Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Datang ke Pesta
Malam itu, Fey bersiap dengan gaun yang di belikan oleh Gian. Gaun A-line sepanjang betis berwarna navy yang nampak simple namun elegan. Ia menolak tawaran Gian saat memintanya untuk berdandan di salon.
Fey berdandan seadanya, kemudian mengikat sebagian rambutnya dan menambahkan jepit sebagai pemanis. Wajahnya yang memang cantik dan tampak lebih cantik hanya dengan riasan tipis.
Gian yang hendak masuk ke dalam kamar mereka, berdiri terpaku di ambang pintu. Ia tersenyum melihat ke arah istrinya yang begitu anggun.
"Kenapa, Kak? Ada yang salah?" Tanya Fey yang merasa Gian memperhatikannya. Ia memeriksa kembali pakaiannya, barang kali ada yang salah atau terlihat lucu.
"Cantik." Jawab Gian sambil tersenyum manis. Senyuman yang membuat hati Fey tiba - tiba meleleh.
"Sayang..." Gian berjalan mendekati istrinya.
"Ya?" Tanya Fey yang kini menghadap ke arah suaminya.
"Pake ini ya, Sayang." Ujar Gian sembari membuka kotak perhiasan yang ia bawa.
Fey tertegun melihat sebuah kalung berliontin angsa dengan berlian yang menyelimuti tubuh angsa itu. Fey mengakui kalau kalung itu memanglah sangat indah.
"Aku pakein, ya." Ujar Gian sembari mengambil kalung dari kotaknya.
"Ini kalung pemberianku yang pertama, kan? Maaf, karna selama ini gak pernah kasih kamu perhiasan kecuali cincin pernikahan itu." Ujar Gian sambil memasangkan kalung di leher Fey.
Fey hanya bisa terdiam dengan perasaan yang bercampur aduk. Senang, bahagia, dan haru menyelimutinya kini. Hal yang selama ini hanya sebatas angannya, ternyata bisa menjadi kenyataan.
"Terima kasih, Kak." Ucap Fey dengan suara sedikit bergetar menahan haru.
"Cantik banget istriku." Puji Gian saat selesai memakaikan kalung untuk Fey. Fey pun tersenyum sembari menyentuh liontin angsa yang nampak begitu anggun.
"Love you, Sayang." Ujar Gian sambil memeluk Fey dari belakang.
Pria tampan itu mengecup kepala belakang Fey dan tampak menikmati setiap detik kecupannya.
"Kak..."
"Ya, Sayang?"
"Apa kamu bener - bener cinta sama aku?" Tanya Fey.
"Iya. Aku sangat mencintaimu. Terima kasih karna tetap bertahan di sisiku walaupun sikapku buruk selama ini." Gian kembali mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Fey.
"Apa kamu masih ragu sama aku, Fey?" Tanya Gian kemudian.
"Aku takut. Takut di banting sama kenyataan saat aku sudah jatuh cinta sama kamu. Aku takut di sakiti harapan yang aku bangun saat aku udah cinta sama kamu." Jawab Fey.
"Percayalah, aku gak akan mengulangi kebodohanku lagi." Gian berusaha meyakinkan.
Ia kemudian melepaskan pelukannya dan membalik tubuh Fey agar menghadap ke arahnya.
"Apa kamu bisa menerima cintaku dan belajar mencintaiku?" Tanya Gian dengan tatapan yang menyiratkan sebuah harapan besar.
Tak langsung menjawab, Fey menatap lekat - lekat netra Gian yang memancarkan harapan dan ketulusan.
"Aku terima cintamu dan aku juga bisa belajar mencintaimu, Kak." Lirih Fey sambil tersenyum pada suaminya.
Gian pun tersenyum lepas. Ia memeluk erat istrinya dan melepaskan kebahagiaan yang kini menyelimuti hatinya.
"Terima kasih, Sayang. Aku janji gak akan buat kamu kecewa." Ujar Gian yang menatap dalam manik mata Fey.
"Buktiin ucapanmu kalau gitu. Aku udah kenyang makan janji." Jawab Fey yang membuat Gian terkekeh.
Perlahan, Gian mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Fey. Ia pun mulai mengecup bibir Fey yang kini netranya terpejam. Tak menolak, Fey pun menyambut ciuman mesra dari suaminya. Keduanya saling memagut dengan mesra, seolah meluapkan kebahagiaan yang sedang menyelimuti kini.
Bak pasangan baru yang sedang di mabuk cinta, keduanya seolah tak ingin melepaskan ciuman hangat pertama mereka.
