang minim pencahayaan,
ada sepasang mata yang sama terkesimanya,
menatap lekat ke atas panggung. Dia benar-benar
terpukau dan terjerat oleh segala keindahan yang
ada di titik fokus utama. Tubuhnya memanas,
ada gelenyar aneh yang kini merasuk dan
merambat ke setiap aliran darahnya.
"Amazing...dia benar-benar luar biasa. Busana
yang di bawakannya juga menakjubkan."
Decak seorang pengamat dengan tatapan tiada
lepas dari sosok Sherin yang kini sudah bergerak
dan berjalan anggun, serasi dan selaras dengan
busana yang di kenakkan nya. Dia merentangkan
tangannya ke samping dengan lemparan senyum
lembut yang membuat semua mata mengerjap.
Bagaimana model ini bisa memilki pesona dan
daya pikat sedahsyat ini.??
Mata Sherin menangkap satu sosok yang sudah
sangat di kenalnya di ujung sana.. dalam cahaya
yang minim, di tengah-tengah orang lain. Tapi..
walau begitu, mata mereka seolah memilki daya
tarik untuk satu sama lain. Keduanya tampak
saling menangkap satu sama lain, terlena dan
tidak mampu melepaskan pandangannya..
Sosok itu menepiskan jari tangan nya sedikit,
membuat Sherin tersadar dan kembali fokus
sambil tak lupa melempar senyum indahnya
hanya untuk sosok itu seorang yang langsung menabrak jantung dan hatinya.
Namun.. sedetik kemudian langkah Sherin
tertahan, ada sesuatu yang ganjil kini terjadi.
Busana yang di pakainya perlahan longgar dan
dia merasakan beberapa bagiannya mulai
terbuka, di mulai dari bagian atasnya.. Tidak.!!
busana ini sepertinya akan terlepas dan melorot..
Sementara dia masih harus melakukan putaran
inti di tengah-tengah panggung dan model yang
jadi partner nya kini sudah merapat ke arahnya..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