"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.
Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.
Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."
Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?
Happy reading~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketegangan di dapur
Happy reading~
.
.
.
Langit perlahan meninggalkan gelap untuk menyambut cahaya kehidupan. Semburat merah muda menghiasi hamparan pepohonan. Kabut tipis menyelimuti udara dingin menambah suasana segar pagi itu.
Suara ayam berkokok bersaut-sautan menjadi alaram alami memecah kesunyian. Kumandang subuh ikut meramaikan awal kehidupan.
Sudah subuh, Nindya berusaha untuk bergegas bangun. Usai beribadah, ia berencana memulai aktivitas dengan menanak nasi. Namun rice cooker di atas meja makan sudah menyala menandakan ia terlambat. Kemudian ia memutuskan untuk mencuci piring sisa kemarin, tapi semua sudah bersih.
Langkahnya tak berhenti, ia berjalan mencari sapu. Setidaknya ia harus menyapu lantai kan? Tapi sapunya menghilang. 'Dimana kau wahai sapu yang mulia? Dimana gerangan?'
Nindya masih mondar-mandir mencari sapu penyelamat hidupnya. Lalu matanya terfokus pada sosok yang dicintainya. Sang suami yang bertubuh tinggi, tegap, dan gagah memegang sapu idamannya.
"Kamu cari apa dek?" Tanyanya.
"Aku cari sapu Mas, aku mau menyapu lantai," jawab Nindya. Wajah polos dan cantiknya membuat gemas sang suami.
"Sudah aku sapu semua sayang," katanya sambil mencubit pipi gemas Nindya.
"Yah, aku dapat bagian apa dong?" Tanyanya memelas. Nindya tidak mau dicap sebagai menantu yang pemalas.
"Mmm... Mau nggak kamu buatin aku telur dadar? Aku pengen makan masakanmu," pintanya lengkap dengan suara lembut dan pelukan hangat.
Kelembutan Aan membuatnya terbuai. Nindya mencium pipi suaminya tanpa tahu bahwa tingkahnya telah membangunkan yang lain.
"Hehe.. stop! Jangan memancing ular yang sedang tidur!"
"Ih.. apaan sih," Nindya kabur dengan pipinya yang memerah.
Sesampainya di dapur, betapa kagetnya Nindya melihat Ibu mertuanya yang sedang mengupas bawang merah.
Kegugupan mendadak menyelimuti dirinya. Suaranya sedikit terbata-bata. Entah ini karena pengaruh terlalu banyak menonton drama korea atau memang perasaannya saja. Di pikirannya, Ibu mertua itu adalah sosok yang judes dan suka merendahkan.
'Aduh, kok Ibu udah ngupas bawang sih? Bisa kena omel nih!'
"I..ibu... Sugeng enjing," sapanya.
Sang Ibu mertua hanya diam tidak menjawab.
'Aduh... Mati aku!' batinnya. 'Sebentar, apakah yang mencuci piring dan menanak nasi itu Ibu? Aduh Nindya bisa-bisanya kamu kalah cepat,'
Tiba-tiba Ibu Zahro berbalik, membuat Nindya semakin tegang. Kediaman bu Zahro menyemburkan dingin di tubuh Nindya.
"Kamu sudah bangun," ucap Bu Zahro.
Jeder!
Tatapan tajam dari sang Mertua mengeluarkan kilatan yang siap menghanguskan tubuh Nindya.
'Mati aku mati aku!' batinnya lagi.
"Ini sudah Ibu iris bawang merahnya. Kamu tinggal menumisnya lalu mengocoknya sama telur," ujar Bu Zahro tanpa ekspresi.
"Ah iya Bu, kenapa nggak langsung dimasukkan ke telur saja?" Tanyanya ceroboh.
Komentar Nindya membuat Ibu memandangnya lekat menambah ketegangan diantara keduanya.
"Kalau ditumis, aromanya lebih harum. Rasanya juga lebih gurih daripada kalau dimasukkan mentah," jawabnya masih dengan ekspresi yang tidak bisa diterka.
"Apakah kamu biasa sarapan Nin?" Tanya Ibu mendadak.
"I.. iya bu," Nindya menjawab dengan tangan yang sibuk mengocok telur.
"Apakah Ibumu selalu masak sarapan?" Tanyanya lagi.
"Tidak bu, kadang masak kadang beli. Sesuai dengan kebutuhan saja," jawab Nindya, kali ini agak lancar.
"Kalau begitu, besok minggu aku akan belanja untuk stok yang lebih banyak," ucap Bu Zahro sedikit lebih lembut dari sebelumnya.
"Aku ikut!" Nindya menyahut dengan semangat yang membara.
"Hehehe, iya," Ibu Zahro sedikit terkejut dengan teriakan Nindya yang seperti anak kecil.
Gelak tawa mencairkan suasana. Pagi subuh yang dingin perlahan menghangat karena suka ria diantara keduanya. Menyisakan perasaan tenang dan bahagia karena dirinya ternyata mempunyai tempat di keluarga baru tanpa harus berusaha terlalu keras.
...****************...
Semua masakan telah matang. Nindya menyajikan telur dadar bawangnya dan sambal manis di atas meja makan. Kali ini sambal miliknya dibuat manis untuk mencegah dari sakit perut. Kan nggak lucu kalau sakit perut melanda ketika sedang mengajar.
Semua anggota keluarga menyantap sarapan dengan lahap. Aan dan Ibunya terlihat sangat menikmati makanannya. Pipi mereka nampak menggembil karena mengunyah suapan besar campuran nasi, sambal, dan telur.
"Baru kali ini aku sarapan sepagi ini," ujar Bu Zahro dengan senyum berkerut namun tetap indah.
"Loh biasanya jam berapa bu sarapannya?" Tanya Nindya mengerutkan kening.
"Kita selalu sarapan di sekolah saat istirahat, ibu bahkan entah sarapan atau tidak," jawab Aan membuat Nindya terheran.
Ucapan suaminya membuat Nindya tak enak hati. Karena kebiasaannya sarapan pagi membuat mertuanya harus menemaninya memasak di dapur sedari pagi buta.
"Maaf ya bu. Gara-gara kebiasaanku, Ibu jadi kerepotan," sendu Nindya.
"Loh malah bagus kan kalau kita sarapan pagi. Berkat kamu Ibu bisa berangkat bekerja dengan perut yang bahagia," jawab Ibu dengan mulut penuh.
Muncul kelegaan di hati kecil Nindya. kegelisahannya seketika pudar berganti dengan senyum imut bercampur haru.
'Apa sih yang aku pikirin? Mana mungkin Ibu mertuaku sejahat mertua-mertua yang ada di drama korea. Lihat aja anaknya! Ulu-ulu-ulu-ulu gemas banget,' batinnya sambil memandang kedua orang kesayangan barunya.
Ah... Semenjak Nindya menikah, ia tidak pernah berhenti terharu dengan perlakuan suami dan mertuanya. Dalam hati ia bertanya amalan apa yang dia lakukan hingga Allah memberikan nikmat yang sangat indah kepadanya.
Namun setiap rumah tangga pasti memiliki ujiannya masing -masing. Ujian ini yang bisa meng-upgrade diri kita menjadi hamba yang lebih baik lagi, betul tidak?
.
.
.
.
Ikuti terus kisah cinta nindya~
Love you all~
Muah muah muah~
km mikirin apa lagi sih nin udah resmiin aja kamu move on..
btw pantes aja di posesifin cantik gini kokk