"Kak, nanti kita terlambat." Lirih Fey saat melepaskan pagutannya.
"Iya, ayo kita berangkat." Ujar Gian yang tampak lebih riang.
"Kak, tunggu." Fey menahan lengan suaminya.
"Kenapa, Sayang?" Tanya Gian.
"Ada lipstikku, di bibirmu." Kekeh Fey.
"Biarin aja, biar orang - orang tau kalau kita habis berciuman." Jawab Gian.
"Jangan gila, Kak Gian." Kata Fey sambil membersihkan bekas lipstiknya di bibir Gian.
Tak lupa, Fey kembali membenahi riasan bibirnya yang juga berantakan karena berpagutan dengan Gian tadi.
Setelahnya, mereka berdua bergandengan tangan dan berjalan menuju ke lobby Hotel. Di sana, Martin sudah menunggu dan siap mengantar mereka ke lokasi acara.
"Kayaknya habis terjadi sesuatu ya, Bos." Goda Martin saat melihat Fey dan Gian yang nampak berseri - seri.
"Sok tau, kamu." Sahut Gian sambil terkekeh.
"Bukan sok tau, Bos. Tapi aku lebih dari tau." Jawab Martin yang membuat Gian dan Fey terkekeh.
Mereka pun segera berangkat menuju ke Ballroom sebuah Hotel, tempat acara resepsi pernikahan sepupu Fey di gelar.
"Dimana anak buah Erik?" Tanya Gian ketika mereka dalam perjalanan.
"Beberapa sudah ada di lokasi acara dan beberapa mengikuti kita dengan mobil yang ada tepat di belakang kita itu." Jawab Martin sambil melirik mobil sedan putih yang terus membuntuti.
"Baiklah. Pastikan semuanya aman." Titah Gian.
"Siap, Bos!" Jawab Martin.
Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, mereka akhirnya sampai di lokasi acara.
Martin bilang, jika hotel mewah tempat di langsungkan resepsi itu adalah milik orang tua si mempelai wanita yang di gadang - gadang akan mewarisi usaha orang tuanya itu.
"Pintar juga pria pemalas itu mencari istri." Kekeh Gian yang meledek. Ia tentu tau bagaimana perangai sepupu laki - laki Fey itu.
Fey sendiri terlihat sedikit gelisah saat sudah mendekati Ballroom yang menjadi tempat acara. Keramaian pun sudah nampak di sana. Gian yang melihat kegelisahan Fey, kemudian meraih tangan Istrinya dan mengusapnya dengan lembut.
Walaupun Gian tak tau seberapa dalam luka yang sudah di torehkan oleh keluarga yang sudah mengasuh Fey, namun ia berusaha mengalirkan ketenangan untuk istrinya.
"Jangan khawatir, Sayang. Aku memang gak tau seberapa besar luka yang pernah kamu dapat dan seberapa besar rasa traumamu sampai kamu gelisah kayak ini. Padahal, kita belum ketemu Paman, Bibi dan Sepupumu. Tapi percayalah, aku pastikan mereka gak akan bisa melukaimu lagi." Ujar Gian sambil menggenggam erat tangan Fey.
Fey pun tersenyum dan menggangguk. Setidaknya, ia kini memiliki tempat bersandar dan keluarga yang menyayanginya. Untuk melindungi dirinya? Ia tentu sudah lebih dari mampu untuk melindungi dirinya sendiri.
Gian mengulurkan tangannya, menyambut sang istri yang hendak keluar dari mobil. Kedatangan Fey dan Gian malam itu cukup menarik perhatian orang - orang yang ada di sana.
Pria tampan nan gagah dengan aura kepemimpinan yang mendominasi, bersanding dengan seorang wanita cantik dan terlihat begitu anggun juga elegan.
Keduanya nampak seperti pasangan yang sempurna hingga membuat iri beberapa orang yang memandang ke arah keduanya.
Dari banyaknya orang yang nampak melihat kagum ke arah sepasang suami istri itu, ada pula beberapa orang yang nampak terkejut dan juga terlihat sinis.
Tentu saja tatapan sinis itu terlihat dari keluarga yang sudah mengasuh Fey terutama Bibi juga sepupu perempuan Fey.
"Berani juga ternyata, dia datang kesini." Lirih Sofi, Sepupu perempuan Feylin dengan tatapan yang sangat sinis.
"Lagaknya seperti seorang sosialita saja. Dasar norak, kampungan!" Cicit Sofi yang nampak kegerahan karena melihat penampilan menawan dari keponakannya.